[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 29 Maret 2018
Senyum bahagia nampak sempurna di wajah Yason Weipsa. Keinginannya untuk menjadi seorang sarjana tuntas sudah. Karena dia menjadi mahasiswa Asli Papua pertama berhasil menuntaskan pendidikannya di program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jember.
“Saya sangat bahagia sekali karena bisa sampai lulus. Saya adalah penerima beasiswa afirmasi asli papua angkatan pertama dan masuk UNEJ bersama 12 orang kawan pada tahun 2013 lalu. Tetapi yang berhasil sampai lulus hanya saya, 12 orang kawan yang lain kini sudah kembali ke Papua karena tidak bisa menyelesaikan studinya,” ujar Yason saat wawancara selepas acara Yudisium Magister, Sarjana dan Ahli Madya Periode V Tahun Akademik 2017/2018 di kampus FEB.
Yason mengaku, diawal perkuliahan dirinya mengalami banyak kesulitan terutama dalam penyerapan materi. Menurutnya, kemampuannya dalam pemahaman bahasa Indonesia membuatnya sulit dalam menyerap materi yang disampaikan oleh dosen.
“Pada semester satu dan dua nilai saya banyak yang D dan E (tidak lulus) karena saya tidak banyak mengerti materi yang disampaikan. Bahkan saya sampai mengulang hingga 3 semester untuk mata kuliah akuntansi dasar. Tetapi tidak putus asa, saya terus belajar terutama kemampuan bahasa Indonesia. Banyak bertanya kepada senior, diskusi dan konsultasi pada dosen,” tutur Yason.
Untuk meningkatkan kemampuan akademiknya, pada semester 4 Yason memutuskan untuk keluar dari lingkungan mahasiswa asal Papua. Dirinya memutuskan untuk tinggal (ngekost) dengan teman kuliah di prodi yang sama.
“Saya sadar betul jika saya tetap tinggal bersama teman Papua belajar saya tidak akan maksimal. Oleh karena itu saya ijin kepada teman untuk ngekos ditempat lain yang yang bisa mendukung proses belajar. Namun demikian saya tetap mengikuti setiap pertemuan dan kegiatan bersama mahasiswa asli Papua,” imbuh anak kedua dari 7 bersaudara ini.
Yason bersyukur karena teman-teman beserta dosen yang menjadi pengajar dari mata kuliah yang ditempuh sangat begitu baik. Ke depan Yason mengaku akan kembali ke Papua untuk membangun papua khususnya bidang pendidikan.
“Setelah ini saya akan pulang ke Papua. Saya ingin menjadi anggota DPR disana agar saya bisa membuat kebijakan-kebijakan yang peduli terhadap pendidikan anak Papua. Saya ingin kembali, menetap dan membangun Papua. Selain itu saya juga harus membiayai pendidikan enam adik saya yang lain,” tuturnya lagi.
Sementara itu Dr. Siti Maria Wardayati, M.Si, Ak, CA, salah satu dosen dari prodi Akuntansi mengaku salut pada ketekunan Yason. Menurut Maria, Yason begitu mengertti kelemahan yang dia miliki dan kemudian berusaha keras untuk belajar dengan baik.
“Awalnya ada 3 orang dari Papua termasuk Yason di Prodi Akuntansi. Namun yang dua orang tidak bisa meneruskan perkuliahannya dan sudah kembali ke Papua. Keputusan Yason untuk keluar dari lingkungan anak Papua adalah pilihan yang cerdas, sehingga dia bisa belajar dan berdiskusi lebih efektif bersama teman-teman yang ada di lingkungannya yang sekarang,” ujar Maria.
Sementar itu Afandi Eko teman satu angkatan Yason mengaku termotivasi dengan kegigihan Yason dalam proses perkuliahan. Sering kali Yason mengingatkan dia untuk tetap semangat dalam melakukan konsultasi pada dosen untuk menyelesaikan tugas akhir.
“Yason begitu gigih dalam proses kuliah. Setiap hari dia datang kekampus walaupun tidak ada kuliah. Hanya sekedar ngobrol bersama teman-teman yang lain atau konsultasi pada dosen. Setiap hari dia selalu mengingatkan saya untuk tetap semangat,” ujar Afandi.(del/mun)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]