Jember, 3 Desember 2025
Digitalisasi pendidikan, alih-alih menjadi solusi, justru berpotensi menjadi “Jurang Ketidakadilan” baru yang memisahkan pelajar di pusat kota dengan mereka yang berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Melihat urgensi masalah ini, Hani Rizki Maulida, mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Jember (UNEJ), menawarkan sebuah inovasi konkret dalam bentuk esai.Inovasi tersebut tertuang dalam esainya, “Digitalisasi Pendidikan: Antara Jembatan Inovasi atau Jurang Ketidakadilan?”, yang berhasil meraih Juara 3 dalam Lomba Esai Nasional yang diselenggarakan Logaritma FMIPA Universitas Udayana.
Hani menyoroti bahwa kebijakan digitalisasi yang ada belum menyentuh akar permasalahan di lapangan, yaitu ketimpangan akses internet yang minim dan kompetensi digital yang rendah di daerah pelosok.

“Sebagai calon pendidik, saya melihat secara langsung bagaimana adik-adik di daerah terpencil tertinggal bukan karena kemauan, tetapi karena keterbatasan geografis dan ekonomi yang membuat mereka terputus dari teknologi. Teknologi seharusnya menjadi jembatan bagi seluruh peserta didik, bukan penghalang yang memisahkan mereka,” tegas Hani.
Ia menambahkan, tanpa intervensi yang tepat, upaya modernisasi pendidikan akan gagal mencapai tujuan SDGs poin 4 (Pendidikan Berkualitas) karena hanya menguntungkan segelintir wilayah.
Untuk mengatasi masalah ini, Hani mengusung inovasi berupa modifikasi sistem hybrid semi offline-online dengan konsep Mobile Learning Environment System (MLES). Gagasan ini terinspirasi dari praktik yang pernah diterapkan di Malaysia pada tahun 2020.
Fokus utama inovasi MLES adalah:
– Penyederhanaan akses pembelajaran dengan memungkinkan konten digital diakses dan disinkronkan secara fleksibel, meminimalkan ketergantungan pada koneksi internet yang stabil.
– Pemerataan kompetensi dengan menyediakan modul dan pelatihan yang tidak hanya fokus pada perangkat keras, tetapi juga pada peningkatan kemampuan literasi dan kompetensi digital guru dan siswa di daerah 3T.
– Keadilan kesempatan belajar dengan memastikan teknologi benar-benar menjadi alat pemerataan, bukan sumber ketidakadilan.
Inovasi MLES ini menegaskan bahwa nilai sebuah teknologi terletak pada kemampuannya untuk menghadirkan akses pendidikan yang merata dan berkeadilan, selaras dengan rekomendasi global dari OECD 2023.
Hani menggarisbawahi bahwa keberhasilan ini tak lepas dari peran dosen pembimbing, teman-teman, dan lingkungan akademik UNEJ yang menyediakan ruang diskusi, masukan, dan dukungan moral yang kuat. Prestasi yang diraih pada 25 Oktober 2025 ini menjadi cerminan ekosistem akademik UNEJ yang mendorong mahasiswanya untuk peka terhadap masalah sosial dan berani menawarkan solusi inovatif berbasis riset.
Hani berharap, inovasi MLES ini dapat membuka percakapan lebih luas dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemangku kebijakan untuk mewujudkan digitalisasi pendidikan yang inklusif bagi seluruh anak Indonesia. (dil/elz)
#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #Prestasi

