Jember, 9 Maret 2020
Penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu) yang mumpuni, calon pemimpin yang berkualitas dan berintegritas, serta pemilih yang berdaulat menjadi usaha untuk memilih pemimpin daerah yang baik melalui hajatan nasional Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020 di bulan September nanti. Oleh karena itu sebagai kalangan terpelajar dan melek politik, mahasiswa diharapkan menyalurkan suaranya dan tidak memilih menjadi Golongan Putih alias Golput. Ajakan ini disampaikan oleh Arief Budiman, ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia saat menjadi pembicara dalam acara “VoteFest, Mencari Pemimpin Berkualitas dan Berintegritas” yang digelar di Gedung Soetardjo Universitas Jember (7/3).
Menurut Arief Budiman, KPU RI sudah mempersiapkan tahapan Pilkada serentak 2020 dengan baik, bahkan saat ini sudah masuk tahapan rekrutmen Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) serta Panitia Pemilihan Suara (PPS), sehingga siap melaksanakan Pilkada serentak di 270 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, diantaranya di 19 kabupaten dan kota di Jawa Timur, termasuk Jember. “Namun kesiapan KPU hanya sebagian saja dari faktor kesuksesan sebuah pemilihan umum, ada satu lagi yang tak kalah penting yakni keikutsertaan pemilih termasuk para mahasiswa. Sebab salah satu parameter kesuksesan Pemilu jika angka pemilihnya tinggi. Oleh karena itu jangan Golput sebab suara Anda menentukan masa depan daerah Anda,” kata Arief Budiman.
Oleh karena itu Arief Budiman mengapresiasi langkah Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) yang bekerjasama dengan Kompas TV menggelar kegiatan VoteFest. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa, tapi juga mengundang jajaran Forum Pimpinan Daerah Jember, pegiat lembaga swadaya masyarakat, serta perwakilan KPU daerah dan kota di Jawa Timur. “KPU tidak mungkin bekerja sendiri dalam menyosialisasikan dan menyukseskan Pemilihan Umum, oleh karena itu kami mengapresiasi inisiatif LP2M Universitas Jember dan Kompas TV menggelar VoteFest,” imbuhnya.
Suasana VoteFest makin semarak dengan hadirnya Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi yang membeberkan resepnya sukses memimpin kabupaten di ujung timur pulau Jawa ini. Menurut pria yang menyelesaikan masa SMA-nya di Jember ini, posisi pemimpin daerah sangat strategis, mengingat bupati atau walikota adalah orang yang mengeksekusi program di daerah. Tak pelak jika daerah berhasil membangun maka pembangunan nasional pun bakal sukses. Dan Azwar Anas berhasil membuktikannya. Banyuwangi kini menjadi daerah paling inovatif di Indonesia, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Banyuwangi lima tahun berturut-turut mendapatkan nilai A. Fakta ini hanya sebagian kecil saja dari kesuksesannya membangun Banyuwangi.
Tentu saja keberhasilan ini diraih dengan kerja keras. “Selama dua tahun saya blusukan keluar masuk desa dan kampung, mendengar dan melihat langsung permasalahan rakyat. Hasil survey pun menjadi salah satu kajian saya sebelum mantap mencalonkan diri. Ketika berhasil menjadi bupati, saya memegang janji kampanye saya, diantaranya tidak akan mengijinkan toko modern berjaringan dan Malldi Banyuwangi, membangun infrastruktur dan mengurangi angka kemiskinan. Dalam setiap program yang saya jalankan, saya juga selalu melibatkan legislatif, dan yang utama saya mewariskan sistem pemerintahan dan reformasi birokrasi yang baik, ” jelas Azwar Anas disambut tepuk tangan hadirin.
Sementara itu optimisme terhadap Pilkada serentak 2020 disampaikan oleh Agus Trihartono, pengamat politik Universitas Jember. Pasalnya isu yang berkembang di Pilkada serentak adalah isu-isu lokal, berbeda dengan Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden kemarin yang membelah masyarakat Indonesia. Kedua, dirinya yakin KPU sebagai penyelenggara Pemilu sudah belajar dari Pemilu yang lalu hingga sudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin ada. Agus Trihartono lantas menambahkan calon pemimpin daerah yang baik lahir dari proses politik yang baik pula. Masalahnya partai politik sering terjebak pada memenangkan calon yang menguntungkannya. “Seharusnya pemilu diletakkan dalam bingkai kebangsaan, jangan sampai pemilu justru bikin pilu. Oleh karena itu KPU, parpol, pemilih yang berdaulat dan media massa harus bekerjasama menyukseskan pemilu,” kata dosen Program Hubungan Internasional FISIP ini.
Tekad untuk menyuskeskan Pilkada serentak juga disampaikan oleh Eko Wahyu Tawantoro, Manajer Pemberitaan Kompas TV. Menurut alumnus Universitas Jember ini, pihaknya memberikan porsi yang cukup besar guna memberitakan ajang Pilkada serentak tahun 2020. Pemberitaan tersebut tentu dengan menerapkan keseimbangan dalam menyiarkan berita mengenai Pilkada serentak. “Bahkan Kompas TV memberlakukan aturan jika si A mendapatkan porsi pemberitaan sekian detik maka si B pun mendapatkan porsi yang sama. Kebijakan ini diambil sebagai komitmen kami untuk menjadikan media massa sebagai sumber informasi dan pengawasan Pilkada serentak,” tuturnya.
Kegiatan VoteFest dibuka secara resmi oleh WachjuSubchan, Wakil Rektor II Universitas Jember mewakili Rektor. Dalam sambutan pembukaannya, Wakil Rektor II berharap kegiatan VoteFest menjadi salah satu sumbangsih akademis dalam menyukseskan Pilkada serentak, mengingat posisinya yang strategis sebagai alat memilih pemimpin daerah, serta mewujudkan demokrasi yang dewasa. Sebelumnya dalam laporannya, Prof. Achmad Subagyo, Ketua LP2M melaporkan kegiatan kali ini akan diteruskan dengan kegiatan akademis berupa penelitian di saat Pilkada serentak dilakukan. (iim)