Pasar Pinus, Pasar Djadoel Unik Ala Desa Burno

Lumajang, 30 Januari 2020

Program Studi Diploma 3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang berhasil mendampingi warga Desa Burno, Senduro, Lumajang, mewujudkan mimpinya membuka desa eduwisata berbasis agronursing. Pembukaan Eduwisata Burno ditandai dengan kedatangan wisatawan pertama, 150 orang pengurus dan keluarga Yayasan Permata Hati Lumajang yang menginap di Desa Burno (25-26/1). Mereka menikmati paket eduwisata yang disiapkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Anoman Burno seperti paket eduwisata pisang kirana, paket eduwisata salak hingga paket eduwisata peternakan kambing Senduro. Uniknya, di hari Minggu-nya, pengurus Yayasan Permata Hati melaksanakan kegiatan out bond sambil menikmati Pasar Pinus bernuansa Djaman Doeloe atau Djadoel.

“Pasar Pinus Desa Burno menjadi salah satu atraksi wisata yang kami siapkan untuk wisatawan, sehingga menambah paket eduwisata yang sudah ada. Idenya datang saat diskusi Kelompok Riset Disater and Emergency Nursing Studies atau KeRis Densus dengan para warga Desa Burno. Akhirnya tercetus membuat Pasar Pinus di lokasi rest area Siti Sundari yang juga dipakai sebagai lokasi kegiatan out bond. Kita namakan Pasar Pinus karena rest area Siti Sundari adalah areal hutan yang dipenuhi pohon pinus. Harapannya Pasar Pinus yang digelar setiap hari Minggu akan menambah pemasukan bagi warga, dan wahana promosi produk Desa Burno,” jelas Suhari, ketua KeRis Densus saat ditemui di Universitas Jember Kampus Lumajang (30/1).

Menurut Rezki Dwi Febrian Sari, penanggungjawab Pasar Pinus, konsep yang diusung adalah pasar yang mengangkat produk lokal. Produk yang dijual adalah makanan dan penganan asli produk warga Desa Burno dan penganan khas desa lainnya. Semisal kripik pisang, kripik singkong, kripik telo, sawut dan lainnya. Ada pula produk hortikultura seperti pisang Agung, pisang Mas Kirana, kaktus sukulen, bawang prei, dan seledri. Produk kreatif warga Desa Burno pun ada seperti susu kambing Senduro segar, sabun susu kambing Senduro, madu hutan, dan kopi robusta. “Keunikan Pasar Pinus adalah alat pembayaran menggunakan buah pinus yang kita hargai lima ribu rupiah, sementara penjualnya memakai pakaian Djadoel. Alhamdulillah, hari Minggu lalu Pasar Pinus mencatat transaksi sebesar enam setengah juta rupiah,” ungkap dosen yang akrab dipanggil Sari ini.

 

Keunikan Pasar Pinus dan eksotika keindahan rest area Siti Sundari diakui oleh salah seorang wisatawan, Ardi Sutarto. Wisatawan asal Surabaya yang hadir bersama keluarga memborong susu kambing Senduro dan aneka kripik. “Susu kambing Senduro-nya enak dan lebih segar, apalagi banyak varian rasanya. Selain itu kami membeli produk kripik, terutama kripik pisang Mas Kirana yang khas Desa Burno, rasanya enak banget. Lain kali akan saya ajak keluarga besar dan kawan ke Desa Burno, pemadangan alamnya indah, paket wisata yang disediakan pun beragam,” kata Ardi Sutarto.

Keberadaan Eduwisata Desa Burno hasil binaan Universitas Jember Kampus Lumajang disambut hangat oleh Sutondo, Kepala Desa Burno. “Kami senang dengan keberadaan Eduwisata di desa kami, kami berjanji akan terus berbenah dengan memperbaiki fasilitas yang masih kurang. Dan tentunya kami berharap terus ada pembinaan dan pendampingan dari KeRis Densus Universitas Jember Kampus Lumajang,” ujar Sutondo. Selain menampilkan produk lokal, Pasar Pinus juga menyediakan berbagai dolanan ndeso seperti sepeda kayu, arena berkemah, hammoch (tempat tidur gantung), dan lokasi untuk kegiatan out bond. Anak-anak pun diajak oleh para pemandu wisata yang merupakan warga Desa Burno mengikuti berbagai permainan anak yang menggugah kreasi. (UNEJ Lumajang)

Skip to content