[:id]Bikin INSAF, Setelah Melihat Kondisi Petani[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 13 Mei 2019

Pengalaman hidup sering kali menjadi pelajaran, bahkan menjadi inspirasi untuk melakukan perubahan bagi lingkungan sekitar kita. Hal ini dibuktikan oleh Bukhori Muslim, Muhammad Firza Fahreza dan Syarifudin Haris Affifi, ketiganya mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Jember. Berkaca dari kondisi petani di Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, desa asal Bukhori Muslim yang sering dilanda kerugian akibat minimnya informasi, ketiganya lantas memutar otak menciptakan aplikasi INSAF, Indonesia Smart Farmer. Aplikasi ini menyediakan berbagai informasi dasar yang dibutuhkan oleh petani.

“Ayah saya petani, jadi saya mengetahui dan merasakan betul bagaimana kehidupan seorang petani,” tutur Bukhori Muslim memulai ceritanya. “Seringkali di kala masa panen para petani rugi karena harga yang rendah, sementara mau menjual ke daerah lain terkendala minimnya informasi, ujung-ujungnya menjual ke tengkulak. Sementara lembaga seperti Koperasi Unit Desa belum mampu membantu petani secara maksimal. Berkaca dari pengalaman inilah lantas kami mencoba membuat aplikasi INSAF bagi petani. Harapannya petani mendapatkan pasokan informasi sehingga memiliki pilihan dalam memasarkan hasil panennya sekaligus menaikkan daya tawar petani,” imbuh bungsu dari enam bersaudara ini saat ditemui di Kampus Fakultas Teknik bersama dua rekannya (13/5).

Dalam aplikasi INSAF yang dibangun mereka bertiga, terdapat berbagai fitur yang memudahkan petani dalam menanam, merawat tanaman, panen hingga memasarkan hasil buminya. Misalnya ada fitur prakiraan cuaca, tanya ahli, diskusi dan tanya jawab hingga artikel terpilih tentang pertanian terkini. “Kami lantas menambahkan fitur Koperasi Unit Desa virtual yang memberikan layanan penjualan pupuk dan alsintan, simpan pinjam hingga fitur informasi harga produk pertanian yang terhubung dengan pusat informasi di lembaga yang kompeten di bidang pertanian dan pemasaran pertanian, semisal Bulog. Jadi petani bisa tahu harga produk pertanian di daerah lain begitu pula dengan kondisi stoknya. Cukup dengan mengunduh aplikasi ini di hape petani,” kata Muhammad Firza Fahreza.

Khusus fitur KUD virtual, ketiganya sengaja menambahkan mengingat kondisi KUD di desa umumnya masih terseok-seok, termasuk di Desa Pesanggaran. “KUD di desa saya tidak berjalan dengan maksimal karena berbagai faktor penyebab, untuk itu saya dan kawan-kawan sepakat membangun fitur tentang KUD virtual. Adanya fitur ini semoga membangkitkan lagi potensi KUD yang sudah ada, sekaligus menghadirkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan KUD mengingat semua anggota bisa mengakses data dan informasi mengenai KUD tadi,” ujar Bukhori Muslim lagi.

Karya trio mahasiswa Program Studi Teknik Elektro angkatan 2018 ini lantas diikutsertakan dalam ajang Agribisnis Festival 2019 yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tanggal 1 hingga 3 April 2019 lalu. Karya tulis ketiganya diberi judul “INSAF (Indonesia Smart Farmer) : Digitalisasi Sistem Pertanian Guna Memaksimalkan Penyerapan Hasil Tani Nasional Melalui Optimalisasi KUD Sebagai Realisasi Revolusi Industri 4.0 di Daerah Pedesaan”. Ide mereka bertiga ternyata membuahkan prestasi, di babak final yang diikuti oleh 15 finalis, juara ketiga dibawa pulang ke Kampus Tegalboto. Sementara di posisi pertama diduduki tim Universitas Negeri Semarang, disusul tim Universitas Brawijaya di peringkat kedua.

Dalam babak final dewan juri memuji aplikasi INSAF karya Bukhori, Firza dan Syarifudin yang dapat membantu petani mengelola produksinya. “Saran dari dewan juri, perlu realisasi kepada para petani dengan cara menggandeng pihak pemerintah, perguruan tinggi dan pihak lainnya seperti provider seluler. Jangan lupa perlu ada pendidikan literasi TIK bagi petani dan pembenahan manajemen KUD agar ide ini bisa jalan. Kegiatan literasi TIK bagi petani dapat diwujudkan misalnya saja dengan pengerahan mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata,” kata Syarifudin.

Pembuatan aplikasi INSAF memberikan pengalaman berharga, khususnya bagi Bukhori Muslim yang anak petani. Kini Bukhori mulai melakukan observasi terhadap potensi pertanian di desanya, seperti jeruk dan buah naga. Terbersit di dalam pikirannya untuk merintis pembuatan website untuk memperkenalkan produk jeruk dan buah naga Desa Pesanggaran. Harapannya website tadi menjadi jembatan yang menghubungkan langsung antara petani dan pembeli hingga meminimalkan peran tengkulak. “Saya ingin mengembangkan pemasaran produk pertanian desa saya, dan sudah saya ceritakan ke Bapak, beliau terharu mengetahui mengenai aplikasi INSAF dan mendengar keinginan saya untuk membangun website pemasaran hasil pertanian Desa Pesanggaran,” pungkas Bukhori Muslim, putra pasangan Warniyadi dan Saniyem ini. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content