[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 9 Juli 2019
Tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang kian memanas membuka peluang naiknya ekspor bagi Indonesia ke Amerika dan China. Pasalnya, sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif pajak impor terhadap barang-barang dari China ke Amerika membuat beberapa harga produk China makin mahal .
“Perang dagang Amerika dan China ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia dengan mengisi produk-produk yang selama ini diisi oleh China ke Amerika Serikat. Produk-produk tersebut antara lain produk alas kaki, furnitur, travel goods, hingga perhiasan. Ya walaupun mungkin perang ini tidak akan berlangsung lama,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri dalam acara Science Talks and Policy Discussion dengan tema “Mencari Celah Di Tengah Perang Dagang AS-China” di lantai 3 gedung Mas Soerachman Universitas Jember(5/7).
Dalam acara yang digelar oleh Pascasarjana Universitas Jember ini Kasan memaparkan, situasi perang dagang Amerika dan China sebenarnya menguntungkan bagi Indonesia. Karena menurut Kasan, di tengah perang tarif antara kedua negara pengusaha dan pemerintah dapat mengambil peluang untuk tingkatkan ekspor produk yang mengalami hambatan masuk ke dua negara.
“Boleh lah kita katakan menari di atas ladang orang lain. Karena perang dagang ini berdampak pada makin sulitnya barang Amerika masuk China dan barang China juga sulit masuk Amerika. Nah barang-barang yang sulit masuk itulah bisa diisi oleh barang dari Indonesia” ujar Kasan.
Lebih jauh Kasan menjelaskan, mengambil peluang ekspor ke Amerika dan China memang tidak mudah. Karena menurut Kasan, Indonesia harus bersaing dengan negara Vietnam dalam ekspor ke Amerika Serikat khususnya untuk produk pakaian jadi.
“Namun untuk ke pasar Amerika, Indonesia berpotensi mengekspor komoditas besi dan baja. Sebab, ekspor besi dan baja Indonesia ke Amerika saat ini masih nol. Sedangkan untuk pasar China adalah buah-buahan. Selama ini, ekspor komoditas ini ke China hanya sebesar 90,9 juta dolar AS atau sekitar 1,43 persen saja,”ucapnya.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]