Lumajang Kini Punya Destinasi Wisata Baru, Desa Eduwisata Burno Binaan Universitas Jember Kampus Lumajang

Lumajang, 27 Januari 2020

Kini Lumajang punya destinasi wisata baru, yaitu Desa Eduwisata Burno, di Kecamatan Senduro. Soft opening Desa Burno sebagai destinasi eduwisata ditandai dengan kunjungan tamu pertama yakni pengurus Yayasan Permata Hati Lumajang bersama keluarga, sejumlah 150 orang. Mereka menikmati eduwisata berupa paket wisata peternakan kambing dan sapi, paket wisata perkebunan pisang kirana, petik salak, ada juga paket wisata hutan yang diisi dengan pengenalan fungsi dan manfaat hutanselama dua hari (25-26/1). Uniknya, di hari Minggu para wisatawan perdana ini diajak turut serta mengikuti Pasar Pinus, pasar bernuansa jadoel yang menggunakan biji pinus sebagai alat pembayarannya.

“Alhamdulillah, hasil kerja keras seluruh kawan-kawan di Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang mendampingi warga Desa Burno semenjak bulan Oktober tahun lalu akhirnya terbayar lunas, Desa Eduwisata Burno terwujud. Tentu saja keberhasilan ini juga berkat kekompakan warga Desa Burno melalui Badan Usaha Milik Desa Anoman Burno yang dengan penuh semangat mempersiapkan seluruh fasilitas pendukung,” ungkap Anggia Astuti, salah satu dosen Universitas Jember Kampus Lumajang yang sejak awal mendampingi warga Desa Burno melalui kegiatan sekolah desa. Pembukaan desa Eduwisata Burno juga dihadiri oleh Lantin Sulistyorini, Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Rasa puas juga ditunjukkan oleh para tamu, seperti yang disampaikan oleh Ika Sari Rahmanita. Menurutnya paket eduwisata yang disiapkan oleh Bumdes Anoman Burno sangat pas bagi keluarga, terutama paket eduwisata seperti mengenal perkebunan pisang dan salak, serta perah susu kambing. “Anak-anak jadi tahu bagaimana proses pohon pisang ditanam hingga dipanen, bahkan berkesempatan petik salak sendiri. Untuk saya sendiri, fasilitas kegiatan out bond-nya oke banget, bisa melatih kekompakan sambil merasakan kesejukan hutan Siti Sundari yang ada di tengah alam pegunungan,” cerita Ika yang juga seorang dokter ini.

Untuk mempersiapkan Desa Burno menjadi Desa Eduwisata berbasis Agronursing, Universitas Jember Kampus Lumajang telah melakukan banyak hal melalui kegiatan sekolah desa. Diantaranya memberikan pelatihan desa eduwisata dan pelatihan agronursing kepada warga setempat, studi banding ke lokasi wisata, hingga pendampingan dalam pembentukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). “Yang membedakan dengan desa wisata lainnya adalah kami mengusung konsep eduwisata berbasis agronursing. Jadi tidak hanya menawarkan keindahan alam saja, tapi ingin memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan misalnya saja seperti bagaimana cara beternak kambing Senduro, bagaimana proses penanaman hingga panen pisang Kirana, serta pengetahuan akan bagaimana menjaga kelestarian hutan,” jelas Anggia Astuti.

Konsep eduwisata tersebut kemudian disokong oleh konsep Agronursing yang menjadi ciri khas Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember Kampus Lumajang. Agronursing sendiri adalah penatalaksanaan manajemen pelayanan keperawatan  dan asuhan keperawatan, dalam ruang lingkup pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan serta agroindustri. “Konsep agronursing ini kami wujudkan dalam materi yang kami berikan dalam Sekolah Desa, semisal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 di area pertanian dan peternakan. Warga Desa Burno kami latih menggunakan alat pelindung diri saat bekerja di lahan dan kandang ternak, termasuk praktik mencuci tangan yang benar. Prosedur ini juga akan diterapkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Burno,” imbuh Anggia Astuti.

Untuk daya tarik keindahan alam, Desa Burno tak perlu diragukan lagi pasalnya letaknya berada di kaki Gunung Semeru. Wisatawan akan merasakan kesejukan khas desa di pegunungan yang penduduknya sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak ini. Desa Burno juga memiliki areal rest area Siti Sundari yang berupa hutan pinus yang tak jauh dari lokasi air terjun Watu Silo. Rest area Siti Sundari juga menjadi lokasi bagi wisatawan untuk berkemah dan kegiatan Pasar Pinus di setiap hari Minggunya, juga pusat dolanan anak. Namun bagi wisatawan yang enggan berkemah, Bumdes Anoman Burno sudah menyediakan home stay yang mampu menampung 150 orang. Sementara itu andalan makanan yang disediakan antara lain keripik pisang, susu kambing Senduro, kripik talas dan kripik singkong. Pengunjung pun bisa menikmati masakan ala ndeso.

Keberadaan destinasi wisata Desa Eduwisata Burno tak lepas pula dari peran serta mahasiswa Universitas Jember yang terjun melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematis Desa Wisata kelompok 40 di Desa Burno. Para mahasiswa ini membantu mempersiapkan penyambutan tamu pertama di Desa Burno, mulai dari menyiapkan fasilitas wisata, menjadi guide hingga mempromosikan keberadaan Desa Eduwisata Burno melalui media sosial. Bantuan dan bimbingan Universitas Jember ini mendapatkan apresiasi dari Tohar, Ketua Bumdes Anoman Burno. “Kami merasakan manfaat nyata dengan adanya pendampingan dari Universitas Jember Kampus Lumajang. Oleh karena itu walau kegiatan eduwisata di Desa Burno sudah dibuka, tetapi kami ingin agar pendampingan dari Universitas Jember Kampus Lumajang terus berjalan,” ungkap Tohar. (iim)

Skip to content