Awasi Dana Desa, Pemerintah Butuh Pendamping Desa

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 9 Oktober 2019

Pemerintah berencana mengucurkan 400 trilyun rupiah untuk Dana Desa dari tahun 2020 hingga tahun 2024. Dengan jumlah desa di Indonesia yang mencapai 74 ribu lebih, maka setiap desa memperoleh dana satu milyar per tahunnya. Tentunya penyaluran Dana Desa ini wajib diikuti dengan langkah pendampingan dan pengawasan agar dana yang disalurkan tepat sasaran. Oleh karena itu pemerintah memerlukan mitra yang dapat menjadi pendamping desa, salah satunya dari kalangan perguruan tinggi. Pernyataan ini disampaikan oleh Samsul Widodo, Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) dalam ajang Festival Universitas Jember Membangun Desa (UMD) di auditorium Universitas Jember (9/10).

Samsul Widodo berharap agar kalangan perguruan tinggi turut aktif memberikan pendampingan agar desa tahu dan paham bagaimana membangun desanya berdasarkan potensi dan tantangan yang dimiliki. “Oleh karena itu saya mengapresiasi kegiatan Universitas Jember Membangun Desa yang salah satunya diwujudkan melalui Program Kuliah Kerja Nyata tematik, yang terbukti mampu memberikan kontribusi kepada desa,” jelasnya di hadapan pimpinan, dosen pembimbing lapangan, mahasiswa dan hadirin lainnya. Kegiatan Festival UMD digagas oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember.

Samsul Widodo berharap dengan pendampingan dari perguruan tinggi, maka Dana Desa tidak selalu disalurkan dalam bentuk proyek pembangunan infrastruktur. Dari data yang dikumpulkan oleh Kemendes PDTT kebanyakan Dana Desa fokus pada pembangunan infrastruktur. Pada kurun tahun 2015 sampai 2019 ada 191.600 km jalan yang dibangun, 959.569 fasilitas air bersih, 1,1 juta meter jembatan baru dan 50.854 kegiatan PAUD baru. “Pembangunan infrastruktur dengan Dana Desa tetap penting karena di beberapa sektor memang masih membutuhkan, misalnya baru 50.854 fasilitas MCK yang dibangun, sementara menurut Kementerian Kesehatan kita masih perlu 5 juta fasilitas MCK untuk memenuhi kebutuhan seluruh desa di Indonesia,” kata alumnus FISIP UNEJ tahun 1986 ini.

Namun Dirjen PDT berharap desa dapat menemukan dan mengembangkan potensinya yang dapat memberikan pemasukan bagi warga desa agar kemanfaatan Dana Desa bisa lestari. “Untuk itu peran perguruan tinggi seperti Universitas Jember dalam memberikan pendampingan desa menjadi penting. Saya sudah melihat sendiri bagaimana Desa Cindea Bulu di Kabupaten Pangkajene Kepulauan di Sulawesi Selatan yang semula tidak dikenal kini berubah menjadi desa wisata berkat sentuhan mahasiswa Universitas Jember peserta program Kuliah Kerja Nyata tematik,” imbuh Samsul Widodo yang berharap kerjasama pengembangan desa unggul dan inspiratif yang digagas oleh Kampus Tegalboto tetap berjalan. Sebagai informasi, desa wisata Cindea Bulu yang digagas oleh mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata Universitas Jember terpilih mewakili Provinsi Sulawesi Selatan dalam ajang Lomba Inovasi Desa Wisata Nasional 2019.

Harapan Dirjen PDT disanggupi oleh Rektor Universitas Jember. Menurut Moh. Hasan, Universitas Jember kini tidak hanya mendampingi desa-desa di Besuki Raya melalui program Kuliah Kerja Nyata tematik, tapi juga merambah daerah lain semisal Pacitan bahkan hingga Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Bangka Belitung. “Selain itu kini kami membina 300 desa di Besuki Raya sebagai desa binaan, artinya setiap tahun ada mahasiswa yang akan menjalankan program Kuliah Kerja Nyata tematik di sana. Termasuk menjadi desa lokasi kegiatan pengabdian masyarakat para dosen dengan berbagai penelitiannya,” kata Moh. Hasan yang sekaligus membuka Festival Tegalboto dalam rangka Dies Natalis ke 55 Universitas Jember.

Festival UMD lantas diisi dengan kisah sukses para mahasiswa yang melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik. Salah satunya disampaikan oleh Khoirul Fahri dan kawan-kawan yang melakukan KKN tematik penanggulangan stunting di Desa Peradong Kabupaten Bangka Barat. “Dari hasil observasi kami ada 22 balita di Desa Peradong yang menderita stunting, kami kemudian berkoordinasi dengan perangkat desa setempat menjalankan empat program guna menanggulangi stunting, yakni program masak bersama, warung sehat, kaderisasi sukarelawan kesehatan dan Festival Sehat Peradong,” jelas Khoirul Fahri yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran ini.

Ternyata program yang dijalankan para duta Kampus Tegalboto melalui KKN tematik selama Juni hingga Agustus 2019 tadi berhasil. Kini warga Desa Peradong memiliki warung sehat yang menjual aneka jajanan sehat berbasis potensi lokal. Sukarelawan kesehatan juga kembali aktif memberikan sosialisasi gaya hidup sehat bagi warga sekitar. Bahkan 22 balita yang awalnya masuk kategori stunting secara pasti beranjak ke garis normal. “Saat kami meninggalkan Desa Peradong, para balita tadi sudah mengalami kenaikan berat badan, rata-rata naik 0,25 kilogram,” ujar Aifa Faradilla dari Fakultas Ilmu Budaya.

Kehadiran mahasiswa KKN tematik juga disambut gembira oleh Rupain, Kepala Desa Peradong yang siang itu hadir dalam Festival UMD. “Awalnya kami meminta kehadiran mahasiswa KKN dari beberapa perguruan tinggi sekitar, tapi belum ada respon. Eh malah dari Universitas Jember yang jauh yang hadir. Kami merasa terbantu dengan kehadiran adik-adik mahasiswa, Festival Sehat Peradong yang kami selenggarakan berlangsung sukses bahkan dibuka langsung oleh Asisten satu Pemkab Bangka Barat,” tutur Rupain bangga.

Sementara itu Prof. Achmad Subagyo, Ketua LP2M Universitas Jember melaporkan, kegiatan Festival UMD bertujuan sebagai panggung yang mampu memberikan inspirasi bagi mahasiswa dan dosen Universitas Jember beserta PTN dan PTS di Jawa Timur dalam rangka mensinergikan program KKN tematik. “Untuk itu LP2M Universitas Jember mengundang stakholder seperti pemerintah daerah, NGO, dan PTN dan PTS di Jawa Timur dalam kegiatan Festival UMD. Selain diskusi, Festival UMD dimeriahkan pameran hasil KKN dari Universitas Jember dan perguruan tinggi lainnya. “Bahkan dalam pelaksanaan KKN tematik dan kegiatan membangun desa yang akan datang kami mulai menggandeng berbagai komunitas, dan hari ini dimulai dengan kerjasama dengan komunitas Scooter Jember dan seniman Jember,” pungkas Prof. Achmad Subagyo. (iim)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content