Humas Di Era Disrupsi Wajib Berubah !

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 26 Agustus 2019

Era saat ini adalah eranya kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang membuat disrupsi di segala lini kehidupan. Era disrupsi ditandai dengan makin seringnya perubahan terjadi, kecepatan persebaran informasi, dan munculnya inovasi-inovasi baru. Perubahan lanskap ini membuat Humas, termasuk Humas di perguruan tinggi wajib berubah. Menurut Heri Rakhmadi, Wakil Ketua Umum Persatuan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia, Humas saat ini dituntut mampu memainkan peran mengelola citra dan reputasi lembaga dengan cara menjalankan manajemen isu, manajemen resiko, manajemen krisis Humas dan menjalin hubungan baik dengan media massa.

“Situasi sudah berubah, Humas sudah tidak bisa lagi hanya menjadi sekedar supporting system belaka di sebuah lembaga. Pasalnya Humas di era saat ini harus mampu melaksanakan agenda setting, menyampaikan pesan-pesan utama kepada khalayak, memanfaatkan jaringan media massa yang ada, konsisten meleksanakan program dan memiliki pemetaan stakeholder. Apalagi Humas di perguruan tinggi memiliki stakeholder yang luas dan beragam, tidak hanya dosen dan mahasiswa saja namun juga pemerintah, industri bahkan masyarakat luas seperti yang diwakili dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,” jelas Heri Rakhmadi yang berpengalaman menangani klien dari kalangan pemerintahan ini.

Pendapat ini disampaikan oleh Heri Rakhmadi saat menjadi pembicara dalam kegiatan “Ruang Ide. Manajemen Reputasi, Krisis, Dan Public Relations Institusi Pendidikan di Era Disrupsi” yang diadakan di Graha Pena Jawa Pos Surabaya (22/8). Ruang Ide adalah ajang pertemuan rutin bagi insan Humas di Jawa Timur, khususnya Humas Perguruan Tinggi. Ruang Ide diisi dengan diskusi dan saling berbagi pengalaman dalam melaksanakan tugas-tugas kehumasan, serta mencari solusi atas problema yang ada.

Istimewanya, Ruang Ide kali ini dihadiri oleh Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur yang ternyata pernah bekerja di bidang kehumasan sebelum masuk ke dunia politik. Menurut mantan Bupati Trenggalek ini, Humas saat ini tidak hanya mengabarkan apa yang dilakukan oleh lembaganya saja, tapi diharapkan juga membantu memberantas hoax dengan kontain yang kreatif dan inovatif. “Setiap perguruan tinggi memiliki ribuan mahasiswa yang jika semuanya mengikuti media sosial humasnya, maka tentu menjadi potensi untuk menyebarluaskan hal-hal positif dalam rangka menangkal hoax,” tutur Emil yang menyempatkan berbagi pengalaman saat menghadapi krisis kehumasan kala isu penyakit antraks menerpa Trenggalek.

Peserta juga mendapatkan materi berharga terkait Kehumasan dari pakar komunikasi, Prof. Burhan Bungin. Menurutnya, Humas di perguruan tinggi wajib berubah sebab di era saat ini ada tuntutan agar lembaga lebih terbuka dan memberikan informasi seluas-luasnya kepada khalayak. “Oleh karena itu Humas saat ini diharapkan menjalankan banyak fungsi, diantaranya fungsi komunikasi publik, fungsi mengkonstruksi citra sosial, fungsi negoisasi, fungsi hubungan media, fungsi sebagai representasi lembaga, fungsi penguatan lembaga, dan fungsi sebagai ikon publik,” jelas guru besar yang banyak menghasilkan buku komunikasi ini.

Peserta yang hadir merupakan insan Humas di PTN dan PTS di Jawa Timur, serta dari luar Jawa Timur seperti dari Universitas  Pendidikan Indonesia Bandung. Universitas Jember sendiri mengirimkan tiga personilnya, yakni Agung Purwanto, Kepala Humas dan Protokol, Rokhmad Hidayanto, Kepala Sub Bagian Humas dan Iim Fahmi Ilman, Pranata Humas Pertama di Humas Universitas Jember. Selain berdiskusi dan berbagi pengalaman, para peserta juga merintis jalinan kerjasama dengan Harian Jawa Pos. “Sebagai media massa, kami juga ingin mendengarkan pemikiran, saran dan kritik dari Humas di PTN dan PTS agar bisa memenuhi keinginan yang ada dan kerjasama yang sudah terjalin makin berkembang. Salah satu bentuk kerjasama yang kami tawarkan adalah kegiatan pameran pendidikan bertajuk Hello Campus yang akan kami gelar bulan Oktober 2019 nanti,” ujar Abdul Rokhim, Pemimpin Redaksi Harian Jawa Pos.

Sebelumnya, para peserta kegiatan Ruang Ide berkumpul di Kampus C Universitas Airlangga (Unair) guna berdiskusi dan berbagi pengalaman kegiatan kehumasan di PTN dan PTS. Kegiatan sharing session dibuka oleh Prof. Djoko Santoso, Wakil Rektor I Unair. Tampil sebagai pemateri, Vinda Maya Setianingrum dari Humas Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Hayuning Purnama Dewi, Humas Universitas Surabaya (Ubaya). Dalam kegiatan sharing session ini muncul pengalaman menarik dalam rangka Humas melaksanakan manajemen reputasi. Seperti yang diutarakan oleh Vinda Maya Setianingrum yang masih terus bergulat dengan citra Unesa sebagai IKIP sebagai penghasil guru. Sementara Hayuning Purnama Dewi banyak berbagi kisah bagaimana mengatasi krisis kehumasan yang pernah menimpa Ubaya.

Sementara itu Suko Widodo, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair menuturkan Humas perguruan tinggi saat ini dituntut menjadi extra ordinary Humas. Oleh karena itu Humas diharapkan selalu kreatif, kolaboratif, dan sekaligus adaptif terhadap perubahan yang makin sering terjadi di tengah keterbatasan yang ada. Oleh karena itu kerjasama diantara Humas PTN dan PTS perlu ditingkatkan, termasuk kerjasama dengan media massa. “Jadi Humas di PTN dan PTS itu kudu nekat sebab terkadang posisinya nggak jelas dalam struktur organisasi lembaga, tetapi target yang dibebankan cukup banyak. Jadi istilahnya Humas itu Aka Boncu, ati karep bondho cupet….,” ungkap Suko Widodo sambil disambut gelak tawa peserta yang hadir. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content