Universitas Jember Capai Usia 54 Tahun, Makin Giat Bermitra

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 27 November 2018

                Universitas Jember memperingati hari ulang tahunnya yang ke 54. Di usia yang tergolong mapan ini, Kampus Tegalboto terus berusaha memperluas kemitraan dengan berbagai pihak. Usaha memperluas kerjasama berdasarkan prinsip saling menguntungkan ini dimaksudkan sebagai salah satu usaha memperluas kemanfaatan Universitas Jember bagi masyarakat Jember dan sekitarnya, bahkan warga wilayah Tapal Kuda. Ajakan bermitra dari berbagai pihak luar ini juga didasarkan pada prestasi yang telah dicapai oleh Universitas Jember. Hal ini disampaikan oleh Rektor Universitas Jember saat memberikan pidato Dies Natalis dalam kegiatan Dies Reader dalam rangka Dies Natalis ke 54 Universitas Jember di Gedung Soetardjo (27/11).

                “Alhamdulillah dengan bertambahnya usia, maka bertambah pula prestasi dan perkembangan di Kampus Tegalboto. Kini Universitas Jember telah membuka kampus di Bondowoso dan Lumajang, bahkan Insyaallah tahun depan akan hadir di Pasuruan, sementara pada tahun 2020 di Probolinggo. Keberadaan Kampus Universitas Jember di beberapa kota di wilayah Tapal Kuda ini guna memenuhi harapan pemerintah kabupaten dan kota untuk memperluas kesempatan bagi siswa setempat untuk melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi. Selain tentunya dengan harapan, berdirinya Kampus Universitas Jember bakal menggerakkan perkembangan daerah tersebut,” jelas Moh. Hasan.

                Selain rencana membuka kampus di beberapa kota, Universitas Jember juga akan membuka program studi baru. Diantaranya Program Studi Teknik Perminyakan, dan Program Studi Teknik Pertambangan yang berada di bawah Fakultas Teknik. Kemudian Program Studi Pendidikan Sistem Informasi, dan Program Doktoral Pendidikan IPA yang bakal ada di FKIP. Khusus untuk Fakultas Kedokteran, bakal membuka Program Spesialis Bedah, dan Program Spesialis Dokter Layanan Primer. “Kami juga berencana membuka program studi baru yang diharapkan memenuhi perkembangan jaman, seperti Program Studi Digital Marketing, dan Program Studi Sistem Informasi Kesehatan,” imbuh Rektor lagi.

                Selain memaparkan rencana ke depan, Moh. Hasan juga melaporkan perkembangan menggembirakan di sisi pengajaran. Antara lain trend makin meningkatnya mahasiswa yang lulus tepat waktu, yakni mencapai 33,4 persen dari keseluruhan mahasiswa Universitas Jember yang lulus. Begitu pula dengan rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diraih oleh lulusan yang angkanya berkisar pada IPK 3,31. “Istimewanya, justru Fakultas Kedokteran yang wisudawannya selalu lulus tepat waktu, rata-rata mahasiswa Fakultas Kedokteran kita lulus dalam waktu tiga setengah tahun. Targetnya, setiap tahun mahasiswa kita yang lulus tepat waktu bakal mencapai lima puluh persen,” ujar Moh. Hasan.

               Sementara itu di bidang penelitian, dengan dimunculkannya Kelompok Riset (KeRis), maka dapat memacu makin banyaknya penelitian, dan publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh para dosen. Saat ini tercatat 305 KeRis yang ada di Kampus Tegalboto. Di sisi pengabdian masyarakat, Universitas Jember membuka program Sekolah Desa 4.0 di 320 desa binaan yang tersebar di Bondowoso, Jember, Probolinggo, dan Situbondo. “Adanya KeRis diharapkan menjadi playing ground di bidang penelitian, sementara program Desa Binaan menjadi bukti nyata sumbangsih Kampus Tegalboto bagi masyarakat wilayah Tapal Kuda. Bahkan program Sistem Administrasi Informasi Desa yang kita kembangkan di Bondowoso melalui Program Kuliah Kerja Nyata, diminati oleh Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan,” ungkap Rektor Universitas Jember. Tak lupa Moh. Hasan meminta dukungan serta doa restu dari segenap keluarga besar Universitas Jember, dan para stakeholder, agar semua program yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik.

                Kemajuan yang telah dicapai oleh Kampus Tegalboto tentunya tidak saja dirasakan oleh warga kampus, namun juga oleh lingkungan sekitar. Sisi positifnya perlu dikembangkan, sementara sisi negatifnya perlu diminimalkan. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Eng. Idah Andriyani, STP., MT, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Kerjasama Untuk Mengelola Sumberdaya Alam Agar Tercapai Pertanian Industrial Yang Berkelanjutan”. Staf pengajar pada Fakultas Teknologi Pertanian ini mengingatkan makin banyaknya program studi baru yang dibuka, disertai pembangunan sarana dan prasarana pendukung di Kampus Tegalboto berarti menambah jumlah sivitas akademika yang membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, air, dan tempat tinggal.

                “Dalam perhitungan yang saya lakukan, setiap tahun ada tujuh ribuan mahasiswa baru, jika ditotal dengan mahasiswa lama maka untuk makan saja mereka menghabiskan 90 milyar rupiah per tahun. Belum dengan kebutuhan lainnya seperti kost dan lainnya. Kebutuhan ini membuka kesempatan berusaha namun juga berarti mengubah lahan pertanian dan lahan hijau di seputar kampus yang berubah menjadi pemukiman dan pertokoan. Makin banyaknya lahan pemukiman dan pertokoan berarti makin minim lahan terbuka yang seharusnya mampu menyerap air hujan. Ini contoh kecil yang perlu diantisipasi,” tutur dosen yang meraih gelar doktoralnya di Asian Institute of Technology di Thailand di tahun 2017 lalu.

                Contoh yang terjadi di lingkungan kampus hanyalah sebagian kecil dari problema beralihnya lahan pertanian menjadi lahan pemukiman yang dihadapi oleh Indonesia. Untuk itu dosen yang sehari-harinya mengajar di Program Studi Teknik Pertanian ini mengusulkan agar semua stakeholder baik di hulu maupun hilir bekerjasama menanggulangi alih fungsi lahan ini. “Pemerintah Kabupaten harus memiliki Rancangan Tata Ruang dan Wilayah yang jelas agar mampu memetakan wilayah mana yang menjadi lahan pertanian, lahan hijau, lahan pemukiman, dan lahan industri. Rancangan Tata Ruang dan Wilayah ini tentu harus dipatuhi. Kalangan industri juga wajib menjalankan usahanya sesuai regulasi yang ada. Sementara kampus wajib menggunakan teknologi tepat guna, dan ramah lingkungan dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan, termasuk mempelopori pelaksanaan program yang berwawasan lingkungan seperti gerakan hemat air,” kata Idah lagi. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content