[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 19 Maret 2019
Universitas Jember untuk kali pertama mengadakan kegiatan Japan Festival 2019 yang digelar di aula lantai 3 Gedung Rektorat dr. R. Achmad, Selasa (19/3). Japan Festival 2019 adalah hasil kolaborasi antara Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH), dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi Ambassador Talk yang menampilkan Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, kuliah umum mengenai Jepang yang diisi oleh peneliti yang tergabung dalam Asosiasi Studi Jepang Indonesia (ASJI), presentasi mengenai informasi perguruan tinggi, beasiswa dan kesempatan riset di Jepang oleh Japan Foundation, hingga pameran budaya Jepang lengkap dengan penampilan pegiat cosplay.
Menurut Edy Hariyadi, ketua panitia kegiatan, Japan Festival 2019 di Kampus Tegalboto digelar dalam rangka memperingati hubungan baik Indonesia – Jepang yang tahun ini memasuki usia 61 tahun. “Selain itu ada dua tujuan spesifik, yakni pertama sebagai persiapan pembukaan Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang di Fakultas Ilmu Budaya. Dengan kegiatan Japan Festival ini, kami berharap dukungan dari stake holder yang ada, terutama dari Pemerintah Jepang melalui Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, serta komunitas peneliti dan alumnus Jepang yang tergabung dalam ASJI,” jelas dosen Bahasa Jepang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember ini.
Tujuan kedua adalah membangun jejaring dan kerjasama diantara pengkaji studi Jepang di Kampus Tegalboto dengan para koleganya di Indonesia. Untuk tujuan kedua ini dimotori oleh C-RiSSH, sebagai pusat penelitian ilmu sosial dan humaniora di Universitas Jember. “Kebetulan C-RiSSH memiliki program Ambassador Talk, program yang menghadirkan perwakilan negara sahabat secara rutin ke Kampus Tegalboto, untuk memberikan informasi dan perspektif baru kepada dosen dan mahasiswa kita mengenai hal-hal yang aktual, khususnya dalam kerangka hubungan antar bangsa. Selain itu kajian Jepang adalah salah satu topik yang mendapatkan porsi besar di Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember, sehingga tepat jika kita mengundang Konsul Jenderal Jepang,” tutur Himawan Bayu Patriadi, Ketua C-RiSSH.
Sementara itu dalam sesi Ambassador Talk, Tani Masaki, Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, memaparkan presentasinya berjudul “Jepang dan Indonesia, Menuju Kemitraan Yang Lebih Baik Demi Generasi Selanjutnya”. Dalam makalahnya Tani Masaki mengulas faktor-faktor yang membuat hubungan antara Jepang dan Indonesia dapat terjalin dengan baik. Diantaranya faktor ikatan sejarah dan kesamaan budaya. Menurut diplomat yang mulai bertugas di Indonesia sejak tahun 1985 ini, faktor-faktor pemersatu ini wajib dijaga dan dikembangkan agar generasi muda Jepang dan Indonesia mampu memajukan kerjasama dua negara ke arah yang lebih baik lagi di masa depan.
“Banyak faktor kesamaan yang bisa dikembangkan dari dua negara ini, misalnya Jepang mengembangkan industrinya dari usaha kecil dan menengah hingga menjadi industri yang kuat. Indonesia pun bisa mengadopsinya melalui program satu desa satu produk, program yang saya tahu juga tengah dikembangkan di Jawa Timur. Jika Jepang melebarkan sayap pengaruhnya ke dunia melalui kekuatan ilmu pengetahuan, industri dan kini melalui budayanya sebagai soft power, maka Indonesia pun punya modal soft power yang tak kalah hebatnya, yakni falsafah Bhineka Tunggal Ika. Falsafah Bhineka Tunggal Ika ini khas Indonesia yang lahir dari keragaman agama, budaya dan adat istiadat, sesuatu yang tidak dimiliki bangsa lain,” urai Tani Masaki yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Tani Masaki juga mendukung inisiatif Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember untuk membuka Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang. Pasalnya di Jawa Timur keberadaan perguruan tinggi yang membuka Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang baru ada di Surabaya dan Malang. “Kami gembira jika makin banyak anak muda Indonesia khususnya di Jember dan sekitarnya yang ingin belajar bahasa dan sastra Jepang, apalagi di wilayah timur Jawa Timur belum ada perguruan tinggi yang membukanya,” imbuh Tani Masaki lagi.
Sebelumnya, Wachju Subchan, Wakil Rektor II Universitas Jember dalam sambutannya mengharapkan, Japan Festival dapat menjadi pintu gerbang untuk kerjasama yang lebih erat antara Kampus Tegalboto dengan pemerintah Jepang. “Untuk kerjasama antar perguruan tinggi sudah lama terjalin, terbukti banyak dosen kami yang melanjutkan studi ke Jepang khususnya di bidang sains dan teknologi sebab selama ini Jepang identik dengan keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologinya. Kini dengan kunjungan Konsul Jenderal Jepang di Surabaya ke Kampus Tegalboto, maka semoga terbuka jalinan kerjasama di bidang sosial humaniora,” kata Wachju Subchan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi kuliah umum bertema “Dinamika Global Terhadap Hubungan Jepang-ASEAN, Tinjauan Dari Perspektif Sosial Budaya” yang dibawakan oleh Meta Sekar Puji Astuti, Ketua Unit Kajian Kebudayaan Jepang Universitas Hassanudin, Makasar. Peserta kegiatan juga dapat berkonsultasi langsung dengan Takuma Yamaguchi dari Japan Foundation mengenai perguruan tinggi di Jepang, serta kesempatan meraih beasiswa dan dana riset. Dalam kesempatan Japan Festival 2019 ini, juga ditandatangani pula naskah kesepahaman (Memorandum of Understanding, MoU) antara Universitas Jember yang diwakili oleh Wachju Subchan, dengan Indra Sasanti, Wakil Ketua ASJI. Dengan penandatanganan naskah kesepahaman ini, maka Universitas Jember resmi menjadi bagian dari ASJI Jawa Timur dan akan bertugas mengembangkan kajian Jepang di wilayah Besuki Raya. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]