Jember, 29 November 2017
Universitas Jember mulai merintis berdirinya fasilitas Science Techno Park (STP). Fasilitas yang bertujuan untuk menjembatani hasil-hasil penelitian sivitas akademika kampus Tegalboto dengan pihak industri ini, secara resmi dibuka oleh Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember, didampingi oleh Retno Sumekar, Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Agusta Jaka Purwana, Ketua Badan pengurus Cabang HIPMI Jember, Prof. Dr. Achmad Subagio, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), dan disaksikan hadirin lainnya di Agrotechno Park Universitas Jember (29/11).
Dalam sambutannya, Moh. Hasan menjelaskan jika keberadaan STP Universitas Jember yang diberi nama Agro Inovasi nantinya membawa dua fungsi, yakni menghilirkan hasil penelitian dosen dan mahasiswa kampus Tegalboto, dan mendukung keberadaan industri yang berbasis pada riset dan pengembangan (Research and Development), khususnya industri yang berbasis pertanian dan perkebunan. Pemilihan industri pertanian dan perkebunan tidak lepas dari penetapan Universitas Jember sebagai perguruan tinggi unggulan di bidang Bioteknologi dibidang pangan dan kesehatan oleh Kemenristekdikti pada tahun 2016 lalu. Apalagi peneliti kampus Tegalboto telah banyak menelurkan inovasi yang menurut Moh. Hasan pantas masuk ke industri. “Hari ini baru perkenalan terbatas atau softlaunching sebab fasilitas STP kita masih dalam pembangunan yang letaknya di daerah Jubung dengan sokongan dana dari Islamic Development Bank,” kata Moh. Hasan.
Salah satu teknologi yang didemonstrasikan siang itu adalah teknologi Agri Ino v1.0, karya Bayu Taruna dari Fakultas Teknologi Pertanian. Bayu Taruna menciptakan aplikasi berbasis remote sensing bagi petani dengan telepon genggam sebagai sarananya. “Petani kita sering kesulitan untuk mengetahui apakah tanamannya sehat, sakit atau perlu dipupuk. Sebab perlu penelitian di laboratorium yang memerlukan waktu, terlebih lagi jika lahannya luas. Dengan aplikasi Agri Ino, petani tinggal mengunduh aplikasinya, kemudian langsung dapat dipraktekkan dengan cara memotret daun tanaman dengan HP-nya. Saat itu juga data mengenai kondisi tanaman langsung diperoleh,” jelas dosen yang baru pulang menyelesaikan studi doktoralnya ini.
Aplikasi Agri Ino v1.0 yang dipaparkan oleh Bayu Taruna langsung mendapatkan tanggapan positif dari para hadirin, antara lain dari petinggi PTPN X yang turut hadir. Mereka tertarik menggunakan aplikasi Agri Ino v1.0 di kebunnya. Menurut Bayu Taruna, aplikasi Agri Ino v1.0 yang dikembangkannya selain mudah juga murah, sebab jika menggunakan cara manual di laboratorium memakan waktu dan biaya dan mahal. “Jika menggunakan alat klorofil meter untuk mengetahui apakah tanaman sehat atau tidak, memakan waktu sekitar tiga hari, alatnya pun mahal seharga tiga ribu dolar,” imbuhnya. Bayu Taruna dan kawan-kawan kini tengah mengembangkan alatnya guna pemakaian lebih luas dengan bantuan drone atau pesawat tanpa awak. “Nanti kamera kita pasang pada drone yang terbang di atas lahan perkebunan sehingga dengan mudah kita bisa mengawasi kondisi tanaman di areal yang luas,” ujarnya lagi.
Keberadaan STP Agro Inovasi Universitas Jember didukung oleh Retno Sumekar. Menurutnya pemerintah mentargetkan pembangunan 100 STP di Indonesia, walaupun dirasa sulit mencapai target tersebut. “STP adalah wadah mempertemukan antara akademisi, bisnis dan pemerintah serta komunitas. Memang tidak mudah untuk menghubungkan hasil penelitian perguruan tinggi dengan industri. Seringkali peneliti merasa produk inovasinya sudah baik, namun ternyata dari perhitungan bisnis tidak layak. Oleh karena itu saya salut atas pembangunan STP Agro Inovasi ini yang juga menggandeng HIPMI sebagai perwakilan pengusaha,” kata Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti. Kemenristekdikti sendiri melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi menyediakan dana hingga 400 juta rupiah bagi hasil penelitian yang siap menjadi usaha awal (start up).
Ditemui seusai acara, Prof. Dr. Achmad Subagio menambahkan, nantinya penelitian sivitas akademika kampus Tegalboto yang dinilai layak dikomersialkan bakal menjalani masa inkubasi, training dan mentoring di STP hingga layak ditawarkan ke industri, atau dilepas ke pasaran. “Jadi tidak hanya produk-produk mahasiswa, dosen dan karyawan Universitas Jember saja yang kita bina di STP ini, namun tidak menutup kemungkinan jika masyarakat memiliki ide dan produk yang layak jual akan kita bantu juga. Harapannya Universitas Jember makin dirasakan manfaatnya,” tutur Prof. Dr. Achmad Subagio. Sementara itu Agusta Jaka Purwana, Ketua BPC HIPMI Jember menyambut baik keberadaan fasilitas STP, sebab menurut pengusaha yang juga alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember ini, adanya STP sesuai dengan tujuan HIPMI yakni mencetak pengusaha-pengusaha baru. (iim)