[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 7 Oktober 2019
Dua atlet pencak silat Universitas Jember, Veren Yuliana Saputri dari Program Studi Biologi FMIPA, dan M. Hafid Firhan dari Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengukir prestasi di tingkat dunia. Keduanya berprestasi di ajang “1st World Tapak Suci World Championship” yang digelar di GOR Sritex Solo (1-5/9). Veren yang turun di nomor tanding kelas C putri meraih peringkat ketiga. Sementara rekannya, Hafid yang turun di nomor seni kelas trio putra meraih juara kedua.
Saat ditemui di Kampus Tegalboto (7/10), kedua pesilat Tapak Suci Universitas Jember yang turun mewakili kontingen Jawa Timur ini menceritakan pengalamannya kala bersaing dengan 547 atlet dari 14 negara. “Kami bersyukur dapat meraih prestasi di tingkat dunia, sebab awalnya sempat grogi bertanding di ajang tingkat dunia,” ujar Veren memulai cerita. Mahasiswi asli Kencong, Jember ini awalnya sempat tidak percaya dipanggil masuk dalam pemusatan latihan Tapak Suci Jawa Timur. Pasalnya sebelumnya dalam ajang seleksi tim silat Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional (POMNAS) 2019 Jawa Timur, kiprahnya terhenti di level seleksi daerah saja .
Tapi kegagalan menembus tim pencak silat POMNAS Jawa Timur menjadi cambuk baginya untuk berlatih lebih keras lagi. Porsi latihan lima kali seminggu pagi dan sore dilakukannya secara teratur. “Alhamdulillah saya mampu juara ketiga, di babak semifinal kalah oleh peserta asal Sumatera Selatan yang memang atlet senior yang langganan turun di PON, walau kalah tapi puas karena dikalahkan oleh atlet yang lebih baik,” kata mahasiswi Program Studi Biologi angkatan 2016 ini. Veren pantas puas karena di babak sebelumnya dirinya justru mampu mengalahkan atlet unggulan asal Jawa Tengah yang awalnya digadang-gadang sebagai juara di nomor tanding kelas C putri.
Beda lagi dengan pengalaman rekannya, Hafid. Pesilat yang alumnus SMA Muhammadiyah 3 Jember ini turun di nomor seni kelas trio putra. Awalnya selama pemusatan daerah di Sidoarjo, Hafid diplot bermain di nomor seni kelas ganda putra. Namun mendekati kejuaraan dunia, salah satu atlet mengundurkan diri hingga pelatih memutuskan Hafid turun di kelas trio putra. “Awalnya perlu adaptasi lagi sebab bermain di nomor seni membutuhkan kekompakan gerak jurus dengan tandem kita. Nomor seni itu butuh stamina dan konsentrasi tinggi, apalagi saya turun di nomor seni yang memakai senjata, maka jika lengah bukan tidak mungkin terkena sabetan senjata tandem kita,” ujar Hafid yang biasa memegang pisau, sementara dua rekannya membawa clurit dan golok.
Bukan tanpa alasan jika nomor seni membutuhkan stamina dan konsentrasi tinggi, sebab dalam jangka waktu tiga menit pesilat dituntut memperagakan jurus tanpa henti. “Jika stamina kedodoran maka gerakan jurus akan berantakan dan tidak sesuai iringan gamelan, tentu mendapatkan nilai rendah,” jelas Hafid. Pendapat Hafid dibenarkan Veren. “Kalau turun di nomor tanding seperti saya, maka pesilat masih bisa istirahat sebentar sambil narik napas sebab serangan lawan kan tidak terus menerus, yah sambil membuka kembangan jurus,” imbuh Veren. Kerja keras Hafid dan kawan-kawannya berbuah manis, peringkat kedua dibawa pulang, sementara peringkat satu diraih tim Yogyakarta, dan juara ketiga diambil tim Jawa Tengah.
Ajang “1st World Tapak Suci World Championship” adalah ajang pembuktian para pesilat Tapak Suci dari seluruh dunia. Kali ini ada 14 negara yang berpartisipasi selain tuan rumah Indonesia, yakni diantaranya Jerman, Mesir, Aljazair, Pakistan, Thailand, Singapura, dan negara lainnya. Dalam kejuaraan dunia tersebut dipertandingkan 18 nomor kategori olahraga atau tanding (11 putra dan 7 putri) serta 16 nomor kategori seni (8 putra, 7 putri, dan 1 beregu).
Prestasi keduanya di tingkat dunia mendapatkan apresiasi, salah satunya dari Rektor Universitas Jember. Dalam audiensi bersama para atlet berprestasi dari Kampus Tegalboto lainnya, Moh. Hasan langsung memberikan beasiswa bagi keduanya. “Universitas Jember terus mendukung mahasiswanya yang berprestasi, baik dibidang akademis maupun non akademis. Dan semoga capaian prestasi Veren dan Hafid bakal diikuti oleh mahasiswa Universitas Jember lainnya,” tutur Moh. Hasan bangga.
Berprestasi di tingkat dunia tidak lantas membuat keduanya berhenti berlatih, justru porsi latihan bagi mereka meningkat. “Biasanya sih latihan dua atau tiga kali seminggu, kini lima kali seminggu ditambah latihan beban dan berlari nonstop selama minimal 30 menit. Sebab sudah ada ajang kejuaraan lain yang kami tuju. Hafid akan mengikuti kejuaran Tapak Suci di akhir Oktober ini di Kampus Universitas Airlangga. Sementara saya fokus pada meraih juara pertama di nomor kelas C putri di kejuaraan Tapak Suci Universitas Sebelas Maret Solo ke empat tahun depan,” ujar Veren yang meraih juara dua di ajang kejuaraan Tapak Suci Universitas Sebelas Maret Solo ke tiga tahun 2019 lalu mengakhiri pembicaraan. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]