[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Lumajang, 15 Agustus 2018
Bekal ilmu keperawatan secara umum saja dirasa belum mencukupi bagi seorang perawat memasuki dunia kerja, mengingat tuntutan dan persaingan yang makin ketat. Oleh karena itu Program Studi Diploma 3 Keperawatan Universitas Jember menggelar pelatihan Basic Life Support (BLS) dan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) bagi mahasiswanya, yang digelar bekerjasama dengan Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Pelatihan ini adalah program wajib bagi mahasiswa tingkat akhir, yang diadakan dalam empat gelombang. Dan bagi mahasiswa yang lulus pelatihan bakal mengantongi sertifikat kompetensi.
Menurut Nurul Hayati, Ketua Program Studi Diploma 3 Keperawatan Universitas Jember kampus Lumajang, pelatihan digelar karena pihaknya mendapatkan banyak masukan dari para stake holder, yang menginginkan perawat yang tidak hanya memiliki ilmu keperawatan secara umum saja. “Kecenderungan saat ini institusi kesehatan memerlukan perawat yang terampil dalam ilmu keperawatan secara umum, namun juga memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu. Nah BLS dan PPGD adalah salah satu spesialiasi yang kita tawarkan kepada mahasiswa, harapannya lulusan Program Studi Diploma 3 Keperawatan Universitas Jember kampus Lumajang memiliki kompetensi di bidang kegawatdaruratan dan mampu bersaing di dunia kerja,” tutur Nurul Hayati.
Sementara itu menurut Mashuri, koordinator pelatihan, pada dasarnya tindakan dalam BLS atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Bantuan Hidup Dasar (BHD), dan PPGD adalah rangkaian usaha pertama yang dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk mempertahankan kehidupan pasien, atau korban saat mengalami keadaan yang mengancam jiwa. “Manfaatnya pelatihan ini luar biasa bagi alumni kita, terbukti alumni yang memiliki sertifikat pelatihan BLS dan PPGD lebih mudah diterima kerja di berbagai institusi dan fasilitas kesehatan seperti klinik, rumah sakit bahkan sebagai Tenaga Kesehatan Haji Indonesia. Oleh karena itu, kami mewajibkan mahasiswa mempunyai dua sertifikat tersebut sebelum lulus, itu syarat mutlak,” tambahnya.
Sementara itu menurut Dedy Muhammad selaku ketua panitia kegiatan, pelatihan BLS diadakan sebanyak empat gelombang yang dimulai sejak Juli dan berakhir Agustus 2018 ini, sementara pelatihan PPGD rencana akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2018. “Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan BLS sebanyak 135 orang mahasiswa yang semuanya adalah mahasiswa tingkat akhir. Pelatihan BLS dilaksanakan selama dua hari, dimulai gelombang pertama pada 25-26 Juli 2018 dan gelombang terakhir pada 6 dan 7 Agustus 2018 lalu,” ucap Dedy Muhammad. Ia menambahkan selain mendapatkan materi di kelas, para peserta melaksanakan praktek dengan bimbingan para mentor yang meruapakn ahli di bidang BLS dan PPGD. Pelatihan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya, dengan terus mengikuti perkembangan model praktik kegawatdaruratan.
Untuk diketahui, pelatihan BLS dan PPGD ini sudah digalakkan sejak tahun 2003 lalu. Awalnya kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi target praktik klinik departemen kegawatdaruratan, tetapi seiring berjalannya waktu, kemudian dikemas dalam bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan menjadi muatan lokal yang wajib. (Tim Berkarya Kampus Lumajang)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]