[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember,18 Mei 2019
Permasalahan mengenai sampah plastik tiada pernah ada habisnya. Sampah plastik merupakan sumber utama penumpukan sampah di Indonesia, terlebih plastik adalah sampah yang sulit diuraikan dalam kurun waktu 1000 tahun. Belum lagi, pemusnahan plastik dengan cara dibakar juga akan menimbulkan permasalaahan lain, seperti pencemaran udara.
Melihat peliknya permasalahan sampah plastik ini, program studi Teknik Lingkungan bekerja sama dengan PT. Paiton Operation & Maintenance Indonesia mengadakan workshop ecobrick pada Sabtu, 18 Mei 2019. Workshop ini membahas mengenai cara kita mengatasi masalah sampah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, sebagaimana yang kita tahu bahwa Indonesia adalah penghasil sampah terbesar kedua setelah Cina.
Ibu Nina Ari Wahyuni, S.Sos selaku pemateri utama workshop menjelaskan secara detail mengenai ecobrick yang merupakan pilihan terakhir untuk mengolah sampah plastik ketika penanggulangan seperti reduce, reuse, recycle sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk mengatasi sampah plastik yang kian bertambah setiap harinya. Ecobrick merupakan metode yang digunakan untuk meminimalisir sampah plastik dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik bersih hingga botol tersebut benar-benar keras dan padat. Tujuan dari Ecobrick adalah untuk mengurangi sampah plastik, serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna. Contoh pemanfaatan pembuatan ecobrick adalah untuk pembuatan meja, kursi, tembok, maupun barang kesenian lainnya. Metode ini terbukti mengurangi jumlah plastik di Kanada, negara tempat bernaung pencipta Ecobrick, yaitu Russell Maier.
Selain memberikan pemaparan, 57 mahasiswa Teknik Lingkungan juga dibimbing untuk membuat ecobrick secara langsung. Membuat ecobrick tidaklah sulit, cukup dengan sampah plastik, gunting, batang kayu sebagai pemadat dan media botol plastik sebagi wadah. Botol plastik itu sendiri boleh dengan ukuran beragam dan warna yang bervariasi, yang perlu dilakukan adalah menyamakan ukuran dan botol plastik tersebut agar pengaplikasian ecobrick dapat bernilai, tak hanya sederhana tapi bernilai estetika. Ecobrick itu sendiri hanya bisa diisi dengan sampah anorganik. Sampah plastik tersebut digunting menjadi lebih kecil agar mudah dimasukkan kedalam mulut botol hingga terisi penuh, kemudian botol tersebut ditekan menggunakan pemadat kayu hingga botol tersebut keras, padat dan terisi penuh dengan plastik. Ini bertujuan agar produk ecobrik tidak mudah penyok.
Selain memiliki nilai jual, pembuatan ecobrick juga dapat mengurangi limbah plastik yang pada dasarnya tidak dapat diuraikan seperti yang sudah menjadi tujuan dari pembuatan ecobrik itu sendiri. Terlebih, penggunaan kayu juga dapat diminimalisir dengan ecobrick yang hampir memiliki kesamaan dalam pemanfaatannya sebagai bahan pembuatan furniture. Dengan terlaksananya workshop ini, mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Jember diharapkan dapat menjadi ajang penggerak untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi bernilai seni tinggi serta mampu menjadi pioneer dalam mengurangi penggunaan plastik.
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]