Jember, 7 Februari 2025
Universitas Jember (UNEJ) menggelar peringatan Isra Mi’raj dengan penuh khidmat di masjid Al-Hikmah kampus Tegalboto yang bertemakan “Isra Mi’raj dan Nisfu Sya’ban Menuju Bulan Keberkahan”. Acara ini dihadiri oleh Rektor UNEJ Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng, IPM. serta jajarannya dan mengundang K.H. Mushoddiq Fikri Farouq, S.Sos. pengasuh pondok pesantren Riyadlus Sholihin Jember sebagai pengisi tausyiah dalam acara tersebut, Jumat (07/02/2025).
Dalam sambutannya Rektor mengatakan bahwa acara Isra Mi’raj kali ini bertepatan dengan kegiatan bulan Sya’ban, “Kali ini bertepatan dengan bulan Sya’ban, oleh karena itu temanya dikaitkan dengan Nisfu Sya’ban. Tentu kita sudah mengetahui juga keistimewaan dari bulan Sya’ban itu ialah malam Nisfu Sya’ban itu sendiri. Dikatakan malam ini merupakan malam penuh ampunan, keberkahan dan menjadi momen refleksi bagi kita semua untuk meningkatkan ibadah dan memperbaiki diri sebelum memasuki bulan suci Ramadan,” ungkap Rektor.
![](https://unej.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/1-5-1024x682.webp)
Rektor juga manambahkan, “Isra Mi’raj ini juga bisa dikatakan sifat inspiratif. Inspirasi dalam mengembangkan IPTEK yang tetap berlandaskan nilai-nilai keislaman. Jadi kemajuan ilmu itu harus juga diiringi dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Sehingga dapat memberikan manfaat yang luas bagi umat dan bangsa,” imbuhnya.
Senada yang diungkapkan oleh Rektor, K.H Mushoddiq Fikri Farouq, S.Sos. dalam tausyiahnya juga mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah merangkai bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadan yang berarti hal tersebut merupakan satu proses dengan tujuan tertentu.
![](https://unej.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/2-3-1024x682.webp)
“Rasulullah merangkai Rajab, Sya’ban dan Ramadan, artinya ini satu proses yaitu Rajab disebutkan bahwa bulan untuk mensucikan badan yang artinya manusia memiliki jasmani yang dibersihkan melalui salat, Sya’ban yang artinya waktunya kita membersihkan hati dan Ramadan yang artinya bulan untuk mensucikan rohani kita,” ungkap K.H. Mushoddiq Fikri Farouq.
Selain itu di akhir tausyiahnya, Kiai Fikri juga menceritakan kegiatan Rasulullah dalam mengobati masalah ialah melakukan salat, “Rasulullah ketika berada dalam titik jenuh, beliau tidak lain ialah melakukan salat. Bagi kita umat manusia menganggap salat adalah suatu kewajiban, itupun adalah sebuah pahala,” pungkasnya. (dil/adi)