Mahasiswi Biologi UNEJ Terima Beasiswa Erasmus di Jerman, Fokuskan Penelitian Jamur Laut

Jember, 18 Oktober 2024

Sudah tiga pekan lebih sejak keberangkatannya pada tanggal 25 September lalu, mahasiswa program studi Biologi Universitas Jember, Salsabila Dia’atus Syafa’ah penerima beasiswa Erasmus berkesempatan menempuh pendidikan di Flensburg University of Applied Sciences (FUAS) Jerman, selama 1 semester periode September 2024 – Januari 2025 (winter semester).

Mahasiswa yang sebelumnya menyandang gelar Duta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) 2022 dan Duta Kampus Universitas Jember 2023 ini juga aktif mengikuti magang riset di laboratorium bioteknologi dan menjadi asisten praktikum di bidang mikroteknik. Oleh karena itu pula fokus penelitiannya di Jerman juga terkait bioteknologi spesifikasi tentang jamur laut atau marine fungi.

“Penelitian yang saya lakukan selama di FUAS nanti akan berkaitan dengan marine fungi, jadi tidak hanya jamur yang hidup di darat saja. Disini saya akan meneliti potensi yang bisa didapatkan dari marine fungi sehingga bisa menjadi kandidat potensial untuk berbagai macam hal dalam bidang bioteknologi,” jelas Salsa.

Salsabila Dia’atus Syafa’ah mahasiswa UNEJ penerima beasiswa Erasmus di Flensburg University of Applied Sciences (FUAS), Jerman.

Mahasiswa yang akrab disapa Salsa itu juga menambahkan dalam dunia bioteknologi, pemanfaatan fungi yang hidup di darat sudah biasa atau banyak dikenal. Namun ia melihat potensi besar dalam marine fungi yang perlu dieksplorasi lebih dalam sehingga bisa memberikan solusi inovatif dalam berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah bidang bioremediasi, yaitu pemanfaatan organisme untuk membantu memulihkan lingkungan yang tercemar. Selain itu, Salsa dan tim nantinya juga akan mengeksplorasi kemungkinan penggunaan marine fungi untuk pengembangan antibiotik baru dan aplikasi bioteknologi lainnya.

Melalui penelitian yang akan ia lakukan ini, Salsa dan tim berharap Marine Fungi bisa menjadi sumber untuk berbagai macam hal dalam bidang bioteknologi dan dapat bermanfaat di masa depan karena jumlahnya yang sangat melimpah.

Tidak hanya bercerita pengalamannya selama disana, Salsa juga menceritakan perjalanan panjangnya selama proses meraih beasiswa Erasmus. Awal mula dirinya mengetahui program beasiswa ini karena memang secara rutin disosialisasikan oleh DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst) di Universitas Jember melalui info session, seminar, dan informasi yang dibagikan melalui laman Universitas Jember. Program beasiswa Erasmus ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas internasional, memperkuat kerjasama akademik, dan memberikan pengalaman belajar yang beragam bagi mahasiswa. Seperti kuliah, penelitian, atau praktik kerja di universitas mitra.

Salsabila Dia’atus Syafa’ah mahasiswa UNEJ penerima beasiswa Erasmus di Flensburg University of Applied Sciences (FUAS), Jerman. Saat melakukan praktikum

“Selain dari DAAD, saya juga mendengar cerita sukses dari beberapa mahasiswa UNEJ yang telah mengikuti program ini sebelumnya. Melalui informasi tersebutlah saya tertarik untuk mendaftar,” ujar Salsa.

Sejalan dengan minatnya di bidang bioteknologi, motivasi utama Salsa untuk mengikuti program beasiswa Erasmus adalah keinginannya mendapatkan pengalaman belajar di lingkungan internasional yang baru. Hal ini diharapkan dapat membantunya memahami berbagai perspektif di bidang yang ia tekuni dengan lebih baik khususnya bioteknologi, di masa depan.

Tak lupa Salsabila juga memberikan beberapa tips yang bisa diterapkan oleh para mahasiswa yang ingin mengikuti seleksi beasiswa Erasmus. Pertama, pahami persyaratan beasiswa dengan baik. Pastikan bahwa beasiswa tersebut sejalan dengan tujuan yang dimiliki, terutama dalam kaitannya dengan karir di masa depan. Kedua, jadilah diri sendiri selama proses seleksi, baik dalam penulisan motivation letter maupun saat wawancara.

“Selain menjadi diri sendiri, menjelaskan motivasi dan tujuan yang kuat juga sangat penting agar kita bisa menunjukkan keseriusan dalam menjalani program tersebut,” ungkapnya.

Salsabila Dia’atus Syafa’ah dan tim saat melakukan praktikum di Flensburg University of Applied Sciences (FUAS), Jerman.

Ketiga, adaptabilitas karena sangat dibutuhkan ketika nanti berhadapan dengan budaya dan lingkungan baru. Terakhir, tingkatkan kemampuan bahasa asing, terutama dalam berkomunikasi, karena selama program akan banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda.

“Kemampuan berkomunikasi yang baik dalam bahasa asing adalah aset penting, karena selama menjalani program, interaksi dengan lingkungan internasional menjadi bagian dari proses belajar itu sendiri.” tutup Salsa. (nil)

Skip to content