[:id]Kalahkan Tim Australia, Tim Bridge Universitas Jember Juara Asia Pasifik[:]

[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 27 April 2018

Tim Bridge Universitas Jember mencatat sejarah, pasangan M. Wisolus Solihin dan M. Setyo Santoso menjadi juara kategori open youth pairs dalam “22nd Asia Pasific Bridge Federation (APBF) Open Youth Championships”, yang diselenggarakan di Wisma Kinasih, Bogor (13-20/4) lalu. Keduanya menjadi juara setelah mengalahkan tim Australia dan tim Djarum di babak final. Tidak cukup hanya membawa pulang satu gelar, tim bridge Universitas Jember memboyong gelar juara dua untuk kategori consolation swiss pairs, atas nama pasangan Dewi Anggraeni yang berduet dengan Ainul Kirom.

Saat ditemui di gedung rektorat (27/4), M. Wisolus Solihin yang akrab disapa Wiwis, dan koleganya Dewi Anggraeni tidak mampu menutupi rasa gembira, pasalnya raihan prestasi kali ini adalah pencapaian tertinggi selama bergelut di olahraga bridge. Sebelumnya, mereka berdua dan para atlet bridge Kampus Tegalboto lainnya sudah sering menjadi juara, khususnya di kategori mahasiswa di tingkat nasional. “Alhamdulillah, berkat kerjasama yang baik kami berhasil menjadi juara pertama untuk kategori open youth pairs se Asia Pasifik. Kejuaraan kali ini khusus bagi atlet bridge yang berusia di bawah dua puluh enam tahun,” kata Wiwis memulai ceritanya.

Menurut mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ini, awalnya ada 72 tim yang berlomba, dengan ketentuan satu tim beranggotakan dua orang. “Setelah menjalani babak penyisihan, tersisa dua puluh enam tim, termasuk saya dan Setyo. Sayangnya pasangan Dewi dan Ainul tersisih di babak pennyisihan. Dua puluh enam tim ini berhak melaju ke babak selanjutnya, sementara tim yang tereliminasi kemudian bermain kembali di kategori consolation swiss pairs,” tutur Wiwis yang asli Jember ini.

Di babak final kategori open youth pairs, setiap tim saling bertanding mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya. “Dari semua lawan, harus kami akui bertanding dengan tim Australia dan tim Djarum yang paling berat. Akhirnya tim bridge Australia mendapatkan juara dua, sementara tim Djarum yang diperkuat beberapa atlet nasional di posisi ketiga,” ucap Wiwis lagi. Sementara itu pasangan Dewi dan Ainul yang berlaga di kategori consolation swiss pairs tidak mau kalah, mereka berdua berhasil membawa pulang juara dua. Untuk juara pertama diraih tim Djarum yang sengaja menurunkan beberapa tim, sementara juara ketiga dibawa pulang tim Thailand. Kegiatan 22nd Asia Pasific Bridge Federation (APBF) Open Youth Championships adalah event tertinggi bagi para atlet muda bridge se-Asia Pasifik untuk menunjukkan kemampuannya.

Keberhasilan pasangan Wiwis dan Setyo, serta Dewi dan Ainul merupakan buah dari proses yang berkesinambungan dan latihan  keras. Setiap hari Sabtu mereka berkumpul untuk berlatih rutin dari jam satu siang hingga lima sore. Porsi latihan ditambah jika akan menghadapi kejuaraan, termasuk mendatangkan pelatih. “Kebetulan banyak atlet bridge di kampus Tegalboto ini adalah lulusan SMAN Plus Sukowono, Jember yang memang membina secara khusus atlet bridge di Jember. Jadi keuntungannya, kami sudah saling kenal dan sering main bareng, apalagi olah raga bridge ini mutlak butuh kekompakan,” jelas Dewi yang satu sekolah dengan Wiwis saat duduk di bangku SMAN Plus Sukowono.

Ketika ditanya apa sih asyiknya bermain bridge, keduanya hanya tertawa. “Apa yah, …bagi saya bridge itu olahraga otak yang mengasyikkan, ada strategi yang harus disiapkan supaya bisa mengalahkan lawan,” ucap Wiwis. Sementara rekannya, Dewi lebih menekankan pada efek positif bermain bridge bagi studinya di Program Studi Matematika FMIPA. “Main bridge itu main logika, ada probabilitas yang harus dipecahkan. Kesemuanya saya pelajari di perkuliahan. Jadi bermain brigde secara tidak langsung mengasah kemampuan saya dalam memahami bidang-bidang di ilmu Matematika,” pungkas Dewi. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]

Skip to content