Jember, 11 November 2024
Peringatan Dies Natalis ke 60 Universitas Jember (UNEJ) ditandai dengan tradisi penyampaian orasi ilmiah. Kali ini yang mendapatkan kehormatan sebagai Dies Reader adalah Dr. Ir. M. Asrofi, S.T., IPM., dari Fakultas Teknik. Membawakan judul “Biokomposit Sebagai Kemasan Ramah Lingkungan di Era Society 5.0. : Peran Sentral Dalam Meujudkan Suistainable Development Goals (SDGs) dan Pertanian Berkelanjutan”. Dalam orasi ilmiahnya, M. Asrofi menawarkan biokomposit sebagai kemasan ramah lingkungan sebagai salah satu usaha mengurangi sampah plastik.
Menurut dosen Program Studi Teknik mesin yang masuk dalam daftar Dua Persen Ilmuwan Berpengaruh di Dunia versi Stanford University bersama Elsevier BV, saat ini Indonesia sedang menghadapi darurat sampah plastik. Betapa tidak, Indonesia menduduki posisi kedelapan sebagai negara yang paling banyak menghasilkan sampah plastik, dengan jumlah 3,4 juta ton per tahun. Data ini mengacu pada World Population Review tahun 2024. Padahal sampah plastik memerlukan waktu yang lama untuk terurai, bahkan ada yang memakan waktu ratusan tahun.
“Salah satu solusi sampah plastik adalah plastik ramah lingkungan dari bahan alami atau bioplastik atau biokomposit. Mengapa ? Karena bahan utama pembuatan plastik berasal dari bahan alami yang mudah terurai di alam. Semisal dari limbah biji mangga, eceng gondok, tandan kosong sawit, ampas tebu dan bahan yang berasal dari tanaman lainnya,” ujar M. Asrofi di hadapan keluarga besar Universitas Jember yang memenuhi gedung auditorium kampus Tegalboto (11/11/2024).
M. Asrofi lantas menjelaskan dua hasil penelitianya terkini. Pertama plastik untuk bahan makanan berbahan limbah biji mangga. Biji mangga yang tak terpakai diubahnya menjadi gelatin lantas diproses sebagai plastik ramah lingkungan. Dari hasil uji coba di laboratorium, biokomposit ciptaannya memiliki kemampuan tahan panas yang lebih baik dari tas kresek LDPE yang umum dipakai di pasaran.
“Selain meneliti biokomposit, kami juga mengembangkan purwa rupa kertas dari serat ampas tebu dan dari tandan kosong kelapa sawit. Produk ini nantinya cocok untuk pembungkus atau kardus makanan, bahkan karton dari tandan kosong kelapa sawit memiliki kekuatan yang lebih baik sehingga bisa dipakai untuk tempat telur atau egg tray,” jelas dosen asal Sidoarjo ini.
Dosen muda ini menilai pengembangan biokomposit sesuai dengan visi misi UNEJ yang ingin mengembangkan pertanian dan perkebunan industrial. Pada satu sisi biokomposit memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, di sisi lainnya turut menjaga lingkungan yang berarti melestarikan alam sehingga usaha pertanian dan perkebunan akan berkelanjutan. Pengembangan riset biokomposit yang memiliki banyak manfaat nyata, akan menjadikan UNEJ sebagai perguruan tinggi yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan bangsa.
Sebelumnya, Rektor UNEJ menyampaikan laporan tahunan mengenai perkembangan selama setahun ini. Terutama memaparkan persiapan UNEJ untuk bertransformasi menuju Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Menurut Iwan Taruna, transformasi menjadi PTN-BH diharapkan menjadi sarana bagi UNEJ agar lebih adaptif menghadapi tantangan ke depan yang makin kompleks.
“Guna menuju PTN-BH maka kita musti berbenah, mulai dari menyiapkan organisasi yang ramping namun memiliki banyak fungsi, meningkatkan kemandirian finansial, membangun budaya kerja yang baik, hingga menyiapkan SDM yang cakap. Dan modal untuk menuju PTN-BH sudah kita miliki seperti predikat PTN Badan Layanan Umum terbaik, meraih posisi ke tiga belas dalam rangking perguruan tinggi terbaik Indonesia versi THE WUR hingga yang terbaru, pencapaian akreditasi Unggul hingga tahun 2030. Semuanya berkat kerja keras, kerja sama dan gotong royong semua pihak di UNEJ,” kata Iwan Taruna. (iim/dil)