Angkat Kearifan Rumah Joglo, Tim Planej Logawa FT Universitas Jember Juara Pertama Lomba Desain Coworking Space

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 30 Oktober 2019

Istilah Coworking Space akhir-akhir ini sering terdengar, apalagi jika membicarakan mengenai usaha rintisan atau startup beserta pelakunya. Coworking space diartikan sebagai tempat bagi pelaku usaha rintisan untuk bekerja, dengan cara kerja bersama dengan koleganya yang bisa saja berlatar belakang pekerjaan serta perusahaan yang berbeda. Harapannya, timbul kerjasama untuk mengembangkan usahanya masing-masing. Tak heran kini bermunculan coworking space. Salah satu konsep desain coworking space diajukan oleh Tim Planej Logawa Fakultas Teknik (FT) Universitas Jember, yang uniknya mengangkat kearifan rumah Joglo, rumah adat Jawa.

Ditemui di Kampus FT Universitas Jember (30/10), tiga anggota Tim Planej Logawa yakni  Robit Dahnial Ilhaq, Cahyadi Setya Nugraha, dan Wafi Farhan Hermawan menjelaskan konsep Joglo Coworking Space (JCS) yang mereka ciptakan, yang akhirnya menjadi juara pertama dalam ajang Indonesian Civil and Enviromental Festival (ICEF) 2019 yang digelar oleh Institut Pertanian Bogor, pada pertengahan bulan Oktober ini. “Kami sengaja mengambil konsep rumah joglo sebab konsep rumah joglo lahir dari kearifan lokal yang sudah terbukti mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Kedua, kami ingin mengangkat budaya lokal sekaligus membuktikan bahwa desain asli Indonesia tidak tabu dipadu padankan dengan konsep kekinian,” jelas Robit, mahasiswa Program Studi Teknik Sipil yang menjadi ketua tim Planej Logawa.

Akhirnya Robit dan kawan-kawan memutar otak bagaimana harus mengawinkan konsep rumah joglo dengan persyaratan sebuah coworking space yang tetap harus memiliki aspek kolaborasi, komunitas, keberlanjutan, keterbukaan dan aksesibilitas. “Sebenarnya kelima aspek sebuah coworking space tadi sudah bersatu secara tidak langsung dalam filsafat rumah joglo yang memiliki pembagian ruang pendhapa, senthong, pringgitan, gandhok, dan pekiwan. Misalnya kami putuskan memposisikan pendhapa yang luas dan terbuka tanpa dinding sebagai ruang kerja bersama sehingga memungkinkan orang untuk berkolaborasi tanpa sekat, dan memungkinkan menampung banyak orang sehingga kegiatan berbasis komunitas bisa terlaksana,” timpal Wafi yang merupakan mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.

Ketiganya kemudian mengatur pembagian ruang coworking space dengan dalam konsep joglo dengan menempatkan senthong kiwo dan tengen yang biasanya berfungsi sebagai kamar menjadi ruang kerja semi publik sehingga memungkinkan pegiat startup mengerjakan pekerjaan atau melakukan pertemuan yang sifatnya lebih pribadi. Sedangkan pringgitan difungsikan sebagai ruang lobby untuk ngobrol sambil mencari ide, sementara gandhok dan pekiwan sebagai lokasi gudang dan dapur.

Tidak hanya sekedar menyerap konsep joglo sebagai coworking space, ketiganya juga mendesain bangunan yang mereka rencanakan dengan konsep hijau. “Kami mendesain JCS dengan panel surya sebagai pembangkit energi, memakai lampu-lampu denga efikasi tinggi yang memiliki pencahayaan luas, sistem efisensi air, serta vertical garden. Jangan lupa konsep joglo yang biasanya beratap tinggi dan semi terbuka meminimalkan penggunaan mesin pendingin ruangan atau AC sehingga konsumsi listrik bisa ditekan,” kata Cahyadi, kolega Wafi di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota menimpali.

Rupanya konsep joglo yang mereka bertiga usung memukau dewan juri sehingga mengganjar tim Planej Logawa dengan posisi juara pertama. Arek-arek Kampus Tegalboto ini mampu menyisihkan Tim Universitas Indonesia sebagai runner up, dan Tim Politeknik Negeri Semarang di peringkat ketiga. Bahkan poster JCS karya mereka ditetapkan sebagai poster terbaik di ajang ICEF 2019. “Satu hal yang tidak bisa kami lupakan adalah saat dewan juri memuji konsep JCS karya kami sambil berkomentar bahwa penampilan kami bukan seperti mahasiswa umumnya, tapi lebih mirip konsultan yang lagi ikut tender, mungkin karena gaya pemaparan kami berhasil meyakinkan dewan juri yah,” tutur Robit disusul tawa kedua rekannya. (iim)

Dari kiri ke kanan : Cahyadi Setya Nugraha, Robit Dahnial Ilhaq ,dan Wafi Farhan Hermawan

Poster JCS tim Planej Logawa

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content