Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Jember Belajar Sistem Kesehatan Di Coventry University, Inggris

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 13 Desember 2018

Tantut Susanto, dosen di Fakultas Keperawatan (FKep) Universitas terpilih menjadi salah satu dosen di Indonesia yang dikirim oleh Direktorat Karier dan Kompetensi SDM, Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk belajar sistem kesehatan di Inggris. Selama tiga minggu, dari 14 November hingga 2 Desember 2018, Tantut Susanto bersama 23 dosen dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan short course di bidang Health Sciences di Coventry University. Berikut pengalamannya selama di Inggris.

                “Inggris memiliki National Health System atau NHS, yakni sistem kesehatan yang merupakan salah satu sistem kesehatan terbaik di dunia. Jika di Indonesia mungkin seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Oleh karena itu selama tiga minggu di negara Ratu Elizabeth ini kami banyak belajar mengenai bagaimana pemerintah Inggris menjalankan NHS,” kata Tantut memulai ceritanya saat ditemui di kampus FKep Universitas Jember (13/12). Coventry University sengaja dipilih, sebab perguruan tinggi ternama di Inggris ini memiliki Faculty of Health and Life Sciences, dan School of Nursing, Midwifery and Health yang berada di bawah Faculty Research Centre for Innovative Research Across the Life Course.

                Selama di Coventry University, para peserta short course dibimbing memahami Universal Health Coverage langsung oleh Prof. Guy Daly selaku Executive Dean of the Faculty of Health and Life Sciences, dan Adam Layland yang merupakan dosen senior pada mata kuliah Leadership and Management, School of Nursing, Midwifery and Health. “Materi kursus meliputi health system, health insurance, economic evaluation, health policy. Kami juga diajak mengkaji bagaimana perbandingan antara evaluasi cakupan kesehatan universal saat ini di Indonesia dan Inggris. Kemudian melakukan evaluasi dan pengembangan kebijakan kesehatan nasional di Indonesia, termasuk rekomendasi untuk menutup kesenjangan defisit yang ada. Selain materi yang terkait sistem kesehatan, kami juga berlatih menulis untuk publikasi dalam jurnal internasional,” ujar Tantut.

                Dosen yang meraih gelar S3-nya di Kanazawa University, Jepang ini kemudian menjelaskan mengenai National Health Services (NHS), layanan kesehatan bagi semua rakyat Inggris Raya yang sudah diterapkan semenjak 5 Juli 1948.  “Berbeda dengan BPJS Kesehatan yang menarik iuran tiap bulan, maka dana operasional NHS diambilkan dari pajak yang dibayar oleh warga Inggris, bahkan warga asing seperti mahasiswa yang tengah menuntut ilmu pun bisa mendaftar. Dalam prakteknya, peserta NHS mendaftarkan diri ke primary care atau semacam Puskesmas jika di Indonesia. Bisa juga mendaftarkan diri ke dokter praktek atau general practioner yang terdekat dengan dimana dia tinggal,” kata Tantut yang sempat mengunjungi Walsall Hospital di kota Birmingham, melihat dari dekat pelaksanaan NHS.

Dalam sistem NHS, maka general practioner inilah yang menjadi ujung tombak untuk memberikan layanan bagi klien yang terdaftar. Untuk aplikasinya, apabila pasien ingin bertemu dokter, maka mereka bisa membuat janji sebelum hari H pemeriksaan, atau langsung telpon NHS apabila merasakan gejala yang cukup serius dan memerlukan pertolongan segera. NHS juga memberikan layanan transportasi dalam menjemput pasien beberapa klien yang mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan, yang diwadahi oleh Community Transport di setiap kota.

NHS merupakan sistem yang sangat besar karena NHS secara langsung membawahi semua fasilitas kesehatan di Inggris Raya. Semua data klien secara terintegrasi berada di NHS dan terhubung dengan semua data di rumah sakit dan general practioner, sehingga memungkinkan klien bisa mengakses layanan dimanapun mereka berada di saat mengalami masalah kesehatan. NHS memberikan layanan kesehatan yang paripurna. Klien yang datang pertama kali ke GP akan dilakukan pemeriksaan awal atau tes kesehatan sehingga diketahui keadaan permasalahan kesehatannya. Dengan demikian deteksi secara dini permasalahan kesehatan klien bisa ditemukan. NHS telah berhasil dalam melakukan tidakan preventif dan menurunkan prevalensi penyakit di Inggris.

Sementara itu, kita di Indonesia memiliki Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sebenarnya, BPJS Kesehatan juga memiliki tujuan yang sama seperti NHS dengan memberikan layanan yang bertahap atau berjenjang untuk seluruh rakyat Indonesia. Tetapi perbedaan mendasarnya adalah dalam pelaksanaan sistem layanan antara rumah sakit dengan pihak BPJS Kesehatan, dimana hubungannya seperti penyedia layanan dengan perusahaan asuransi. BPJS Kesehatan akan membayar klaim layanan yang telah diberikan oleh rumah sakit kepada pasien, sehingga terkesan rumah sakit selaku pemberi layanan kesehatan adalah rekanan BPJS Kesehatan. Dan yang membedakan lagi, sumber pendanaan BPJS Kesehatan  berasal dari iuran peserta.

BPJS Kesehatan sangat mungkin akan mengalami defisit anggaran, jika tidak dilakukan pembenahan dalam layanan terutama pada Fasilitas Kesehatan Tingkat I sebagai garda terdepan dalam layanan BPJS Kesehatan. Sebaiknya garda terdepan ini lebih proaktif dalam screening kesehatan dan melakukan pelayanan preventif dan promotif, sehingga defisit anggaran bisa dicegah. Kemudian sistem dalam BPJS Kesehatan juga harus dibenahi, harusnya bisa melayani peserta yang datang berobat ke fasilitas pelayanan di luar wilayah dimana dia terdaftar.

Selain belajar mengenai sistem kesehatan, Tantut juga merintis kerjasama antara Coventry University dengan Universitas Jember. Dalam rancangan kerjasama ini nantinya fakultas rumpun kesehatan di Kampus Tegalboto seperti Fakultas Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat, dapat menjalin kerjasama dengan Faculty of Health and Life Sciences, Coventry University. “Kerjasama yang akan dikembangkan antara lain  pertukaran dosen dan mahasiswa, dan proyek riset bersama,” imbuhnya dosen yang sudah mendaftarkan artikelnya di sebuah jurnal internasional, hasil mengikuti program short course di Coventry University ini. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content