[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 14 Maret 2018
Penentu kebijakan wajib memperhatikan kebutuhan kalangan disabilitas saat mendesain dan membangun fasilitas publik. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan desain partisipatif yang melibatkan langsung para disabel sejak awal perencanaan. Usulan ini disampaikan oleh Gunawan Tanuwidjaja, dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Kristen Petra saat memberikan materi dalam seminar “Pelayanan Publik Berorientasi Pada Disabilitas, Perempuan, dan Lanjut Usia Sesuai Dengan UU nomor 8 tahun 2016 dan UU nomor 23 tahun 2014” yang dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Jember di Gedung CDAST (14/3).
Gunawan Tanuwidjaja lantas memberikan peragaan, dua mahasiswa Universitas Jember diminta menutup mata dengan kain layaknya tuna netra, lantas berjalan di lantai 4 dimana lokasi seminar diadakan. Keduanya kemudian diminta menceritakan pengalamannya kepada para peserta yang hadir, termasuk bagaimana kesulitan yang harus dihadapi. “Seharusnya desain dan pembangunan fasilitas publik dimulai dari kebutuhan para disabel, sehingga fasilitas publik yang ada benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Libatkan para disabel sejak awal sehingga mereka menjadi subyek bukan hanya obyek. Penentu kebijakan harus bekerjasama dengan kalangan disabilitas,” ujar pakar desain inklusif ini. Gunawan lantas memuji gedung CDAST Universitas Jember yang menurutnya sudah ramah bagi para disabel.
Sebelumnya kegiatan seminar dibuka secara resmi oleh Prof. M. Sulthon Masyhud, Wakil Rektor III Universitas Jember. Dalam sambutan pembukaannya, dirinya mengakui jika fasilitas bangunan di Universitas Jember memang belum semuanya yang ramah bagi disabel, terutama bangunan lama. Kendala dana menurutnya menjadi salah satu masalah, sebab pemerintah semenjak dua tahun lalu tidak lagi menganggarkan dana untuk pembangunan fisik, sehingga penambahan fasilitas bagi disabel di bangunan lama belum bisa direalisasikan seluruhnya. “Namun untuk bangunan baru yang akan dibangun sudah direncanakan ramah disabel. Oleh karena itu saya minta agar hasil rekomendasi dari seminar hari ini segera dilaporkan kepada pimpinan agar menjadi bahan masukan dalam menyusun kebijakan,” tuturnya. Pakar pendidikan ini tak lupa memuji inisiatif UPT Perpustakaan yang menyelenggarakan seminar ini.
Sementara itu Wiviano Rizky, mahasiswa Universitas Jember penyandang disabilitas menuturkan, dirinya berharap agar Universitas Jember makin ramah bagi para disabel. “Saya kesulitan jika harus mengikuti kuliah di gedung bertingkat, atau mencari buku di perpustakaan yang gedungnya kebetulan tidak memiliki fasilitas lift. Begitu pula dengan media dan materi pembelajaran yang belum semuanya dapat kami akses. Saya berharap kampus Tegalboto makin ramah bagi kalangan disabel,” ujar Wiviano yang mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia ini. Sebelumnya, Rahman Hadi, pegiat pemberdayaan kalangan disabel Jember sekaligus guru di SLB Bintoro Jember memberikan testimoni mengenai perkembangan dan kondisi terakhir penyandang disabilitas di Jember.
Menanggapi keluhan Wiviano Rizky, Ida Widiastuti, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Jember berjanji membantu kesulitan para penyandang disabilitas. Salah satunya dengan pembentukan Komunitas Sahabat Perpustakaan yang sudah diluncurkan pada saat pembukaan kegiatan Pesta Literasi 2018 yang diadakan pada hari Senin lalu (12/3). “Komunitas Sahabat Perpustakaan inilah yang bakal membantu kami memberikan layanan kepada semua pihak, termasuk bagi kawan-kawan disabel. Misalnya mencarikan buku yang dibutuhkan dan mengantarnya kepada peminjam yang penyandang disabilitas. Secara bertahap kami juga akan melengkapi fasilitas di perpustakaan agar ramah bagi disabel,” urai Ida Widiastuti. Seminar dihadiri oleh peserta dari kalangan disabel, dinas terkait, dan pemerhati sosial di Jember dan sekitarnya. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]