[:id]Universitas Jember Sukses Jalankan Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan-ICCTF[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 15 Mei 2018

Universitas Jember dinilai sukses menjalankan Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bappenas, USAID serta Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Penilaian ini disampaikan secara langsung oleh Sudaryanto, Project Leader ICCTF Indonesia, pada saat kegiatan Expose Program Mitigasi Berbasis Lahan yang diselenggarakan di gedung Soetardjo kampus Tegalboto (15/5). Kesuksesan ini antara lain tampak dari keberhasilan penanaman 91 ribu bibit tanaman durian, langsep, kemiri, dan pakem, dari target yang awalnya hanya 82 ribu bibit tanaman. Penyerapan karbon yang ditarget 1,135 ton/hari, naik menjadi 1,913 ton/hari. Sehari sebelumnya, tim ICCTF Indonesia yang dipimpin langsung oleh Sudaryanto mengunjungi kawasan rehabilitasi di TNMB dan Desa Wonoasri, Tempurejo yang merupakan desa penyangga TNMB.

“Saya menilai Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang diselenggarakan oleh Universitas Jember, dengan dukungan dana dari Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah berhasil, bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan,” tutur Sudaryanto di hadapan hadirin yang terdiri dari perwakilan TNMB, Perhutani, Pemkab Jember, perwakilan petani Wonoasri, serta sivitas akademika Universitas Jember. “ICCTF berharap keberhasilan Universitas Jember menjalankan program selama tujuh belas bulan ini bakal direplikasi pihak-pihak terkait seperti Pemkab Jember, agar tujuan penurunan emisi rumah kaca sebagai bagian dari penanggulangan efek perubahan iklim dapat tercapai. Salut untuk Universitas Jember dan semua pihak yang terlibat,” kata Sudaryanto menambahi.

ICCTF sendiri adalah lembaga wali amanah yang mengelola dana internasional yang digunakan untuk menanggulangi efek perubahan iklim termasuk didalamnya pengurangan emisi rumah kaca di Indonesia. Untuk diketahui Indonesia telah bertekad untuk mengurangi emisi rumah kaca hingga 41 persen hingga tahun 2030 nanti. “Ada tiga program utama yang kami jalankan, mitigasi berbasis lahan seperti yang dijalankan oleh Universitas Jember, bidang energi, serta bidang adaptasi dan ketangguhan. Hingga saat ini ICCTF telah berkerjasama dengan 15 perguruan tinggi di Indonesia termasuk Universitas Jember,” imbuh Sudaryanto yang mengingatkan tantangan berikutnya adalah mempertahankan dan mengembangkan prestasi yang sudah diraih.

Dalam sesi penjelasan program, Hari Sulistyowati, salah seorang peneliti Universitas Jember yang terlibat dalam penelitian memaparkan, ada empat program yang dijalankan, yakni produktivitas kawasan rehabilitasi, nilai ekologi kawasan rehabilitasi, peningkatan kualitas tanah, dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. “Selain melaksanakan penanaman bibit tanaman di kawasan rehabilitasi dalam kawasan TNMB, kami juga memberikan berbagai keterampilan bagi warga Desa Wonosari agar tidak lagi merambah TNMB seperti budidaya semut angkrang, pembuatan silase, pembuatan batik dengan pewarna alami dan keterampilan lainnya,” kata dosen di FMIPA ini.

Pujian juga datang dari Kholid Indarto, Kepala TNMB yang menjelaskan laju kerusakan di TNMB saat ini berkisar 50 hektar per tahunnya. Tentu saja fakta ini harus ditanggulangi agar fungsi TNMB sebagai paru-paru wilayah dan daerah tangkapan air, serta rumah bagi keanekaragaman hayati tetap lestari. “Problemanya adalah bagaimana mensinkronkan kepentingan TNMB dengan masyarakat sekitar. Berkaca dari keberhasilan program ICCTF ini, kami bertekad melanjutkan kerjasama dengan Universitas Jember,” ujarnya.

Keberlanjutan Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang didukung oleh ICCTF disampaikan oleh Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember. Menurutnya walaupun program ini telah berakhir, namun Universitas Jember bakal melanjutkan rintisan yang ada. “Kami akan menjadikan Desa Wonoasri sebagai desa binaan Universitas Jember karena dari program ini banyak manfaat yang diperoleh, baik bagi peneliti dan mahasiswa kampus Tegalboto maupun bagi masyarakat,” kata Moh. Hasan. Sementara itu dalam laporannya, Wachju Subchan, ketua  Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan Universitas Jember menjelaskan, kegiatan expose digelar sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dan membuka kerjasama dengan semua stake holder.  Untuk diketahui Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan yang dijalankan oleh Universitas Jember dimulai semenjak Maret 2017 lalu.

   Penjelasan mengenai keberhasilan pelaksanaan Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan ternyata menarik respon dari hadirin, salah satunya dari Agusta Jaka Purnama dari HIPMI Jember. “Kalangan pengusaha agrobisnis seperti kami saat ini kesulitan mencari lahan untuk pengembangan bisnis, dengan adanya forum seperti ini maka membuka kesempatan untuk kerjasama. Kami berharap Universitas Jember menjadi fasilitator yang mempertemukan petani, pemilik lahan, dan pengusaha yang memiliki akses pasar,” kata Agusta yang pengusaha ini. Usulan juga disampaikan oleh Arief Tjahjono, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jember. Menurutnya potensi TNMB beserta Desa Wonoasri dapat diangkat sebagai salah satu andalan wisata di Jember. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content