Atasi Lahan Kritis, Universitas Jember Latih Petani Desa Wonoasri Beternak Cacing

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 8 Juni 2018

Prihatin atas keberadaan lahan kritis di Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, Jember,   para peneliti Universitas Jember yang tergabung dalam Program Mitigasi Bencana Berbasis Lahan, bekerjasama dengan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Jember memberikan pelatihan ternak cacing bagi petani di Desa Wonoasri (7/6). Kali ini kerjasama yang dijalin adalah dengan melakukan workshop pengolahan limbah peternakan dan pertanian menggunakan MOL (mikroorganisme lokal) dan ternak cacing (Lumbricus Rubellus) bagi para petani dan peternak yang ada.

Menurut Nur Widodo, salah seorang peneliti, workshop kali ini dilatarbelakangi oleh masalah yang dihadapi para petani dan peternak di desa Wonoasri yang membutuhkan teknologi tepat guna untuk mengatasi kondisi lahan-lahan yang sudah mulai kritis di Desa Wonoasri. “Dari wawancara dan observasi yang kami lakukan, kemudian muncullah ide untuk memanfaatkan mikroorganisme local (MOL) dan cacing tanah (lumbricus rubellus) dalam pembuatan pupuk organik untuk mengatasi lahan-lahan yang kondisinya sudah mulai kritis,” tutur Nur Widodo.

Lebih lanjut Nur Widodo menyampaikan, tujuan pemanfaatan MOL dan cacing tersebut agar proses fermentasi dapat berjalan dengan lebih cepat. Selain itu, pemanfaatan kombinasi dua dekomposer tersebut juga dapat menghasilkan kualitas pupuk yang lebih bagus jika diaplikasikan pada kondisi lahan, sekalipun lahan dalam kondisi kritis.

“Proses fermentasi pupuk hanya memakan waktu 21 hari saja. Nantinya pupuk organik yang dihasilkan akan sangat berguna bagi lahan yang sudah kritis. Karena pupuk organik ini mengandung bakteri-bakteri yang dapat menyuburkan dan menggemburkan tanah, sekalipun pada tanah yang sudah dalam kondisi kritis. Jika pemberian pupuk organik diaplikasikan secara teratur maka akan dapat meningkatkan kualitas tanah,” jelas Nur Widodo.

Kegiatan workshop diawali dengan pembekalan kepada peternak dan petani Desa Wonoasri mengenai tata cara pembuatan media dan isolasi MOL yang digunakan untuk menghasilkan pupuk organik. Pembuatan media dan penggunaan MOL memanfaatkan limbah-limbah yang ada disekitar warga meliputi air cucian beras, air kelapa, dedak padi, nasi serta bakteri yang ada disekitar pohon bambu. Penggunaan MOL tersebut bertujuan agar para petani dapat lebih mandiri dalam pembuatan pupuk organik dan tidak tergantung kepada produk-produk kimia.

“seperti kita tahu, Indonesia yang merupakan negara tropis memiliki banyak bakteri yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan pupuk organik termasuk bakteri yang terdapat pada MOL,” ujar Nurul Pratiwi, salah seorang dosen Program Studi Peternakan dihadapan para petani dan peternak. Nurul Pratiwi juga menyampaikan, pendampingan yang dilakukan kepada para petani dan peternak Desa Wonoasri akan terus berlanjut hingga proses pemasaran kedepannya.

“Kami akan terus melakukan pendampingan hingga proses pemasaran berlangsung. Nantinya kami juga akan memberikan pelatihan dalam tahap pengemasan produk dan promosi di pasar. Untuk peluang pasar dari pupuk organik ini tidak perlu diragukan lagi karena pupuk organik ini begitu dibutuhkan dipasar,” jelas Nurul Pratiwi.

Dalam kesempatan tersebut, para peneliti juga menyalurkan bantuan berupa mesin penjahit karung dan sealer yang diberikan kepada petani dabn peternak. Sementara itu, Murkadi, perwakilan dari peternak dan petani menyambut baik pelatihan yang diberikan oleh para peneliti Universitas Jember. Dirinya berharap agar pelatihan ini dapat terus berlangsung hingga para petani dapat secara mandiri dan mumpuni dalam mengolah limbah yang ada di Desa Wonoasri. Hal tersebut disampaikan Murkadi di sela-sela pelatihan yang diikuti oleh sekitar 15 petani Kamis sore (7/6) lalu. (lid)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content