Perpustakaan Bisa Jadi Co-Working Space Di Era Disrupsi Teknologi

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 23 Juli 2019

Di era disrupsi teknologi, fungsi perpustakaan tidak akan malah meredup, justru makin meluas asal dikelola dengan profesional. Ada banyak kesempatan dan cara yang bisa diambil pengelola perpustakaan agar makin diminati masyarakat, salah satunya dengan memanfaatkan kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Misalnya saja perpustakaan berubah menjadi co-working space bagi anak-anak muda khususnya mahasiswa yang umumnya akrab dengan dunia TIK.

Perpustakaan sebagai co-working space artinya perpustakaan tidak melulu hanya memberikan layanan peminjaman buku. Perpustakaan dapat menjadi fasilitas yang memberikan banyak layanan kepada anggotanya. Perpustakaan menjadi ruang belajar dan bekerja sama utamanya bagi anak-anak muda yang ingin mengembangkan berbagai usaha rintisan. Untuk itu perpustakaan wajib memberikan pelayanan yang mudah dan cepat dengan memanfaatkan kecanggihan TIK.

Keyakinan ini disampaikan oleh Prof. Eko Indrajit, pakar TIK saat menjadi pemateri dalam seminar bertema Revitalisasi Peran Perpustakaan di Era Disrupsi Teknologi yang digelar oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Jember di Gedung Soerachman (23/7). “Mengapa tidak perpustakaan menyediakan layanan Go Book, bekerjasama dengan penyedia jasa transportasi berbasis online, sehingga jika ada mahasiswa butuh buku tinggal pesan saja. Atau ada layanan Library On Demand, jadi ada pembahasan mengenai suatu hal berdasarkan buku tertentu yang merujuk pada permintaan anggotanya, yang bisa juga kemudian disiarkan secara langsung ke khalayak, artinya fungsi perpustakaan sebagai sumber referensi ada dimana-mana dan bisa diakses oleh siapa pun juga,” jelas Prof. Eko Indrajit.

Pakar yang juga ketua tim ahli TIK Kementerian Pertahanan ini lantas menyarankan agar perpustakaan melakukan reposisi fungsi dan perannya di masa disrupsi teknologi. Menurutnya reposisi ini dijalankan dengan memperbaiki tata kelola perpustakaan serta saling berbagi layanan dan sumber daya manusia dengan perpustakaan lain. Sehingga masyarakat luas makin mudah mengakses layanan perpustakaan, tidak hanya bagi segmen tertentu sja misalnya hanya untuk mahasiswa. “Salah satunya dengan memberikan keleluasaan dan kemandirian akses bagi anggotanya, pengelola perpustakaan justru harus mau memahami keinginan dan kebutuhan anggotanya yang umumnya adalah anak-anak muda yang akrab dengan dunia TIK,” imbuh Prof. Eko Indrajit.

Namun Prof. Eko Indrajit mengingatkan para hadirin seminar yang umumnya pengelola perpustakaan, bahwa ada fungsi perpustakaan yang tidak akan tergantikan oleh kecanggihan TIK. “Bagi kalangan intelektual, belajar di perpustakaan itu ibaratnya beribadah di tempat ibadah, jadi ada rasa yang tidak bisa tergantikan jika seseorang belajar di perpustakaan dengan belajar di tempat lain. Perpustakaan juga merupakan lokasi diskursus sunyi bagi seseorang untuk melakukan meditasi literasi. Dan jangan lupa perpustakaan itu jadi salah satu indikator peradaban sebuah masyarakat, maka tidak heran jika di negara maju pun perpustakaan secara fisik tetap ada,” imbuhnya lagi.

Seminar tahunan yang merupakan agenda rutin UPT Perpustakaan Universitas Jember ini dibuka secara resmi oleh Zulfikar, Wakil Rektor I Universitas Jember. Dalam sambutannya Zulfikar mengajak semua peserta seminar yang merupakan pengelola perpustakaan untuk berubah menghadapi tantangan di era revolusi indsutri 4.0. agar peran perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi tetap terjaga. “Perpustakaan kini dihadapkan pada tantangan makin mudahnya mencari referensi, jika tidak berubah maka perpustakaan akan ditinggalkan,” kata Zulfikar di hadapan 88 orang peserta seminar. Diantaranya berasal dari Universitas Ciputra Surabaya, Universitas Petra Surabaya, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Arta Wacana Kupang, dan peserta lainnya.

Selain menghadirkan Prof. Eko Indrajit, para peserta seminar juga mendapatkan ilmu dari Taufiq A. Gani, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sementara itu menurut Kurnadi, ketua panitia kegiatan, selain menggelar seminar pihaknya juga mengadakan lomba penulisan makalah dengan lima sub tema mengenai perpustakaan, diantaranya Strategi Promosi Perpustakaan di Era Digital, Inovasi Layanan Perpustakaan dan tema lainnya. “Ini seminar yang ketiga yang dimotori oleh UPT Perpsutakaan, tujuannya sebagai wahana meningkatkan kemampuan pustakawan, membuka peluang kerjasama antar perpustakaan,  sekaligus berbagi pengalaman dalam mengelola perpustakaan,” pungkas Kurnadi. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content