Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Belajar di Pusat Pengendalian Lahar G. Merapi

22 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil bersama dosen pembimbing Dr. Gusfan Halik, S.T.,M.T dan Akhmad Hasanuddin, S.T., M.T yang merupakan kali pertama kunjungan sebagai studi lapang yang dilaksanakan di Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air bidang Pengendalian Lahar Gunung Merapi (balai Sabo), bidang Kegiatan Penanganan Bencana Sedimen (litbang Sabo) dan Pusdalops-PB BPBD DI Yogyakarta (13/12). Studi lapang bertujuan untuk mempelajari bagaimana upaya meminimalkan resiko bencana erupsi pada Gunung Merapi dari bidang ketekniksipilan yaitu dengan membangun Pekerjaan Sipil berupa Saluran Pengalihan dan bangunan penahan yaitu Sabo DAM, kata Sabo berasal dari gabungan dua kata Bahasa Jepang. Kata (Sa) berarti pasir, dan (bo) yang artinya pengendalian. Sabo berarti sistem pengendalian erosi, sedimen,lahar hujan, dan penanggulangan tanah longsor, jelas paparan oleh tim teknis balai Sabo.

Dalam paparan diskusi menjelaskan teknologi pengendalian material di hulu sungai yang ada di gunung berapi, sabo berfungsi untuk menangkap aliran debris atau lahar sehingga debit aliran menjadi berkurang atau pengedalian sedimen. Teknologi sabo dam merupakan hasil kerjasama Jepang dan Indonesia efektif dikembangkan di sejumlah wilayah yang mempunyai gunung berapi, salah satunya Gunung Merapi.

Sabo DAM

Dalam upaya kesiapsiagaan dalam mitigasi bencana juga banyak hal dipelajari di BPBD sebagai Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang bertugas menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan bencana. Pembentukan Pusdalops-PB di BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota berada di bawah Bidang Kedaruratan dan Logistik dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pelaksana BPBD.

Mahasiswa Magister Teknik Sipil pula berdiskusi dengan Tim Reaksi Cepat BNPB disingkat TRC BNPB adalah suatu Tim yang dibentuk oleh Kepala BNPB, terdiri dari instansi/lembaga teknis/nonteknis terkait yang bertugas melaksanakan kegiatan kaji cepat bencana dan dampak bencana pada saat tanggap darurat meliputi penilaian kebutuhan (NeedsAssessment), penilaian kerusakan dan kerugian (Damage and Loses Assessment) serta memberikan dukungan pendampingan (membantu SATKORLAK PB/BPBD Provinsi/SATLAK PB/BPBD Kabupaten/Kota) dalam penanganan darurat bencana, jelas paparan Ka.Seksi Kedaruratan Pusdalops-PB, Danang Samsurizal, S.T.

Sebagai pembelajaran pula dari studi lapang Mahasiswa Magister Teknik Sipil juga belajar tentang Early Warning System (EWS) yang berfungsi untuk memberikan peringatan dini kepada warga masyarakat, jika di daerah tersebut terjadi bencana maupun tanda-tanda alam lainnya, penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine yang diletakkan di daerah yang rawan terjadi bencana salah satunya longsor. Diharapkan dengan adanya perangkat EWS, dapat memberikan peringatan dini kepada warga masyarakat sekitar jika terjadi bencana, untuk dapat segera menyelamatkan diri dan berlindung di tempat yang aman.(dian)

Penempatan EWS
Skip to content