[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 14 Januari 2019
Pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Universitas Jember mendapatkan pujian dari pemerintah Australia melalui Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan Untuk Kesejahteraan (KOMPAK), lembaga bentukan pemerintah Australia yang membantu pemerintah Indonesia dalam mengentaskan kemiskinan. Menurut Citra Aulia, innovations manager KOMPAK, program KKN yang dilakukan oleh Universitas Jember telah membantu desa agar berdaya melalui KKN tematik sehingga Universitas Jember benar-benar menjadi kampus Universitas Membangun Desa (UMD). Untuk diketahui UMD adalah salah satu program yang digulirkan oleh pemerintah Australia melalui KOMPAK.
Pernyataan ini disampaikan oleh Citra Aulia saat memberikan pengarahan kepada 956 mahasiswa Universitas Jember yang akan melaksanakan program KKN periode I tahun akademik 2018/2019. Kegiatan pembekalan bertema Membuka Inspirasi Untuk Pemanfaatan Potensi Desa diselenggarakan oleh Pusat Pemberdayaan Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), di Gedung Soetardjo (14/1). “Kami menyaksikan banyak program yang dilakukan melalui program KKN Universitas Jember mampu membangun desa, misalnya dengan Sistem Administrasi Informasi Desa di Bondowoso, Desa Peduli Buruh Migran di Jember, Desa Wisata di Bondowoso hingga pencegahan stunting di berbagai kabupaten di Besuki Raya,” ujar Citra Aulia. Rencananya 956 mahasiswa tersebut akan turun ke desa di Jember, Bondowoso, Situbondo dan Probolinggo mulai hari Selasa (15/1) esok.
“Keberhasilan Universitas Jember mengelola program UMD melalui program KKN bahkan menarik minat Pemerintah Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan, untuk mereplikasikan UMD di daerahnya. Bahkan kami memberikan kepercayaan kepada Universitas Jember untuk membina UIN Maulana Malik Ibrahim dan IAIN Kediri dalam menjalakan program UMD yang dimotori oleh KOMPAK di daerahnya masing-masing,” imbuh Citra Aulia. Untuk diketahui, jalinan kerjasama antara Universitas Jember dengan KOMPAK sudah dimalai semenjak tahun 2016 lalu.
Sebelumnya dalam sambutannya, Prof. Achmad Subagio, Ketua LP2M mengungkapkan, kegiatan pembekalan bagi mahasiswa peserta program KKN dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan inspirasi dalam merancang program, sehingga tujuan program yang sudah ditentukan dapat tercapai. “Masa KKN tidak terlalu panjang, hanya 45 hari saja. Oleh karena itu dengan pembekalan seperti ini, kami berharap mahasiswa sudah punya gambaran bagaimana menemukan masalah, memetakan potensi desa hingga menyusun program yang tepat sehingga kehadiran mereka di desa benar-benar dapat menggerakkan potensi desa,” katanya. Dalam kegiatan pembekalan kali ini, Pusat Pemberdayaan Masyarakat LP2M menampilkan testimoni para mahasiswa yang telah berhasil menjalankan program KKN tematik di periode-periode sebelumnya.
Testimoni pertama disampaikan oleh Ahmad Syaikhudin yang bersama kawan-kawannya berhasil melaksanakan Festival Desa Bebas Stunting di Desa Cindogo, Tapen, Bondowoso tahun lalu. Dalam kegiatan ini Syaikhudin menggelar acara Festival Desa bebas stunting yang meliputi Ayah Hebat, Ibu Pintar, Remaja Tanggap, Giat Kader, hingga lomba pembuatan MP-ASI dan lomba kebersihan. “Dari pengalaman kami, jangan terkesan menggurui, apalagi serta merta memberikan cap desa tertentu tergolong rawan atau terbelakang. Saran saya coba dekati perangkat desa dan tokoh desa agar program yang kita laksanakan dapat berhasil,” kata mahasiswa Fakultas Kedokteran ini.
Testimoni juga disampaikan oleh M. Idrus Ali Baharun dari Fakultas Ilmu Budaya yang bersama koleganya membangun Desa Glingseran, Wringin, Bondowoso menjadi desa wisata dengan destinasi wisata air terjun dan mata air Dewi Rengganis. Usaha mereka diganjar dengan prestasi berupa terpilihnya Desa Glingseran sebagai Desa Wisata terbaik se-Bondowoso dan desa wisata percontohan di Jawa Timur. Sementara Zein Arrahman yang melaksanakan program KKN di Desa Cermee, Cermee, Bondowoso mengantarkan Desa Cermee sebagai juara pertama desa dengan keterbukaan informasi publik di Jawa Timur. Zein Arrahman yang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini melaksanakan program Sistem Administrasi Informasi Desa dengan program unggulannya, One Village One News.
Sementara itu menurut Moh. Hasan, Rektor Universitas Jember, program KKN adalah kesempatan bagi mahasiswa untuk mencetak rekam jejak yang baik di masyarakat. Pasalnya jika program yang dijalankan berhasil memberikan solusi, maka anggapan bahwa perguruan tinggi bak menara gading, akan roboh dengan sendirinya. “Untuk itu Universitas Jember akan terus menjalankan program KKN tematik baik berupa program desa digital, desa wirausaha, desa desbumi, desa bebas stunting, dan desa wisata. Dan agar program tersebut berkelanjutan, desa-desa tersebut akan menjadi desa binaan Universitas Jember,” tutur Moh. Hasan.
Kisah inspiratif dalam membangun desa juga disampaikan oleh Khafidz Nasrullah, pengusaha muda dari Kendal, Jawa Tengah, yang memproduksi minyak atsiri dengan merk Nares Oil. Khafidz Nasrullah berhasil mengembangkan produk minyak atsiri dengan melibatkan 19 ribu petani di Jawa Tengah. Sementara itu Azalea Ayuningtyas menceritakan bagaimana usahanya membina ibu-ibu perajin anyaman di Flores, Nusa Tenggara Timur melalui produk Du’Anyam. Produk-produk kerajinan Du’Anyam berhasil menembus pasar mancanegara hingga menjadi souvenir kala pelaksanaan Asian Games 2018 lalu. “Bagi kawan-kawan yang akan terjun ke desa, temukan potensi desa agar mampu mensejahterakan warga desa,” pesan Khafidz Nasrullah.
Materi pembekalan juga diberikan oleh para Dosen Pembina Lapangan (DPL) diantaranya M. Hadi Makmur, Ali Badrudin, dan Hermanto Rahman. Kegiatan pembekalan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan program KKN berlangsung meriah dan atraktif dengan kehadiran sandiwara yang dimainkan oleh para mahasiswa Kampus Tegalboto, temanya menyesuaikan dengan tema KKN yang dijalankan. Peserta juga dihibur oleh penampilan musik akustik oleh kelompok musik Lingkar Merimbun. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]