Jember, 24 November 2025
Faiqotul Fuadatus Sholikhah, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), membawa kisah inspiratif dari momen wisuda Universitas Jember (UNEJ) Periode V Tahun Akademik 2025/2026.
Perempuan yang lahir di Jember pada 13 Mei 2002 ini menceritakan perjalanannya bagaimana konsistensi, strategi belajar yang tepat, dan dukungan orang tua menjadi kunci utama.Faiq tumbuh di keluarga sederhana. Ayahnya, Mudhofir, bekerja sebagai buruh bangunan, sementara ibunya, Umi Siswati, mengurus rumah dan memastikan segala kebutuhan keluarga tetap terpenuhi. Di balik keseharian mereka, tersimpan perjuangan panjang demi satu hal: pendidikan anaknya.
Setiap hari, sang ayah pulang dengan tubuh penuh keringat, memikul lelah yang tak sedikit. “Ayah saya yang bekerja sebagai buruh bangunan sering pulang dengan tubuh penuh keringat dan rasa lelah, akan tetapi berusaha menyisihkan uang dari penghasilan yang tidak seberapa agar saya bisa membayar kebutuhan selama pendidikan,” ungkapnya.

Meskipun sebagai ibu rumah tangga, ibunya juga berjuang secara “sunyi” dalam perjalanan pendidikannya. “Ibu saya yang menjadi ibu rumah tangga pun tidak kalah berjuang, beliau sering menghemat apa pun yang bisa dihemat, bahkan menahan keinginan sendiri, hanya supaya uang belanja cukup untuk membeli perlengkapan pendidikan. Pernah suatu waktu, orang tua saya diam-diam menjual barang yang sangat berharga bagi mereka agar saya tidak ketinggalan biaya pendidikan. Pengorbanan kecil dan besar yang mereka lakukan mungkin tidak pernah mereka ceritakan secara langsung, akan tetapi setiap tindakan orang tua saya menunjukkan betapa dalamnya cinta dan harapan yang mereka tanamkan untuk masa depan saya,” ungkap Faiqotul.
Sebagai putri asli daerah Jember, Faiqotul menjadi salah satu penerima Beasiswa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember kategori kompetensi. Bantuan pendidikan ini menjadi penopang penting dalam perjalanannya menyelesaikan studi. Tidak hanya meringankan beban biaya kuliah, beasiswa tersebut juga membuatnya dapat menjalani perkuliahan dengan lebih tenang tanpa harus memikirkan kekhawatiran finansial yang berlarut.

Kesempatan itu tidak datang begitu saja. Faiqotul mengingat bagaimana ia mempersiapkan berkas-berkas dengan teliti, mengirimkan dokumen sesuai persyaratan, serta menunjukkan rekam jejak prestasi akademik maupun non-akademik yang ia raih selama sekolah. Ia juga harus melalui tahap wawancara, yang ia jalani dengan penuh keyakinan.
Lulus dengan mepertahankan IPK 3,94, Faiq membagikan kiatnya. “Kunci untuk mendapatkan IPK tinggi itu ada di konsistensi. Cara paling efektif ya dengan mengatur waktu dengan baik, disiplin, dan mempunyai strategi belajar yang cocok dengan diri sendiri. Selain itu, menjaga kesehatan, tidur yang cukup, dan mencari suasana belajar yang nyaman supaya bisa fokus. Hal-hal kecil seperti itu yang menurut saya paling ngaruh untuk menjaga IPK tetap tinggi,” jelasnya.

Kisah Faiqotul menjadi bukti bahwa prestasi akademik bukan hanya soal belajar, tetapi juga soal menjaga keseimbangan, membangun kebiasaan baik, serta memiliki lingkungan keluarga yang mendukung penuh proses pendidikan. (dil/elz)
#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #Alumni/Lulusan

