Wujudkan Lulusan Agrosociopreneur Fakultas Pertanian Universitas Jember Bentuk Green Club

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 26 September 2019

Langkah Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jember untuk mencetak lulusan  agrosociopreneur makin nyata. Salah satunya dengan pembentukan Green Club bagi mahasiswa sejak bulan Agustus 2019 lalu. Green Club adalah komunitas mahasiswa Faperta yang tertarik mendalami wirausaha dalam bidang budidaya tanaman. Tercatat sudah ada 30 mahasiswa yang kini aktif membudidayakan tanaman kaktus, anggrek dan memproduksi lilin aroma terapi. Hasilnya dijual di ajang Sunday Market Kreanova setiap hari Minggu dan pada acara wisuda sebagai bingkisan bagi wisudawan. Pemasaran juga dilakukan secara online.

Novan Imam Samudro, ketua Green Club menjelaskan aktivitas anggota Green Club saat ini fokus kepada pembudidayaan kaktus dan anggrek. Dipilih tanaman kaktus dan anggrek mengingat budidayanya tergolong mudah, dan hasilnya banyak diminati. “Saat berjualan di ajang Sunday Market Kreanova banyak pengunjung yang tertarik dengan kaktus produksi kami. Untuk harganya pun terjangkau dari lima belas ribu rupiah hingga lima puluh ribu tergantung pada jenisnya. Agar makin menarik, penjualan kaktus disandingkan dengan lilin aroma terapi yang bentuknya juga imut,” tutur Novan saat ditemui di Green House Faperta (26/9). Rencananya Novan dan kawan-kawan juga akan membudidayakan sayuran dengan sistem hidroponik.

Selain kaktus, mahasiswa anggota Green Club juga membudidayakan anggrek, seperti anggrek bulan dan anggrek dendrobium. Khusus tanaman anggrek, produksinya masih terbatas mengingat untuk pemeliharaannya membutuhkan perawatan khusus, agak berbeda dengan kaktus yang lebih mudah dikembangkan. “Untuk anggrek biasanya kami jual per potnya hingga 200 ribu rupiah seperti untuk anggrek cattleya, namun tergantung juga pada kualitas dan kuantitas bunga serta jenis anggreknya. Kami di Green Club juga berusaha menyilangkan jenis anggrek berbeda di bawah supervisi dari dosen sehingga diharapkan melahirkan anggrek jenis baru,” ungkap Khuroidah, yang menjabat sebagai sekertaris Green Club.

Sementara itu Denna Eriani Munandar, dosen Agronomi Faperta sekaligus pembina Green Club menjelaskan, awal mula pembentukan Green Club berasal dari banyaknya tanaman hasil praktek budidaya yang telah dilakukan oleh mahasiswa. “Tentu sayang jika tanaman-tanaman tadi hanya dibiarkan saja, oleh karena itu muncul ide untuk membentuk Green Club yang mewadahi mahasiswa yang berminat wirausaha di bidang pertanian. Langkah awalnya dengan budidaya kaktus, anggrek dan direncanakan budidaya sayuran dengan sistem hidroponik. Adanya Green Club menjadi ajang bagi mahasiswa untuk berlatih berwirausaha, berorganisasi serta berdisiplin sehingga nantinya setelah lulus mampu menjadi agrosociopreneur,” jelas Denna Iriani Munandar.

Seperti yang sudah diketahui, dalam kesempatan kegiatan “Jambore Petani Muda III” yang digelar minggu lalu di Kampus Tegalboto, Dekan Faperta Universitas Jember bertekad mencetak agrosociopreneur. Agrosociopreneur adalah wirausaha muda di bidang pertanian yang memiliki dampak ekonomi, sosial dan budaya bagi masyarakat luas khususnya bagi para petani. Agrosociopreneur dipandang penting mengingat menggabungkan antara kegiatan bisnis dan kegiatan sosial. Untuk mendorong makin banyak lulusan Faperta Universitas Jember menggeluti agrosociopreneur, ada empat langkah yang ditempuh yakni pembenahan kurikulum, memperbesar porsi praktek lapangan, menjalankan program magang, dan memfasilitasi mahasiswa yang berminat menekuni start-up pertanian, serta menjalin kerjasama dengan stakeholders pertanian.

“Pembentukan Green Club adalah salah satu usaha kami dalam memfasilitasi mahasiswa yang berminat berwirausaha di bidang pertanian. Sementara untuk pembenahan kurikulum sudah kami lakukan setahun ini, dengan memasukkan mata kuliah Usaha Tani, Kewirausahaan, Teknologi Informasi dan Teknologi sebagai mata kuliah pilihan. Harapannya makin banyak mahasiswa Faperta yang tertarik menjajal start-up di bidang pertanian. Kami juga memperbesar porsi mata kuliah praktek yang dilanjutkan dengan kewajiban magang bagi mahasiswa yang sudah menempuh 110 SKS wajib magang di usaha dan perusahaan di bidang pertanian,” ujar Sigit Soepardjono. (iim/dn)

Skip to content