Jember, 24 November 2017
Prof. Mardiasmo, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI membuka kegiatan Internasional Conference on Economics, Bussines and Accounting Studies (ICEBAS) 2017, di Gedung Soetardjo (24/11). Seminar yang membahas berbagai perkembangan terakhir di bidang ekonomi, bisnis dan akuntansi ini pada pelaksanaan tahun ketiganya mengambil tema Social Cohesion, Public Policy Reformation, and market Integration Toward Inclusive Global Economy ini juga menghadirkan para pembicara utama antara lain Samsul Widodo, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa dan PDTT, Teguh Dartanto (Universitas Indonesia), Maude O. Biettlot (University of Ottawa, Canada) dan M. Ikhsan Modjo (UNDP).
Dalam arahannya, Mardiasmo mengajak seluruh yang hadir, khususnya para mahasiswa untuk terus mengawal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. “Kemerdekaan tidak hanya berarti lepas dari penjajahan, namun juga merdeka secara ekonomi, bersatu, berdaulat, adil dan makmur,” ujar guru besar akuntansi ini. Mardiasmo lantas memaparkan kebijakan APBN Indonesia yang memberikan penekanan pada pembangunan infrastruktur, kesehatan, keamana, dan pendidikan yang bertujuan pada kesejahteraan bangsa.
“Namun sepanjang 72 tahun kita merdeka, masih ada penduduk yang miskin, kekurangan gizi dan susah menjangkau akses kesehatan dan pendidikan. Seakan-akan tidak ada korelasi antara APBN yang sudah dikucurkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu saya minta kepada sivitas akademika Universitas Jember khususnya para mahasiswa agar turut mengawasi pelaksanaan pembangunan. Apalagi dengan adanya Dana Desa yang diharapkan mampu memberdayakan masyarakat desa, seiring dengan jargon membangun melalui pinggiran. Bagi mahasiswa yang kelak menjadi pemimpin, pesan saya jaga integritas,” tutur Mardiasmo.
Sementara itu dalam sesi berikutnya, Maude O. Biettlot, pakar sosial asal University of Ottawa, Canada, mengingatkan peserta ICEBAS 2017 untuk menjadikan perubahan iklim sebagai masalah bersama. Pasalnya perubahan iklim yang ditandai dengan cuaca yang tidak menentu serta berkembangnya berbagai penyakit berpotensi mendongkrak angka kemiskinan. “Perubahan iklim bakal mengubah kondisi ekonomi banyak bangsa, jika tidak ditangani semenjak dini bakal menjadi bencana. Untuk itu pembangunan wajib mempertimbangkan keterlibatan banyak pihak, baik sektor swasta, negara dan komunitas lokal,” jelasnya.
Kegiatan ICEBAS dibuka secara resmi oleh Zulfikar, Wakil Rektor I Universitas Jember bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni. Dalam sambutannya, Zulfikar berharap agar rekomendasi-rekomendasi dalam ICEBAS dapat menjadi sumbangan nyata terhadap pembangunan Indonesia. Sebelumnya, dalam laporannya, Hadi Paramu, ketua panitia kegiatan memaparkan bahwa selama dua hari pelaksanaan ICEBAS 2017, menghadirkan delapan pemateri utama, serta melibatkan 135 pemakalah dari 13 perguruan tinggi dan institusi dari empat negara yakni Indonesia, Canada, Thailand, dan Filipina. (iim)