[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 8 November 2019
Perkembangan teknologi di dunia kedokteran makin maju. Salah satu teknologi yang tengah dikembangkan adalah kemungkinan penggunaan robot ukuran nano atau Nanobots yang super kecil sebagai wahana pembawa obat. Robot super kecil ini kemudian dimasukkan ke dalam tubuh pasien dan segera menuju sumber penyakit. Trend ini juga menarik minat tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember untuk mengkaji kemungkinan Nanobots sebagai pembawa obat berbahan kunyit untuk perawatan bagi pasien penyakit kanker rongga mulut. Ketiganya adalah Syahnaz Rahmad, Amanda Elizabeth, dan Ericko Ichi yang melakukan kajian literatur berjudul Potensi Kombinasi Curcumin dan Nanobots Melalui Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) Signaling Pathways Sebagai Perawatan Oral Squamus Cell Carcinoma.
“Ide penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari diskusi kami di Unit Kegiatan Mahasiswa Dentin di FKG Universitas Jember yang memang rutin menggelar diskusi membahas trend terbaru di bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi. Kebetulan kajian mengenai Nanobots saat ini banyak ditemui di berbagai jurnal ilmiah,” ujar Syahnaz Rahmad saat ditemui di sela-sela kesibukannya kuliah (8/11). Ternyata kedua koleganya, Amanda Elizabeth dan Ericko Ichi juga memiliki ketertarikan pada teknologi Nanobots untuk pengobatan. Ketiganya lantas sepakat melakukan kajian literatur Nanobots sebagai pembawa obat dalam perawatan bagi penderita kanker rongga mulut.
“Kami memilih penyakit kanker rongga mulut mengingat 95 persen penderita kanker di bagian mulut di dunia adalah penderita kanker rongga mulut. Menurut penelitian, kanker rongga mulut disebabkan oleh kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan lalai menjaga kebersihan rongga mulut,” jelas Amanda Elizabeth. Uniknya, obat untuk perawatan kanker rongga mulut yang mereka ajukan adalah kunyit yang mengandung bahan curcumin. “Kandungan curcumin dalam kunyit sudah terbukti efektif dalam pengobatan kanker, termasuk kanker rongga mulut karena berfungsi sebagai anti kanker,” imbuh mahasiswi asal Pasuruan ini.
Pemilihan kunyit sebagai bahan pengobatan bagi pasien kanker rongga mulut juga karena selama ini pengobatan kanker lebih banyak menggunakan obat-obatan berbahan kimia sehingga menimbulkan efek samping bagi pasien. “Biasanya pasien kanker mendapatkan perawatan dengan cara kemoterapi, radioterapi dan obat-obatan kimia. Pengobatan dengan cara ini menimbulkan efek samping seperti kerusakan jaringan hingga berkurangnya air ludah yang tentunya berdampak negatif bagi pasien. Jadi boleh dikata penelitian kami ini memadukan penggunaan obat herbal dengan teknologi terkini,” timpal Ericho Ichi.
Lantas bagaimana cara kerja Nanobots dalam merawat penderita kanker rongga mulut? Syahnaz Rahmad menjelaskan. “Jadi Nanobots itu robot superkecil yang dibuat dari bahan karbon khusus yang membawa obat yang mengandung curcumin. Nanobots ini lantas disuntikkan ke dalam pembuluh darah pasien. Dengan sistem epidermal growth factor receptor (EGFR) signaling pathways, maka Nanobots mampu melakukan distribusi obat melalui aliran darah menuju ke sel kanker secara lebih akurat, karena reseptor di Nanobots akan mengenali reseptor di sel kanker, ” kata mahasiswa FKG angkatan tahun 2018 ini.
Kajian literatur yang dikerjakan oleh ketiganya ternyata mendapatkan apresiasi saat diajukan dalam 13th Dentistry Scientific Meeting 2019 yang digelar oleh FKG Universitas Indonesia bulan September 2019 lalu. Karya tulis ilmiah mereka dinobatkan sebagai juara kedua, sementara juara pertama diraih oleh FKG Universitas Gadjah Mada dan posisi ketiga direbut oleh tim FKG Universitas Airlangga. “Alhamdulillah, karya tulis ilmiah yang kami tulis diganjar juara kedua, tentu ini baru permulaan awal sebab baru dalam taraf kajian literatur saja, tapi memberikan semangat bagi kami untuk terus meneliti,” ungkap Syahnaz Rahmad diiyakan kedua koleganya. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]