Makmun, Mantan Asongan Kampus Itu Kini Lulus S2

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 24 November 2018

Rona gembira begitu nampak dari wajah Sukron Makmun saat pembacawa acara memanggil namanya dalam upacara wisuda Universitas Jember periode III tahun akademik 2018/2019 di Gedung Soetardjo (24/11). Pria yang biasa disapa dengan Makmun ini telah berhasil menyelesaikan studinya pada Program Magister (S2) Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Jember. Namun siapa sangka, dibalik kesuksesannya itu ternyata menyimpan cerita yang cukup menarik untuk diulas.

Berdasar hasil wawancara yang dilakukan oleh Tim Humas dan Protokol Universitas Jember, (24/11) Makmun mengaku bahwa dirinya dulu pernah menjadi pedagang asongan kampus saat menempuh pendidikan sarjana di Kampus FISIP Universitas Jember, kampus yang sama tempat dia menempuh pendidikan Program Magister (S2). Keterbatasan ekonomi membuatnya harus memutar otak agar dia mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik.

“Saya sadar bahwa orang tua saya tidak memiliki cukup banyak uang untuk menunjang biaya pendidikan saya, namun saya juga berkeyakinan bahwa keterbatasan itu dapat dientaskan dengan pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu saya berjuang keras untuk dapat menyelesaikan pendidikan waktu itu salah satunya dengan menjadi asongan di kampus,” ujar Makmun.

Makmun bercerita, selama menempuh pendidika S 1 setiap hari tasnya selalu berisi dengan barang dagangan berupa coklat dan makanan ringan yang biasa di beli oleh rekan-rekan kuliahnya. Karena tidak ada saingan, dagangannya selalu habis diborong oleh teman-temannya.

“Sebelum perkuliahan dimulai biasanya kan anak-anak duduk santai di depan kelas atau di dalam kelas. Nah diwaktu itu saya keliling menawarkan dagangan. Ada coklat, kerupuk, permen dan makanan ringan lainnya. Namun jika perkuliahan usai saya keliling ke ruang karyawan dan ruang dosen,” lanjut Makmun.

Walaupun rumahnya tidak jauh dari Universitas Jember namun semenjak SMA hingga kuliah dia tinggal disalah satu Pondok Pesantren yang berada disekitar Kampus Universitas Jember. Dari berjualan asongan itulah Makmun mengaku bisa memenuhi kebutuhan hdiupnya sehari-hari  terutama untuk makan.

“Sebelum ngasong sehari paling banyak makan hanya dua kali saja dengan lauk ikan asin. Namun setelah jualan saya bisa makan 3 kali sehari. Modal jualan didapatkan dari menyisihkan beasiswa yang saya dapat dari kampus,” lanjut Makmun.

Makmun mengaku, walaupun memiliki keterbatasan dalam biaya pendidikan dirinya tidak pernah menyurutkan niatnya untuk berpendidikan tinggi. Cita-cita untuk melanjutkan pendidikan S 2 terus tertanam dalam dirinya.

“Sejak awal jika ditanya teman mau jadi apa setelah lulus kuliah selalu saya jawab ingin menjadi dosen. Sejak SMA ibuk meminta saya untuk menjadi dosen. Sebagai anak saya berusaha semampunya untuk mewujudkan itu,” lanjut bapak 1 anak ini.

Makmun bersyukur karena lingkungan tempat dia bekerja sangat mendukung dalam menunjang pendidikannya. Kebijakan pemangkasan 50 persen biaya kuliah bagi karyawan Universitas Jember membuatnya bernafas lega.

“Saat ini saya bekerja di Universitas Jember bagian Humas dan alhamdulillah lingkungan kerja sangat mendukung. Saya pun tidak perlu membayar penuh uang kuliah karena ada kebijakan karyawan cukup membayar sebesar 50 persen,” tandasnya.

Sementara itu Buami (55) ibu Makmun mengaku sangat senang dengan pencapaian dari putra bungsunya itu. Sejak menghadiri wisuda S1 putra bungsunya dirinya berharap putranya bisa melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

“Sejak wisuda yang pertama saya selalu berdoa agar Makmun bisa melanjutkan kuliahnya pada jenjang S2. Saya ingin punya anak yang menjadi dosen sedangkan tiga orang abangnya hanya lulusan SD makanya tinggal Makmun harapan saya,” ujarnya sembari menyeka air matanya.

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content