[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 23 Januari 2019
Banjir masih menjadi masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia, khususnya dihadapi oleh daerah yang berada di bantaran sungai. Jika debit air sungai membesar di musim penghujan maka banjir pun melanda. Masalah ini makin diperparah oleh kedalaman sungai yang makin dangkal akibat sedimentasi, dan sampah yang dibuang sembarangan ke sungai. Untuk menanggulangi masalah ini, tiga mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Jember merancang sistem pengendali banjir, sekaligus pengangkut otomatis sampah, lengkap dengan pembangkit listrik mikro hidro. Karya ketiganya berhasil menyabet dua gelar dalam kompetisi Water Project Design Innovations yang digelar oleh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang digelar pada 16 hingga 19 Januari 2019 lalu.
“Alhamdulillah, di kali pertama kami mengikuti kompetisi desain proyek bangunan air langsung mendapatkan dua gelar, padahal kompetitor kami umumnya sudah banyak yang ikutan dalam lomba sejenis. Bahkan banyak peserta yang mempresentasikan karyanya yang juga adalah skripsi mereka,” cerita Robit Dahnial Ilhaq, ketua Tim Jaya Kuda FT Universitas Jember saat ditemui di Kampus Tegalboto (23/1). Robit sendiri adalah mahasiswa Program Studi Teknik Sipil angkatan 2017. Bersama kedua rekannya dari Program Studi Teknik Elektro, Muhammad Taufik dan Malikul Fanani, mereka berhasil masuk dalam babak final bersama tim tuan rumah, tim Universitas Brawijaya, tim Universitas Gadjah Mada, dan tim Universitas Pendidikan Indonesia.
Kompetisi Water Project Design Innovations tahun ini mengambil studi kasus penanggulangan banjir di Dayeuh Kolot, Bandung, yang merupakan daerah bantaran sungai yang kerap terkena banjir dari sungai Citarum. “Daerah Dayeuh Kolot itu langganan banjir setiap kali musim hujan tiba. Pasalnya ketinggian permukaan tanahnya lebih rendah dari ketinggian permukaan sungai Citarum, belum lagi masalah sedimentasi sungai dan sampah yang makin memperparah banjir di Dayeuh Kolot. Untuk itu setiap peserta ditantang membuat inovasi pengendali banjirnya,” jelas Robit, mahasiswa asal Kecamatan Jombang, Jember ini. Tak cukup membuat desain inovasi pengendali banjir, mereka bertiga membuat alat pengangkat sampah otomatis dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Sesuatu yang tidak dilakukan oleh kompetitor lainnya.
“Untuk pengendali banjir, kami merancang menanam sheet pile atau tiang pancang dari beton yang ditanam sepanjang 958 meter sepanjang aliran sungai Citarum yang melewati daerah Dayeuh Kolot. Penanaman sheet pile diharapkan memperkuat dinding sungai agar tidak ambrol kala sungai dikeruk untuk mengurangi sedimentasi. Kami juga merancang alat pengangkut sampah yang dilengkapi ban berjalan di atas sungai sehingga mengurangi sampah yang mengapung. Khusus pengoperasionalan pengangkut sampah otomatis ini bisa dikontrol melalui telepon genggam dengan aplikasi yang sudah kami bikin dengan basis internet of thing atau IoT, sehingga memudahkan pengawasan. Alat pengakut sampah otomatis bisa disetel akan mengangkut tiap jam atau tiap berapa menit sekali, menyesuaikan dengan kondisi sungai,” ujar Taufik menimpali.
Menariknya tim Jaya Kuda FT Universitas Jember juga merancang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di aliran sungai Citarum. “Kami telah menghitung debit air sungai Citarum yang ternyata cukup untuk menggerakkan turbin PLTMH berjenis helical turbine. Jika rancangan ini diimplementasikan, kami perkirakan daya listriknya mampu mensuplai listrik untuk 4.500 rumah dengan daya 900 kilowatt,” imbuh Fanani, mahasiswa Program Studi Teknik Elektro yang mendapatkan tugas mengurusi rancang bangun PLMTH di tim Jaya Kuda.
Karya mereka ternyata mendapatkan apresiasi dari dewan juri, dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB yang turut hadir. Dewan juri memuji inovasi desain tim Jaya Kuda FT Universitas Jember yang memadukan sistem pengendali banjir dengan pengangkut sampah otomatis dan PLTMH. Tak heran jika gelar rancangan maket terbaik dibawa pulang ke Kampus Tegalboto. “Kami juga mendapatkan gelar desain favorit dari para pengunjung kompetisi yang umumnya dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Mereka memberikan suara terbanyak untuk desain kami,” kata Robit yang sempat bingung saat harus memberi nama tim-nya. “Awalnya mau menamakan tim ini dengan nama Tapal Kuda mengingat Jember berada di wilayah Tapal Kuda, tapi kok rasanya kurang pas, akhirnya kami sepakat memberi nama Jaya Kuda,” ungkap Robit disambut gelak tawa kedua koleganya.
Kemenangan di ITB Bandung menjadi modal bagi Robit dan kawan-kawan untuk ikut serta dalam Kontes Bangunan Air Indonesia 2019 yang akan digelar bulan April nanti di Universitas Brawijaya, Malang. Rencananya Kontes Bangunan Air Indonesia tahun ini akan memakai sungai Brantas sebagai studi kasusnya. “Kami bertekad memperkuat bidang analisa, agar kajian kami lebih konprehensif. Kemarin dalam ajang kompetisi Water Project Design Innovations juara direbut oleh tim Universitas Brawijaya yang karya ilmiahnya menganalisa keseluruhan aliran sungai Citarum yang panjangnya 200 kilometer lebih, maklum karya tersebut juga menjadi skripsi mereka. Sementara kami hanya menganalisa sepanjang 958 meter saja karena keterbatasan waktu,” pungkas Robit. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]