Jember, 26 September 2024
Fakultas Pertanian Universitas Jember (FAPERTA UNEJ) sukses menggelar webinar internasional bertajuk “Technology Innovation in Agriculture” yang berlangsung secara hybrid di Hall FAPERTA UNEJ. Rabu pagi (25/09/2024) kemarin. Acara ini menghadirkan para pakar internasional dan nasional dalam bidang pertanian untuk membahas inovasi masa depan yang dapat diterapkan di sektor pertanian.
Dalam laporannya, Drs. Yagus Wijayanto, M.A., Ph.D., Koordinator Program Studi Agroteknologi, menyampaikan apresiasinya terhadap kehadiran narasumber dari berbagai negara, termasuk Prof. Bong-Gyu Mun dari Chungbuk National University, Korea Selatan. “Hari ini kita berkumpul untuk berbagi ide dan pengetahuan tentang inovasi di bidang pertanian. Ini adalah kesempatan besar untuk saling bertukar gagasan yang dapat memperkaya wawasan kita semua, terutama di bidang pertanian,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Soetriono, Dekan Fakultas Pertanian UNEJ, dalam sambutannya menegaskan pentingnya teknologi dalam perkembangan sektor pertanian. “Webinar internasional ini merupakan bagian dari agenda strategis prodi yang didukung penuh oleh fakultas. Inovasi teknologi menjadi salah satu syarat mutlak bagi perkembangan pertanian, terutama di Indonesia. Ahli pembangunan pertanian (A.T. Mosher), menyatakan bahwa pembangunan pertanian terkait erat dengan pasar dan teknologi yang berorientasi pada pasar. Robotika, sebagai contoh, telah menjadi salah satu penerapan teknologi penting di sektor pertanian,” jelasnya.
Ia berharap, Webinar ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan teknologi di bidang pertanian, terutama di Fakultas Pertanian UNEJ, yang terus berkomitmen untuk memajukan pertanian modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai lokal.
Prof. Bong-Gyu Mun, Ph.D., dalam paparannya, membahas peran Nitric Oxide (NO) sebagai regulator utama dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dia mempresentasikan penelitian berjudul “Agricultural Application of Hydroxyapatite-Humic Acid Complex (Nano-Fertilizer) of a Smart Nitric Oxide Emission Control System”. Penelitian ini menunjukkan bagaimana kombinasi hidroksiapatit, asam humat, dan NO dapat meningkatkan efektivitas pupuk pada tanaman. Selain itu, penelitian ini juga memaparkan penggunaan NO dalam mengendalikan proses pematangan buah.
“Nitric oxide (NO) adalah berita baik bagi rencana tersebut karena melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan pengiriman oksigen ke setiap sel. NO sebagai pengatur utama pada tanaman dan kadar NO akan meningkat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan tanaman,” Jelasnya.
Pembicara kedua, Prof. Tri Agus Siswoyo, M.Agr., Ph.D., dari Pusat Unggulan IPTEK (PUI-PT) BioTin, mempresentasikan penelitian tentang “Integrating Plant Molecular Farming and Materials Research for Next-Generation Bioactive Peptides”. Ia menyoroti tentang pentingnya protein berbasis tanaman untuk industri farmasi dan makanan, dengan fokus pada produksi peptida bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Contoh penelitian yang diangkat adalah produksi peptida antioksidan dari biji melinjo (Gnetum gnemon), yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai produk pangan fungsional.
“Sumber protein dari biji-bijian memang lebih tinggi dibandingkan bagian tanaman lainnya namun protein untuk alam sangat terbatas dan kita harus memproduksi protein untuk konsumsi manusia. Jadi, pertanian molekuler untuk produksi protein atau metabolit lain yang berharga bagi industri obat pada tanaman. Tumbuhan sebagai platform ekspresi yang menjanjikan menawarkan keunggulan unik antara lain: Produksi protein yang cepat (Easy to scale up and allow the production of recombinant proteins within a few weeks). Keamanan (without contaminating animal proteins), consumer acceptance (more natural and environmentallu sustainable) biaya rendah (no requirement to invest the large-scale production , and enhanced capability for producing functional proteins),” terangnya.
Pembicara ketiga, Budi Saksono, M.Sc., Ph.D., memaparkan penelitian tentang pengembangan makanan fungsional untuk penderita diabetes. Ia menyampaikan, meningkatnya jumlah penderita diabetes di Indonesia membutuhkan terobosan baru dalam pengembangan produk makanan yang rendah kalori namun tetap manis dan aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Teknologi enzim yang digunakan untuk menghasilkan pemanis alami seperti tagatose menjadi salah satu solusi yang diusulkan.
“Sintesis B-Glucosidase yang menghidrolisis agarobiosa dari desain B-Glucosidase yang mampu menghidrolisis agarobiose dan mempunyai karakteristik yang ditargetkan (pH dan suhu optimum masing-masing 6 dan 55 oC). Kemudian, kembangkan sistem reaksi satu pot. Dari referensi penelitian, hidrolisis agrobiosa akan optimum pada pH 6-7 dan suhu 30-40 oC. Tahap selanjutnya adalah 2D AA Alignment dengan persen identifikasi sebesar 42,82%, 3D Structure Alignment dengan nilai RMSD sebesar 0,668 dan terakhir reverse translasi dan optimalisasi kodon,” katanya.
Pada pembicara terakhir, Nanang Masruchin, mengangkat topik tentang potensi nanoteknologi di sektor pertanian. Beliau memperkenalkan nanocellulose, material canggih yang dapat diproduksi dari limbah pertanian seperti jerami padi, sabut kelapa, dan kulit kakao. Nanocellulose memiliki kekuatan yang lebih baik daripada selulosa biasa, serta aplikasi yang luas di berbagai sektor, termasuk material ramah lingkungan dan pertanian.
“Kemajuan nanoteknologi Indonesia dari tahun 2019 hingga 2025. 16 PTNBH berkontribusi dalam penelitian teknologi nano di Indonesia. Teknologi nano masuk dalam kebijakan pemerintah sejalan dengan perkembangan teknologi nano di Indonesia.” Tutupnya.(is)