[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 9 Januari 2019
Ulama kharismatik, Habib Jindan bin Novel bin Salim Jindan menghimbau agar segenap masyarakat Indonesia menyambut Pemilu 2019 dengan damai. Perbedaan pilihan dalam pemilu harusnya disikapi sebagai rahmat, dan bukannya saling mencaci bahkan hingga mengkafirkan sesama sehingga membuat perpecahan. Menurutnya, jangan sampai gara-gara berebut kursi di dunia maka kursi di surga melayang. Peringatan ini disampaikan oleh Habib Jindan saat menjadi pemateri dalam seminar kebangsaan dengan tema Revitalisasi Nilai Peradaban Manusia Demi Terwujudnya Pemilu Yang Aman dan Damai Serta NKRI Yang Sejahtera, di Gedung Soetardjo Kampus Universitas Jember (8/1). Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara Polres Jember, dan Fakultas Hukum Universitas Jember.
Ulama asal Jakarta ini kemudian memberikan contoh bagaimana akhlak Sayyidina Hasan, cucu Rasulullah SAW saat menerima hinaan. “Suatu hari saat sholat Jumat sang khotib yang mendapatkan perintah dari penguasa saat itu, dinasti Muawiyah, mencaci maki Sayyidina Hasan. Mendengar caci maki ini putra Sayyidina Hasan tak tahan dan meminta izin dari ayahandanya hendak membalas cacian itu. Namun justru Sayyidina Hasan melarang sang anak, menurutnya balik mencaci maki bukan ajaran Rasulullah SAW. Sungguh akhlak yang mulia,” jelas Habib Jindan di hadapan peserta seminat yang memenuhi Gedung Soetardjo. Tampak hadir adalah KH. Muhyidin Abdusshomad, Rais Syuriyah PCNU Jember beserta Ketua PCNU, KH. Abdullah Syamsul Arifin, beserta para ulama lainnya dari Jember dan sekitarnya.
Habib Jindan lantas mengingatkan ummat Islam bahwa adab, akhlak, dan ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah khilafah. “Khilafah itu tidak hanya dipahami secara sempit sebagai kursi penguasa. Khilafah itu juga adab, akhlak, dan ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita. Oleh karena itu jangan hanya gara-gara Pemilu kemudian kita sibuk berebut kursi di dunia, bahkan hingga rela saling mencaci maki yang membuat lantas kursi di surga melayang,” ujarnya. Habib Jindan menjadi pemateri bersama Nurul Ghufron, Dekan Fakultas Hukum yang dipandu oleh Prof. KH. Halim Subahar, Ketua MUI Jember selaku moderator.
Sementara itu menurut Nurul Ghufron, salah satu hakikat agama adalah memanusiakan manusia, begitu pula maksud dari pendirian sebuah negara. “Jadi Pemilu seharusnya dimaknai sebagai usaha untuk memilih pemimpin negara yang nantinya diharapkan akan memanusiakan warga negaranya. Maka dalam proses Pemilu pun seharusnya dilakukan dengan cara-cara yang baik, dan bukannya saling melontarkan caci maki. Bukan lantas jika kemudian memilih A lantas dianggap kafir, memilih B lantas dijuluki pendukungnya partai terlarang, dan seterusnya. Justru seharusnya mari kita saling memuliakan walau beda pilihan. Untuk itu saya setuju jika ada aturan yang tegas yang memberikan sanksi bagi pihak-pihak yang sengaja menyebarluaskan ujaran kebencian kepada pihak lain dalam proses Pemilu, sebab sudah sesuai dengan anjuran agama Islam,” tutur Nurul Ghufron.
Sebelumnya dalam sambutannya, AKBP. Kusworo Wibowo, SH., SIK., MH selaku ketua panitia acara menjelaskan, kegiatan seminar kali ini dalam rangka menciptakan suasana kondusif menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 yang sudah makin dekat. “Harapannya agar masyarakat Jember mendapatkan pencerahan sehingga dapat melaksanakan seluruh tahapan Pemilu 2019 dengan baik, semoga Jember tetap damai,” jelasnya. Seminar juga dihadiri perwakilan dari Pemkab Jember, Komisi pemilihan Umum (KPU), jajaran penegak hukum, dan pemerhati masalah sosial politik dari Jember dan sekitarnya. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]