[:id]714 Peneliti Universitas Jember Paparkan Hasil Risetnya Dalam Kolokium 2019[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 8 April 2019

Sebanyak 714 peneliti di Universitas Jember selama tiga hari (8-10/4) akan memaparkan hasil riset dan kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan, atau biasa dikenal sebagai kolokium. Kegiatan yang digelar di Gedung Soetardjo ini mengambil tema Menuju Kemandirian Bangsa Dengan Pertanian Industrial Berbasis Society 5.0. Menurut Prof. Achmad Subagio, ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember, tema kolokium yang diambil sesuai dengan visi dan misi Universitas Jember yang ingin fokus mengembangkan pertanian industrial. Tidak heran jika kemudian enam puluh persen hasil riset yang dipaparkan terkait dengan pertanian industrial dari berbagai disiplin ilmu.

Menurut Prof. Achmad Subagio, kolokium adalah salah satu usaha Universitas Jember untuk membangun atmosfir akademik di kampus. “Kolokium bertujuan untuk mengevaluasi riset dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang sudah dilakukan, sebagai media untuk menunjukkan akuntabilitas dan transparansi penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat, sekaligus sebagai wahana merintis peluang riset bersama antar peneliti. Tahun depan, kolokium akan kita kembangkan menjadi kegiatan “Research Week”, dimana kita akan mengundang pihak swasta dan industri agar hasil penelitian kita bisa dihilirkan,” jelas Prof. Achmad Subagio saat memberikan laporan.

Tidak hanya menggelar kolokium, LP2M telah merencanakan berbagai kegiatan terkait peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di Kampus Tegalboto. Diantaranya dengan menggelar kegiatan “Ngopi Bareng Saintis”, kegiatan bincang santai antar peneliti yang diadakan secara rutin di gazebo yang ada di halaman gedung LP2M. Rencananya setiap minggunya ada tiga hingga empat kegiatan “Ngopi Bareng Saintis” yang melibatkan dosen, mahasiswa dan kalangan eksternal. Proses pengajuan penelitian pun dipermudah, kini ada kegiatan rutin “Call 4 Ideas” dimana peneliti yang memiliki ide riset unggulan tinggal menuliskan idenya dalam selembar kertas. Dari ide yang masuk nantinya akan diseleksi mana yang bakal mendapatkan pendanaan.

“Dan nanti tanggal 15 April nanti kita akan mengadakan Women Scientist Day di auditorium Fakultas Kedokteran, akan ada telekonferensi dengan para peneliti perempuan hebat dari berbagai negara yang difasilitasi oleh UNESCO. Untuk diketahui 45 persen peneliti kita adalah perempuan lho, jadi kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Kartini juga. Kegiatan Women Scientist Day juga menjadi pengakuan kita kepada para peneliti perempuan yang umumnya lebih sabar, teliti, dan ulet dibandingkan peneliti pria,” ujar Prof. Achmad Subagio yang pakar Mocaf ini. Sebagai informasi tambahan, dari 714 peserta kolokium kali ini, 140 peserta akan memaparkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang sudah dilakukannya.

            Sementara itu dalam sambutan pembukaannya, Zulfikar, Wakil Rektor I Universitas Jember mengapresiasi kegiatan kolokium ini. Pasalnya, kegiatan kolokium dapat mempertemukan peneliti Kampus Tegalboto dari berbagai fakultas dan berbagai disiplin ilmu. Sehingga diharapkan ada interaksi, diskusi dan saling memberi masukan agar sebuah tema penelitian tidak hanya berputar pada lingkaran peneliti tertentu saja.  “Yang perlu diingat lagi, semoga output kolokium dapat diwujudkan dalam wujud paten dan dapat dihilirkan ke industri dan masyarakat agar manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak, selain tentunya masuk ke publikasi ilmiah yang terakreditasi,” ungkapnya.

            Menanggapi harapan ini, Prof. Achmad Subagio optimis peneliti Kampus Tegalboto dapat berperan banyak, mengingat di tahun 2018 lalu saja tercatat ada 1.187 penelitian yang masuk ke jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi. Dari jumlah tersebut ada 350 penelitian yang diterima di jurnal internasional terakreditasi. “Yang lebih menggembirakan, dari 350 penelitian yang berhasil masuk ke jurnal terakreditasi internasional, dua pertiganya adalah tergolong original papers, atau penelitian yang memang dilakukan secara terencana dan bukan untuk memenuhi keikutsertaan dalam konferensi atau seminar,” imbuh guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian ini.

            Sebelum pemaparan hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, para peserta kegiatan kolokium mendapatkan tambahan wawasan dari Prof. Kudang Boro Seminar, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, serta Hafidz Nasrullah, praktisi sekaligus pengusaha pertanian sukses dari Kendal. Dalam pemaparannya berjudul Agro-Maritim 4.0, Smart and Premium Agriculture, Prof. Kudang Boro Seminar menjelaskan bahwa kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akhirnya menjangkau juga dunia pertanian yang awalnya dikenal sebagai bidang yang jarang disentuh oleh TIK. Perubahan ini menuntut peneliti khususnya di bidang pertanian juga mengubah paradigmanya. “Saat ini dunia pertanian, peternakan, dan perikanan membutuhkan pendekatan transdisiplin, terpadu, dan transformatif menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0,” ujar pakar pertanian dan komputer asli Rambipuji, Jember ini. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content