[:id]Peneliti Program Mitigasi Berbasis Lahan, dan Program Studi Peternakan Adakan Pelatihan Pembuatan Silase Bagi Peternak Desa Wonoasri[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 30 April 2018

Para peneliti Universitas Jember yang tergabung dalam Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan, bekerjasama dengan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian mengadakan pelatihan pembuatan silase bagi para peternak yang ada di desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo (29/4). Kegiatan pelatihan kali ini masih dalam rangka memberikan keterampilan bagi warga Desa Wonoasri yang menjadi desa penyangga Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Menurut Luh Putu Suciati, salah seorang peneliti, pelatihan pembuatan silase atau pakan ternak fermentasi didasarkan pada fakta bahwa banyak warga Desa Wonoasri yang memiliki usaha ternak, disamping bertani dan berkebun. Adanya pelatihan ini diharapkan dapat mencegah peternak mencari pakan dari kawasan TNMB.

“Dari observasi yang kami lakukan, banyak warga yang memiliki ternak, biasanya sapi atau kambing ettawa yang tentu butuh pakan secara teratur. Pada masa musim penghujan ketersediaan pakan melimpah, namun di musim kemarau maka rumput gajah sebagai pakan berkurang. Oleh karena itu kami bekerjasama dengan Program Studi Peternakan memberikan pelatihan pembuatan silase, agar di saat musim kemarau peternak memiliki simpanan pakan sehingga tidak perlu mencari pakan di kawasan TNMB,” tutur Luh Putu Suciati. Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan sendiri telah diselenggarakan oleh Universitas Jember, dengan dukungan dana dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, serta USAID, sejak setahun lalu.

Sementara itu Listya Purnamasari, salah seorang dosen Program Studi Peternakan yang hari itu memberikan pelatihan menjelaskan, pembuatan silase atau pakan fermentasi mudah dilakukan dan memiliki banyak manfaat bagi peternak. “Ternak yang diberikan pakan silase selain rumput segar bobotnya bisa naik setengah hingga satu kilogram perharinya. Lalu kondisi kesehatan pencernaan ternak yang diberikan silase pun akan lebih baik daripada ternak yang hanya diberikan pakan rumput saja,” jelasnya. Selain memberikan pelatihan pembuatan silase, Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan Universitas Jember juga memberikan bantuan berupa 22 drum plastik lengkap dengan bahan pembuatan silase.

Sore itu sebanyak 25 peternak langsung mempraktekkan cara pembuatan silase. Rumput gajah segar dicacah untuk kemudian dicampur dengan dedak, molases atau tetes tebu, dan bakteri yang berfungsi sebagai motor fermentasi. Bahan-bahan tersebut lantas dimasukkan ke dalam tong plastik dan ditutup rapat untuk kemudian disimpan paling singkat selama tiga minggu. “Bahan berupa rumput bisa digantikan dengan bonggol jagung, sementara molases bisa digantikan dengan gula merah. Silase yang dibuat secara baik akan mampu bertahan hingga dua tahun, oleh karena itu dengan membuat silase maka peternak tidak perlu pusing mencari pakan saat musim paceklik,” imbuh Listya Purnamasari.

Pelatihan disambut baik oleh para peternak, salah satunya Murkadi, ketua kelompok peternak kambing ettawa Lembah Meru. Menurut Murkadi, umumnya selain bertani dan berkebun, warga desa memiliki usaha sampingan berternak sapi atau kambing ettawa, namun pembuatan silase jarang dilakukan karena selama ini peternak di Desa Wonoasri mudah mendapatkan pakan seperti rumput dan sumber pakan lainnya dengan cara mencari di kawasan TNMB. “Oleh karena itu kami sedang berpikir untuk membuat silase yang tidak hanya digunakan sendiri, tetapi akan kami jual melalui kelompok peternak,” kata Murkadi. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content