[:id]Ekonomi Digital + Literasi Digital = Motor Revolusi Industri 4.0[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 21 Mei 2018

Dewasa ini kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengubah banyak segi kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Namun bak pisau bermata dua, jika kecanggihan TIK dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif, maka keuntungan yang didapat. Sebaliknya jika TIK digunakan untuk hal negatif, maka bukan tidak mungkin perpecahan dan malapetaka yang tampil. Guna membahas peluang pemanfaatan TIK, Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (Himasif) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember menggelar kegiatan seminar bertajuk Ekonomi Digital Indonesia Sebagai Energi Revolusi Industri 4.0 di Gedung Soetardjo (19/5). Tampil sebagai pembicara, Prof. Dr. Henry Subiakto, staf ahli Menkominfo bidang hukum, AKBP. Kusworo Wibowo, Kapolres Jember dan Ian Agisti Dewi, community engagement manager Buka Lapak.

Prof. Henry Subiakto yang tampil sebagai pembicara pertama memaparkan bagaimana kehidupan manusia sedang bertransformasi, dan berubah gara-gara kemajuan di bidang TIK. Transformasi dan perubahan revolusioner itu terjadi di berbagai bidang, baik ekonomi, sosial budaya maupun hukum. Tak pelak perubahan yang terjadi menimbulkan gangguan (disruptive) dalam banyak segi kehidupan. “Perguruan tinggi kini bukan satu-satunya tempat mencari ilmu sebab kuliah daring  mulai muncul. E-commerce mendobrak bisnis konvensional, namun di sisi lain kita lihat saat ini semua orang bisa jadi wartawan, komentator bahkan provokator. Oleh karena itu pemerintah berusaha membuat regulasi dengan Undang-undang nomor 11 tahun tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau ITE,” ujar Prof. Henry Subiakto.

Guru besar komunikasi yang turut membidani lahirnya UU ITE itu lantas memaparkan potensi dan tantangan ekonomi digital di Indonesia. Menurutnya dari data tahun 2017 lalu, ada 143 juta pengguna internet di Indonesia yang didominasi usia , ada 8 juta Usaha Menegah,Kecil dan Mikro (UMKM) yang difasilitasi untuk masuk ke ekonomi digital. Jika pemnafaatan TIK berjalan maksimal maka diperkirakan tahun 2030 nanti perekonomian Indonesia berada di nomor lima sedunia. “Tetapi hari ini kita juga melihat hoax masih bertebaran di dunia maya, ini artinya butuh literasi digital agar makin banyak masyarakat yang menggunakan kemajuan TIK dengan baik,” katanya serius.

Kekhawatiran Prof. Henry Subiakto pada penyalahgunaan kemajuan TIK khususnya di media sosial, dibenarkan oleh  AKBP. Kusworo Wibowo. Dari data yang ada, beberapa kejadian kriminal yang ditangani oleh Polres Jember justru berawal dari hoax yang tersebar di media sosial. “Kita ingat kasus bentrok antara supporter sebuah kesebelasan sepakbola dengan sebuah perguruan silat di Jember, pemicunya berasal dari hoax di medsos yang menyebar dengan cepat, begitu pula beberapa kasus penipuan yang berawal dari medsos juga terjadi. Untuk itu Polri khususnya Polres Jember terus mengupayakan berbagai kegiatan preventif, salah satunya menggandeng Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi mengadakan patroli siber dalam rangka pemilihan gubernur, dan memberikan berbagai pemahaman kepada khalayak luas mengenai dunia TIK dan UU ITE,” ucap AKBP. Kusworo Wibowo.

Untuk diketahui, sebelum acar seminar berjalan, diadakan pelantikan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) komisariat Universitas Jember dan RTIK Jember. RTIK adalah komunitas yang beranggotakan para aktivis dunia TIK semisal blogger, pegiat aplikasi Linux dan lainnya yang peduli terhadap penggunaan TIK yang baik dan benar. Khusus untuk RTIK Universitas Jember dimotori oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer. “Saat ini RTIK sudah hadir di 34 provinsi, 412 kota dan kabupaten, serta 79 perguruan tinggi,” jelas Fajar Ery Dianto, ketua RTIK Nasional yang turut hadir sore itu.

Seusai Prof. Henry Subiakto dan AKBP. Kusworo Wibowo memaparkan materinya, giliran Ian Agisti Dewi, community engagement manager Buka Lapak yang tampil. Menurutnya, Indonesia menjadi ladang emas ekonomi digital, pasalnya ada 143 juta pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kaum muda yang merupakan pangsa pasar potensial. “Buka Lapak hadir memberikan kesempatan bagi pelaku bisnis khususnya UMKM untuk berkembang, dengan adanya Buka Lapak maka permasalahan marketing yang  menjadi salah satu kendala UMKM dapat menemukan solusinya. Ada 2,2 juta UMKM yang telah bergabung di Buka Lapak, 49 juta item produk yang ditawarkan, serta 8 juta kunjungan per hari,” jelasnya.

Sementara itu dalam laporannya, Bratasena Anggabayu, ketua panitia kegiatan menegaskan bahwa seminar kali ini bertujuan untuk membuka kesempatan pengembangan ekonomi digital sembari mensosialisasikan UU ITE bagi mahasiswa dan khalayak luas dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Sebelumnya pada saat membuka seminar, Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember mengapresiasi langkah mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer dalam memberikan pencerahan di bidang pemanfaatan kemajuan TIK. “Ekonomi digital dan literasi digital adalah modal dalam menghadapi era revolusi industri 4.0,” kata Moh. Hasan. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content