[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 11 Mei 2018
Universitas Jember menjalin kerjasama dengan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika dalam rangka pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengembangan masyarakat khususnya di bidang metereologi, klimatologi dan geofisika. Kerjasama ini diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember dengan Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, di aula lantai 2 gedung rektorat dr. R. Achmad (11/5). Menurut Dwikorita Karnawati, badan yang dipimpinnya memiliki kelebihan di bidang data dan fasilitas laboratorium mengenai meterologi, klimatologi, dan geofisika, namun memiliki keterbatasan jumlah peneliti sebab tugas utamanya melakukan layanan. Sementara di lain sisi, perguruan tinggi memiliki peneliti baik dosen maupun mahasiswa, untuk itu perlu sinergi antara BMKG dengan perguruan tinggi, termasuk Universitas Jember.
“Kami memiliki banyak data dan fasilitas laboratorium, misalnya ada 200 stasiun bumi yang kami kelola, di tiap bandara ada pencatat cuaca, kami juga mengoperasikan tiga Global Atmosphere Watch yang memasok beribu data. Namun karena fungsi utama kami memberikan layanan, maka masih banyak data yang belum dimanfaatkan dengan maksimal, oleh karena itu kami menyambut gembira kerjasama dengan perguruan tinggi, ibaratnya kami memiliki bahan untuk dimasak sementara perguruan tinggi memiliki kokinya,” jelas Dwikorita yang juga mantan rektor Universitas Gadjah Mada ini. Dirinya menambahkan, kerjasama yang dijalin menjadi bagian dari pentahelix kerjasama, yakni kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi atau akademisi, komunitas, swasta dan filantropis.
Dwikorita lantas mencetuskan istilah literasi iklim. Menurutnya kesadaran akan pentingnya data iklim di Indonesia belum terbangun dengan baik, oleh karena itu butuh dukungan semua pihak untuk mempopulerkan literasi iklim. “Dari pengalaman saat menjadi Rektor UGM, maka mahasiswa menjadi agen penyebar pengetahuan melalui program Kuliah Kerja Nyata. Oleh karena itu kami berharap program-program BMKG dapat tersebar luas dengan bantuan mahasiswa Universitas Jember melalui program Kuliah Kerja Nyata,” ujar pakar masalah kerentanan tanah akibat bahaya gempa bumi ini.
Kerjasama ini disambut hangat oleh Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember. Menurutnya bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika sangat terkait dengan banyak disiplin ilmu yang ada di Universitas Jember. “Misalnya saja, Universitas Jember memiliki perhatian pada pengembangan pertanian dan perkebunan yang saat ini dihadapkan pada perubahan iklim dan kerentanan bencana, yang berpotensi mengancam bidang pertanian dan perkebunan. Fakultas Teknik juga tengah mengembangkan alat deteksi dini bencana untuk Jember yang termasuk dalam wilayah yang rentan bencana. Maka kerjasama dengan BMKG sangat strategis bagi pengembangan beragam disiplin ilmu di Kampus Tegalboto,” tutur Moh. Hasan.
Seusai penandatanganan nota kesepahaman, Kepala BMKG memberikan kuliah umum bagi dosen dan mahasiswa Universitas Jember. Dalam kesempatan ini Dwikorita menjelaskan salah satu program BMKG dalam memanfaatkan big data, internet of thing dan artificial intelligence, untuk mengembangkan bidang metereologi, klimatologi dan geofisika. “Salah satunya crowdfunding information di bidang iklim dan cuaca. Bayangkan ada 140 juta pengguna smartphone di Indonesia, jika sepuluh persen saja memasang aplikasi sensor cuaca dan meneruskan ke BMKG, maka analisa iklim dan cuaca oleh BMKG akan lebih cepat, tepat dan akurat. Begitu pula dengan peringatan dini akan bencana juga akan diterima lebih awal oleh masyarakat. Analisa data ini juga membuka kesempatan penelitian lintas disiplin,” tuturnya. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]