[:id]Jumlah Dan Sebaran Apoteker Di Indonesia Belum Ideal[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 28 Maret 2018

Jumlah dan sebaran apoteker di Indonesia dinilai masih jauh dari kata idelal. Apoteker di Indonesia yang saat ini jumlahnya baru 70.000 apoteker dipandang masih belum layak untuk menunjang layanan dan perlindungan kesehatan masyarakat Indonesia secara baik. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak meratanya sebaran Apoteker hingga daerah terpencil.

“Saat ini pemerintah belum begitu tegas dalam mengatur kebijakan penempatan para apoteker hingga ke daerah terpencil. Padahal, peran seorang apoteker sama pentingnya dengan peran seorang dokter dalam memberikan layanan dan perlindungan bidang kesehatan bagi masyarakat,” demikian yang disampaikan oleh Ketua Komite Farmasi Nasional (KFN) Dr. Faiq Bahfen SH dalam sesi wawancara selepas acara Upacara Pengambilan Sumpah Dan Pelantikan Apoteker Angkatan VI Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jember Tahun Ajaran 2017/2018, di gedung Soetardjo, (27/3).

Faiq mengatakan, pemerintah seharusnya memberikan fasilitas dan memberikan rangsangan kepada para apoteker baru agar mereka tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja. Rangsangan itu bisa berupa pemberian fasilitas pendidikan seperti halnya beasiswa pendidikan.

“Misalkan saja pemberian beasiswa S 2 bagi apoteker yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil seperti halnya daerah terluar Indonesia (perbatasan). Tentu hal ini akan memberikan daya tarik lebih bagi para apoteker baru. Harapannya dengan itu mereka akan bersedia ditempatkan di daerah terpencil hal ini akan membantu dalam pemerataan sebaran apoteker hingga ke daerah terpencil,” ujar Faiq.

Faiq juga mengatakan, sebanarnya peluang pekerjaan di bidang kefarmasian di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini sejalan dengan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya menjaga pola hidup sehat.

“Selama masyarakat masih menginginkan hidup yang sehat, maka bidang kefarmasian tidak akan pernah surut dilanda zaman. Karena kesehatan itu bukan hanya menjadi sebuah keinginan saja namun merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh umat manusia,” imbuh Faiq.

Sementara itu Rektor Universitas Jember Moh. Hasan dalam sambutannya mengajak para apoteker baru untuk terus berjuang dalam menyongsong masa depan. Karena menurutnya, akan banyak apoteker baru yang berjuang bersama dan bersaing dalam bidang kesehatan.

“Oleh karena itu saya berpesan teman-teman semua jangan hanya terfokus untuk mengabdi di kota-kota. Ambil semua peluang yang mungkin saja itu lebih baik, terutama banyaknya tawaran untuk menjadi apoteker baru di wilayah terpencil Indonesia. Mengabdilah dengan pehuh keiklasan karena hal itu akan menjadi amal jariyah kita kelak,” ujar rektor dihadapan 61 Apoteker baru yang baru saja dilantik dan diambil sumpah.

Rektor berkeyakinan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jember hingga saat ini mampu menghasilkan lulusan apoteker yang professional, dan benar-benar memahami tugas seorang apoteker mulai dari hulu sampai ke hilir. Terbukti, dari 328 apoteker yang sudah diluluskan semua terserap didunia kerja dengan baik.

“Bahkan ketika lowongan kerja apoteker dibuka, pendaftarnya tidak pernah mencapai kuota yang diinginkan oleh perusahaan. Bukan karena sepinya peminat tetapi karena banyak para apoteker lulusan Universitas Jember yang sudah bekerja atau diminta oleh perusahaan untuk bekerja ditempat mereka,” ujar rektor yang disambut tepuk tangan para apoteker baru. (nis,mun)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content