Jember, 23 April 2020
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember gelar upacara pengukuhan dan pengambilan sumpah Guru profesional secara daring. Dekan FKIP Universitas Jember Prof. Dafik., M.Sc., Ph.D meminpin langsung jalannya pengambilan sumpah yang diikuti oleh 140 peserta dari berbagai wilayah.
“Alhamdulillah di tengah mewabahnya virus corona ini kami tetap melaksanakan proses pengukuhan dan penyumpahan profesi guru dengan tertib dan khitmat. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai wilayah. Sebagian besar Jawa dan Kalimantan,” ujar Dafik sesaat setelah memimpin sumpah di aula lantai 3 FKIP Universitas Jember, (22/4).
Menurut Dafik, proses pengukuhan dan penyumpahan menjadi bagian penting dalam proses pendidikan profesi guru. Karena menurutnya, sertifikat pendidik bisa diberikan setelah melalui proses pengukuhan dan penyumpahan.
“Sertifikat pendidik inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua peserta. Karena dengan adanya sertifikat pendidik mereka dapat melengkapi persyaratan administrasi untuk mendapatkan tunjangan profesi ataupun proses pengajuan lain yang terkait dengan kedinasan,” jelas Dafik.
Dafik berharap, guru yang baru saja selesai disumpah bisa bertanggungjawab terhadap sumpah profesi yang telah dilakukan. Dilakukannya sumpah di tengah wabah corona ini menurut Dafik sebagai penanda mereka adalah guru-guru yang tangguh.
“Anda semua diambil sumpah ditengah wabah corona. Mudah-mudahan di tengah pandemik virus corona ini UNEJ menberikan sebuah pembelajaran bahwa kita bertanggungjawab untuk tetap berjuang di masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu Simon Petrus salah satu peserta dari Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat mengatakan, bersyukur karena telah menyelesaikan semua tahapan pendidikan profesi guru yang telah dia tempuh sejak tahun 2019 lalu.
“Awalnya saya cemas. Takut tidak bisa segera mendapatkan sertifikat pendidik karena adanya wabah corona ini. Padahal sertifikat itu sangat saya butuhkan untuk melengkapi persaratan admininistrasi. Saya sangat bersyukur akhirnya pengambilan sumpah bisa terlaksana dan kini saya tinggal menunggu sertifikat yang akan dikirim ke rumah,” ujar Petrus yang saat ini menjadi guru di SD Negeri 10 Mahikam Kabupaten Melawi.
Menurut Petrus, kendala terberat dalam pengambilan sumpah secara daring ini adalah masalah jaringan internet. Karena menurutnya, tidak semua rekan satu angkatannya yang berada di wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan memiliki akses internet yang baik.
“Di Sekolah kami yang berada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan tidak ada internet. Jangankan jaringan internet untuk mendapatkan jaringan Handphone saja sangat susah. Karena tempat dinas kami kan berada di wilayah 3T (Tertinggal,Terbelakang, Terpencil),” imbuhnya.
Oleh karena itu menurut Petrus, akhirnya 8 orang peserta yang berasal dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan sepakat untuk berkumpul di salah satu kafe yang ada di Kabupaten Melawi Kalimantan Barat.
“Kami menyewa satu ruangan khusus yang ada di kafe untuk menjaga jarak. Kami menggunakan jaringan internet yang ada di kafe tersebut. Disanalah akhirnya kami bisa mengikuti semua proses dari awal sampai akhir dengan baik,” ujar Petrus. [moen]