Humas Perguruan Tinggi Perlu Bertransformasi Dalam Menyikapi Era New Normal

Jember, 10 September 2020
Merebaknya pandemi Covid-19 berdampak pada semua lini kehidupan, termasuk dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi. Mau tidak mau perguruan tinggi dituntut berubah, menyesuaikan dengan era New Normal. Contohnya proses belajar mengajar dilakukan secara daring, wisuda virtual atau drive thru hingga bagaimana meyakinkan mahasiswa baru yang ragu-ragu mendaftar gegara Covid-19 masih melanda sebuah kota. Bagaimana perguruan tinggi harus menjelaskan tatanan baru ini ke masyarakat ? Tugas memberikan pemahaman dan membangun kepercayaan ini jatuh ke Bagian Hubungan Masyarakat (Humas). Oleh karena itu agar Humas berhasil menjalankan tugasnya di era New Normal, maka perlu bertransformasi yang meliputi transformasi struktural sekaligus transformasi fungsional.


Menurut Suko Widodo, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga, dalam tranformasi struktural maka Humas harus ditempatkan sesuai perannya dalam sebuah organisasi, dan bukannya sekedar tukang foto atau protokol belaka. “Perguruan tinggi yang tidak serius membangun Bagian Humasnya maka akan tinggal kenangan,” tegas pria yang juga pakar komunikasi ini kala menjadi pembicara dalam webinar bertema “Humas Perguruan Tinggi Menyikapi Era New Normal” yang digelar oleh Badan Pengurus Cabang (BPC) Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Palembang (10/9). Dirinya mencontohkan kini Universitas Airlangga berencana membentuk Direktorat Informasi dan Humas guna mendukung peran kehumasan yang lebih baik lagi.
Di sisi tranformasi fungsional, anggota Humas wajib selalu memperbaharui kemampuan dan keilmuannya agar mampu menjawan tuntutan jaman dan mendasarkan program yang direncanakan berbasis riset. “Termasuk mampu memanfaatkan media sosial yang ada. Semisal kami membuat konten video yang digarap mahasiswa mengenai kehidupan kampus dan disebarluaskan ke calon mahasiswa dan orang tuanya sehingga mereka tahu kondisi nyata kampus Universitas Airlangga saat ini,” ujarnya. Suko Widodo lantas kembali mengingatkan agar Humas di era sata ini selalu aktual, akurat, dan signifikan.


Pembicara lainnya adalah Agung Laksamana, Ketua Perhumas, yang menyodorkan konsep Adopt, Adapt dan Adept dalam menyikapi era New Normal. Adopt artinya Humas harus mampu mengadopsi setiap tatanan baru yang ada. Semisal saat ini dengan merebaknya pandemi Covid-19, maka berlaku protokol kesehatan di semua bidang termasuk pendidikan yang harus mampu disampaikan oleh Humas kepada segenap stake holder. “Kedua Adapt, Humas harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada, contohnya penggunaan TIK sata belajar mengajar, termasuk bagaimana Humas memanfaatkan media sosial dalam menyampaikan pesan-pesannya. Ketiga adalah Adept, yang kurang lebih terampil di bidangnya. Jadi seorang Humas wajib terus belajar,” jelas Ketua Perhumas dua periode ini.


Sementara itu Prof. Widodo Muktiyo, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, menuturkan pengalamannya saat mulai membangun Humas di Universitas Sebelas Maret, Solo. Menurutnya transformasi Humas butuh dukungan semua pihak terutama pimpinan perguruan tinggi mengingat butuh waktu yang cukup panjang. “Sebab di kalangan internal, transformasi Humas itu juga mengubah struktur, sistem dan budaya kerja. Humas itu harus kreatif, berpikir out of box dan tidak malah menunggu perintah,” jelas Prof. Widodo Muktiyo.


Pendapat senada juga disuarakan oleh Desi Misnawati, dari Universitas Bina Darma Palembang. Menurutnya pandemi Covid-19 mengubah pendekatan dalam mempromosikan perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi swasta. “Biasanya kami mengadakan road show ke berbagai daerah, namun kini terpaksa terhenti akibat Covid-19. Kami banting setir mengubah metode promosi dengan menggunakan konten visual, dan lebih banyak mendengarkan problema calon mahasiswa untuk kemudian mencari jalan keluarnya. Intinya bagaimana kami di Humas dituntut untuk selalu kreatif, kolaboratif dan inovatif,” kata Humas Universitas Bina Darma ini. (iim)

Skip to content