Goreng Kopi Jangan Sampai Gosong

Jember, 14 November 2017

Peringatan Dies Natalis ke 53 Universitas Jember dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, salah satunya yang menarik adalah lomba goreng kopi bagi sivitas akademika Universitas Jember, dan masyarakat sekitar kampus. Selain mendapatkan cara yang baik dan benar dalam mengolah kopi, peserta dan penonton pun mendapatkan banyak ilmu dari kegiatan ini. Salah satunya adalah saat menggoreng kopi tidak boleh sampai gosong. Padahal di masyarakat masih ada yang beranggapan menggoreng kopi harus lah hingga gosong. Lomba goreng kopi diadakan di halaman gedung Program Pascasarjana, bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan Family Gathering hari Minggu lalu (12/11).

“Menggoreng kopi tidak boleh sampai gosong, sebab kopi bakal kehilangan aroma dan bahkan malah jadi arang,” ujar Didik Suryadi, di sela-sela mengamati peserta lomba yang tengah mendinginkan kopi hasil gorengannya. Menurutnya yang perlu diperhatikan saat menggoreng kopi adalah jika sudah muncul bunyi gemeretak (first crack) saat menggoreng kopi, maka itu tandanya kopi sudah matang. Jika tanda ini sudah muncul, Didik menyarankan agar proses penggorengan tidak perlu diperpanjang, apalagi hingga biji kopi berwarna hitam. Didik Suryadi sang juri lantas menambahkan penjelasannya. “Kopi yang digoreng dengan baik memiliki kematangan yang merata dan warna yang seragam, untuk itu memang perlu kesabaran dalam menggoreng kopi,” ujar master kopi yang pernah menjadi juara lomba goreng kopi tingkat nasional tahun 2010 ini.

Sementara itu menurut Soni Sisibudi Harsono, koordinator lomba, setiap peserta mendapatkan fasilitas peralatan menggoreng berupa anglo, arang, kipas bambu, wajan dari tanah liat lengkap dengan bahan berupa setengah kilogram biji kopi asal Dusun Kluncing, Bondowoso. Untuk diketahui petani kopi di Dusun Kluncing selama ini mendapatkan pendampingan dari Universitas Jember. “Panitia menyediakan 53 peralatan sesuai dengan hari ulang tahun Universitas Jember tahun ini. Harapannya dengan lomba goreng kopi ini, maka masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai cara mengolah kopi yang baik dan benar, sekaligus mencintai produk kopi Indonesia,” tutur dosen di Fakultas Teknologi Pertanian ini.

Dari 53 peserta, juri memilih 10 hasil gorengan kopi terbaik untuk kemudian dipilih juara satu, dua dan tiga. Kesepuluh kopi tersebut lantas digiling dan diseduh untuk diuji cita rasanya (cupping). Tampil sebagai juara pertama adalah Sukron Makmun dari Bagian Humas, disusul oleh Ibu Yayuk S. Harsono di posisi kedua, dan Ibu Sofia dari Fakultas Pertanian. Pemenang mendapatkan hadiah berupa kopi luwak produksi Koperasi Kopi Kayu Mas, Situbondo. “Wah nggak rugi punya mertua petani kopi dari Gayo, Aceh, buktinya jadi pemenang,” canda Sukron Makmun yang kemudian disambut tawa yang lainnya. (iim)

Skip to content