Jember 20 November 2019
Sebagai salah satu paru-paru kota yang ada di Kabupaten Jember, Universitas Jember memiliki peran penting dalam menyumbang ketersediaan oksigen. Pasalnya dari 9.905 pohon tegaan yang ada di Universitas Jember mampu menghasilkan sebanyak 206,77 ton oksigen per hari. Padahal kebutuhan oksigen seluruh sivitas akademika Universitas Jember hanya sekitar 11 ton per hari.
“Kami menghitungnya bahwa setiap orang membutuhkan 315 gram oksigen selama berada di Univeritas Jember dalam satu hari kerja. Sehingga jika dikalikan dengan jumlah seluruh sivitas akademika sebanyak 33.554 ketemu kurang lebih 11 ton. Artinya kita (UNEJ) mengalami surplus sebesar 195,19 ton oksigen per hari. Kelebihan ini yang dihirup oleh masyarakat khususnya masyarakat sekitar Universitas Jember,” ujar Hari Sulistiyowati Ketua Tim Tropical Natural Resources Conservation (T-NRC) saat di wawancara tim Humas Universitas Jember di ruang kerjanya, (19/11)
Untuk mendukung ketersediaan oksigen, saat ini Universitas Jember memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 34,96 persen. Luas ini sama dengan 40 persen dari total luas kampus utama Universitas Jember yang mencapai 87 hektare. Dari seluruh vegetasi tanaman yang tumbuh di RTH mampu menyerap 285.83 ton Carbon Dioksida (CO2) per hari dan menghasilkan sebesar 77.95 ton cadangan Carbon per hari.
“Padahal dari aktivitas harian Universitas Jember hanya menghasilkan 6,08 ton Carbon Dioksida (CO2). Artinya seluruh karbon dioksida (CO2) yang ada di Universitas Jember terserap habis sehingga udaranya benar-benar bersih dan sehat,” lanjut Hari.
Menurut Hari, dari hasil penghitungan oksigen dan penyerapan karbon Universitas Jember sangat layak untuk menyandang predikat Green Campus. Karena kontribusi Universitas Jember yang mampu menurunkan emisi karbon sebesar 285,83 ton perhari.
“Karena karbon dioksida jika tidak diserap akan lepas ke atmosfir dan akan menyebabkan polusi pada lingkungan sekitar. Oleh karena itu penyediaan oksigen dan penyerapan karbon dioksida harus berjalan dengan seimbang dan disitulah peran dari RTH,” jelas Hari.
Hasil penghitungan jejak karbon dan peta spasial sebaran karbon yang ada di Universitas Jember ini telah diserahkan kepada Rektor Universitas Jember Moh. Hasan saat acara Dies Reader di Gedung Soetardjo Universitas Jember, (20/11)
Sementara itu Wakil Rektor II Universitas Jember Wachju Subchan sekaligus anggota tim T-NRC mengatakan, untuk menjaga agar lingkungan Universitas Jember tetap hijau diberlakukan aturan yang ketat dalam penebangan pohon. Selain itu setiap tahun dilakukan penambahan vegetasi tanaman termasuk tanaman yang masuk dalam kategori langka.
“Aturan yang kami berlakukan adalah tidak boleh menebang pohon. Kalaupun lahan tempat pohon tumbuh dibutuhkan untuk pembangunan gedung baru maka pohon harus dipindahkan dan ditanam ditempat lain,” ujar Wachju.
Menurut Wachju, pembangunan gedung-gedung pun didesain dengan model ke atas (vertikal). Karena model vertikal dapat menghemat dalam penggunaan lahan sehingga tidak banyak vegetasi tanaman yang ditebang. Menurutnya, jika terpaksa harus melakukan penebangan maka setiap satu pohon yang ditebang harus melakukan penanaman pohon baru sebanyak 10 pohon dengan tinggi minimal 1 meter.
“Setiap tahun pun kami melakukan evaluasi terhadap jumlah dan kondisi vegetasi tanaman dan pertambahan jumlah burung yang berada di lingkungan Universitas Jember. Tahun lalu kami melakukan penanaman sebanyak 1.800 bibit tanaman,” jelas Wachju.
Tidak hanya persoalan karbon, saat ini pun Universitas Jember tengah membangun dan terus mengembangkan sistem yang dapat menekan penggunaan energi. Salah satunya adalah penggunaan kertas.
“Kami berusaha untuk menerapkan pengurangan penggunaan kertas dalam proses administrasi dan dokumentasi. Oleh karena itu saat ini kami menggunakan sitem administrasi online untuk menekan penggunaan kertas,” pungkas Wachju.