[:id][vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 14 Mei 2018
Kawasan Indo-Pasifik yang meliputi negara-negara di seputar samudera Hindia dan Pasifik, kini memainkan peranan penting di dunia, betapa tidak, 55 persen kekuatan ekonomi dunia ada di kawasan ini. Untuk itu Indonesia sebagai salah satu negara yang ada di kawasan Indo-Pasifik, sekaligus anggota ASEAN harus mengambil peran agar mampu mengambil manfaat dari kebangkitan kawasan Indo-Pasifik. ASEAN sebagai organisasi negara-negara Asia Tenggara pun berpotensi menjadi pemain sentral dalam hubungan antar negara kawasan Indo-Pasifik, pasalnya ASEAN dikenal memiliki modal hubungan baik dengan semua kekuatan yang ada di kawasan Indo-Pasifik. Kesimpulan ini terlontar dalam kegiatan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri bertema “ASEAN Dalam Konsep Indo-Pasifik: Tantangannya Dan Peran Indonesia” di aula lantai 3 gedung rektorat dr. R. Achmad (14/5).
Dalam sambutan pembukaannya, Arifi Saiman Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, menegaskan jika kawasan Indo-Pasifik adalah kawasan yang dinamis dengan peluang pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun sekaligus menjadi lokasi rivalitas antar negara yang berpotensi menimbulkan perang dagang dan ancaman keamanan. “Indonesia berkepentingan turut serta dalam pengembangan kawasan Indo-Pasifik karena memiliki visi Poros Maritim Dunia, untuk itu Indonesia terus mendorong terwujudnya kawasan Indo-Pasifik yang inklusif, transparan, bersahabat dan mendorong kerjasama yang lebih baik,” jelas Arifi Saiman yang juga alumnus Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember ini.
Selain menghadirkan Arifi Saiman sebagai pemateri, tampil lima pakar hubungan internasional dalam kegiatan yang merupakan hasil kerjasama antara Pusat Studi ASEAN, Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH), Universitas Jember dengan Kemenlu RI itu. Mereka adalah M. Chandra W. Yudha, Direktur Kerjasama Politik dan Keamanan ASEAN, Kemenlu RI, Shafiah F. Muhibat, Ketua Departemen Internasional CSIS, Himawan Bayu Patriadi, Ketua C-RiSHH Universitas Jember, Rene Pattiradjawane dari Habibie Center-jurnalis, serta Endy M. Bayuni dari The Jakarta Post. Para peserta yang hadir adalah pengamat politik, dan hubungan internasional dari berbagai perguruan tinggi antara lain dari Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, dan tuan rumah Kampus Tegalboto.
Pembicara Shafiah F. Muhibat menjelaskan jika negara-negara berpengaruh di kawasan Indo-Pasifik seperti India, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan China memiliki definisi dan strategi masing-masing mengenai kawasan Indo-Pasifik. “Lantas apa konsep Indonesia mengenai kawasan Indo-Pasifik,” begitu pertanyaan yang dilontarkan oleh pengamat hubungan internasional lulusan Hamburg University itu. Sementara itu Himawan Bayu Patriadi mendorong agar Indonesia lebih banyak mengambil peranan baik di ASEAN maupun di kawasan Indo-Pasifik dengan mengetengahkan kepemimpinan intelektual yang dimiliki.
Sebagai informasi, kegiatan Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri kali ini merupakan kegiatan ilmiah bertaraf nasional ketiga yang dilaksanakan oleh Pusat Studi ASEAN C-RiSSH, Universitas Jember, semenjak berdiri pada September 2017 lalu. Berbagai kegiatan ilmiah yang dirintis oleh C-RiSSH mendapatkan apresiasi dari Zulfikar, Wakil Rektor I Universitas Jember yang turut hadir. Menurutnya kegiatan seperti ini diharapkan memberikan pencerahan bagi sivitas akademika Kampus Tegalboto karena menghadirkan para pakar yang kompeten, oleh karena itu dirinya berharap akan ada kegiatan ilmiah ini bakal diadakan secara reguler. Harapan Wakil Rektor I Universitas Jember ditanggapi serius oleh Arifi Saiman. “Kegiatan kali ini akan menjadi awal kerjasama yang lebih erat antara Kemenlu RI dengan Universitas Jember,” ujar Arifi Saiman yang gembira dapat kembali ke Kampus Tegalboto. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][:]