Jember, 17 Februari 2022
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jember berhasil meraih gold medal dalam ajang karya tulis ilmiah bidang lingkungan Asean Innovative Science Enviromental and Enterpreneur Fair (AISEEF) 2022. Kompetisi yang diselenggarkan oleh Indonesia Young Scientist Association (IYSA) bersama Universitas Diponegoro pada tanggal 2 – 4 Februari 2022 lalu ini diikuti oleh 447 tim yang berasal dari 20 negara.
Tim dari Fakultas Pertanian Universitas Jember sendiri digawangi oleh Danil Eka Fahrudin, Nur Laila Magvira, Ahmad Burhanudin, Reza Maulana, dan Safira Ummah. Tim yang diketuai oleh Danil ini mengajukan karya tulis ilmiah yang berjudul Textile Wastewater Bioremediation Using Bacterial Enzyme for Free Pollutant Industrial Environment.
Danil mengatakan bahwa karya tulisnya diangkat dari keprihatinan dalam pengelolaan limbah cair yang dihasilkan oleh industri tekstil. Karena menurutnya, limbah cair tersebut jika tidak dikelola dengan baik dapat merusak lingkungan tanah dan air.
“Karena dia (limbah) bersifat racun. Ketika dilepas secara sembarangan ke lingkungan atau ke tanah akan merusak fisik tanah karena bakteri-bakteri baik penyusun tanah akan mati. Begitu pula jika dilepas ke air, misalnya sungai lebih berbahaya lagi,” ujar Danil saat diwawancarai oleh Humas Universitas Jember, (17/2).
Selain itu menurut Danil, limbah cair dari industri tekstil tidak bisa terurai dengan sendirinya. Jika dibuang sembarangan dampaknya akan meninggalkan endapan atau residu yang akan terus meracuni tanah dan air karena tidak bisa terurai.
“Oleh karena itu kami melakukan penelitian bagaimana supaya limbah cair ini bisa terurai dengan sendirinya. Sampel limbah cair dari industri tekstil kami tambahkan bakteri Pseudomonas aeruginosa sebagai pengurai,” jelas Danil.
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi ini menjelaskan, bakteri pseudomonas aeruginosa dapat mengurai air yang telah terkontaminasi dengan pewarna kain. Sehingga, setelah air limbah tekstil terurai dari pewarna kain dan racun, limbah tersebut dapat dilepaskan ke lingkungan dengan aman.
“Dalam penelitian kami menunjukan limbah tekstil cair yang diberi tambahan pseudomonas aeruginosa warnanya perlahan memudar. Butuh waktu sekitar satu bulan hingga airnya menjadi bersih yang menandakan semua warna dan racun sudah terurai,” lanjut Danil.
Walaupun karya ilmiahnya masih sebatas hasil penelitian di laboratorium, Danil berharap dapat segera diimplementasikan untuk membantu pengelolaan limbah cair industri tekstil yang berpotensi merusak lingkungan. Harga isolat bakteri memang masih terbilang mahal, namun demikian masih bisa diperbanyak secara mandiri.
“Harga per 100 mili liternya kisaran 300 sampai 400 ribuan, namun bakteri tersebut bisa dibiakkan, sehingga dapat menghemat biaya. Karena sekali beli bisa dipakai selamanya dengan cara diperbanyak sendiri,” pungkas Danil. (moon)