[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 20 September 2019
Banyak cara untuk membangun kesadaran, serta membangkitkan kepedulian terhadap masalah sosial yang terjadi di sekeliling kita. Salah satunya dilakukan oleh Nofita Sari dan kawan-kawannya yang mengangkat fenomena pernikahan anak di Kabupaten Pasuruan dalam sebuah film berjudul Kembang Deso. Semasa sekolah di MAN 1 Pasuruan, Nofi, begitu panggilan akrabnya membuat film Kembang Deso bersama dua koleganya yakni Putri Novita Firdaus dan Zuhrotul Aini. Film Kembang Deso berhasil menjadi film terbaik di Eagle Junior Documentary Camp 2014. Gara-gara film Kembang Deso ini, Nofi diundang pada acara talkshow Kick Andy yang tayang tanggal 20 September 2019. Film Kembang Deso pula yang membuat Nofi memutuskan masuk ke Program Studi Televisi dan Film Fakultas Ilmu Budaya (PSTF FIB) Universitas Jember.
“Saat sekolah dulu, kami bertiga kebetulan tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik di MAN 1 Pasuruan, jadi sudah ada ketertarikan dengan dunia film khususnya film jenis dokumenter yang mengandung unsur jurnalistik. Saat Eagle Junior Documentary Camp 2014 digelar kami pun memutuskan ikut serta dengan mengusung tema pernikahan anak yang memang terjadi di Pasuruan, tepatnya di Desa Orobulu, Kecamatan Rembang,” tutur Nofi mengisahkan awal mula pembuatan film Kembang Deso. Anak kedua pasangan Mistari dan Siti Rukayah ini menjadi penulis cerita sekaligus sutradara, sementara Putri sebagai produser dan Zuhrotul Aini selaku kameramen.
Nofi menambahkan, dari riset yang lakukan, fenomena pernikahan anak dan nikah siri di Desa Orobulu sudah pada taraf memprihatinkan. Pasalnya banyak anak usia di bawah 19 tahun yang dinikahkan oleh orang tuanya, dengan alasan takut jadi perawan tua. “Bahkan ada oknum yang sengaja menjadi mak comblang mencarikan anak gadis di bawah umur untuk dinikahkan dengan imbalan uang tertentu. Fenomena ini tak lepas dari kondisi ekonomi warga sekitar yang memang umumnya kurang mampu,” imbuh Nofi.
Film Kembang Deso, yang memakai Bahasa Jawa Timuran garapan mereka, menceritakan sang tokoh, Emy, yang terpaksa harus memendam cita-citanya meneruskan sekolah ke sekolah lanjutan atas karena dipaksa orang tuanya untuk menikah. Dalam film tersebut Nofi dan kawan-kawan secara lugas menceritakan kondisi sosial budaya Desa Orobulu termasuk bagaimana kondisi anak-anak yang dipaksa menikah dini. Bayangkan ada perempuan yang baru berusia 20 tahun tapi sudah memiliki tiga anak, ironisnya sang suami sekarang entah kemana. Di akhir cerita, sang tokoh Emy akhirnya tak kuasa menolak tradisi dan terpaksa mengubur impiannya untuk bersekolah.
“Kemarin saat di Kick Andy, kami berdiskusi mengenai mengapa kami mengangkat fenomena pernikahan anak dan nikah siri. Dari sisi kreatif hingga pesan apa yang ingin kami sampaikan, yakni jangan ada lagi anak perempuan yang dipaksa menikah. Beri mereka kesempatan untuk bersekolah dan menentukan masa depan sendiri,” kata Nofi saat ditemui di Kampus PSTF FIB (20/9). Tidak hanya diundang oleh Andy F. Noya, sang host Kick Andy, Nofi dan kawan-kawan berkesempatan diundang oleh Bupati Pasuruan ke kantornya gara-gara film Kembang Deso.
Uniknya, selepas menggarap film Kembang Deso, Nofi lantas memutuskan untuk mendalami ilmu televisi dan film dengan kuliah di PSTF FIB Universitas Jember. Dirinya jadi ketagihan bikin film. “Awalnya sempat ragu apakah bisakuliah, mengingat kondisi keluarga saya yang termasuk keluarga kurang mampu. Bapak sudah tidak bekerja semenjak sakit, sementara ibu hanya buruh pabrik. Tapi alhamdulillah impian saya terwujud untuk kuliah di PSTF FIB Universitas Jember dengan bantuan beasiswa Bidikmisi,” urai Nofi yang diterima di PSTF FIB Universitas Jember melalui jalur SBMPTN tahun 2016 ini. Nofi pun dituntut cermat mengatur keuangan sebab kuliah di PSTF banyak melakukan praktek.
Kini Nofi bertekad terus berkarya membuat film yang mengangkat sisi-sisi kemanusiaan dan fenomena sosial budaya yang ada. Bahkan Nofi sudah punya ide untuk skripsinya nanti yang berasal dari pertemuannya dengan para aktivis perempuan kala menghadiri acara Kick Andy. “Saya ingin menggarap film yang mengangkat sisi psikologis istri para teroris dan anak-anaknya,” pungkas Nofi yang dalam waktu dekat akan menjalani masa magang ini. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]