KKN Internasional Mendidik Mahasiswa Jadi Calon Pemimpin

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Jember, 20 Januari 2020

Untuk kali pertama Universitas Jember mengirimkan mahasiswanya mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional. Sebanyak sepuluh mahasiswa berangkat ke Malaysia bergabung bersama koleganya dari negara-negara lain guna melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di negara bagian Selangor, Malaysia. Mereka dilepas oleh Rektor Universitas Jember dalam sebuah upacara Penerjunan Mahasiswa KKN Periode I Tahun Akademik 2019/2020 di Gedung Soetardjo tanggal 6 Desember 2019 lalu. Berikut kisah pengalaman Zaneta Arizandy Suparno Putri, mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional FISIP yang menjadi salah satu peserta KKN Internasional di Malaysia, yang dikirimkan kepada Humas Universitas Jember.

Halo semua, perkenalkan nama saya Zaneta Arizandy Suparno Putri atau bisa dipanggil dengan Neta, mahasiswi Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2017, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember. Sudah seminggu saya berada di Malaysia dalam rangka program KKN Internasional yang dilakukan oleh Universitas Jember untuk pertama kalinya. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan juga bermanfaat bagi saya maupun orang lain di sekitar saya. Meskipun ini bukan pertama kalinya saya mengunjungi the Land of Indigenous Malay, tetapi terdapat perbedaan yang mencolok dari sebelumnya. Dulu saya mengunjungi Malaysia hanya sekedar untuk liburan dan jalan-jalan saja dengan orang tua ataupun sendiri, tetapi sekarang saya mengunjungi Malaysia untuk mengemban misi KKN Internasional dengan kawan-kawan satu kelompok yang terdiri dari sepuluh anggota. Saya dan delapan teman berangkat dari Bandara Juanda terlebih dahulu, satu anggota menyusul kemudian dikarenakan masih adanya kesibukan.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Honest Dody Molasy selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN Internasional yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan menemani kami hingga saat di bandara sebelum keberangkatan KKN Internasional. Bapak Honest juga memberikan beberapa tips dan motivasi agar kami dapat mengemban tugas dengan baik dan benar, juga bisa bermanfaat bagi lainnya. Beliau juga berpesan untuk selalu hati-hati dalam hal apapun dan di manapun. Terima kasih sekali lagi kepada Bapak Honest yang sudah mengawasi kami melalui laman instagram kami secara intensif. Meskipun kami berpisah jauh, antara Indonesia dengan Malaysia, Bapak Honest terus saja memantau kegiatan kami.

By the way, mengikuti KKN Internasional di Malaysia menjadi pengalaman berharga bagi saya. Jika biasanya di rumah saya selalu menjadi anak yang paling kecil dan bersikap manja terhadap siapa saja, namun saat ini tentu saja saya tidak bisa melakukan hal itu semua karena saya mengemban amanat sebagai koordinator KKN Internasional Universitas Jember. Menjadi  koordinator bukanlah tugas yang gampang untuk dilakukan, menguras tenaga dan pikiran tetapi sekaligus menambah pengalaman untuk saya. Contohnya saja, sewaktu di bandara saya sudah harus mengawasi anggota agar tidak terpisah dengan lainnya, baik dari waktu check-in, melewati imigrasi, hingga di waiting room pun saya terus memantau para anggota. Hingga salah satu teman berseloroh bahwa saya sudah mirip dengan leader suatu Boy Group Korea Selatan.

Sesaat sampai di Malaysia, kami pun berpisah dikarenakan mengikuti program yang tersebar di beberapa perguruan tinggi yang berbeda. Saya dan Citra tergabung dalam program “Clean Our Plate Project” di bawah supervisi Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Untuk Alifia, Phillia, Cipta, Nada, Dina, Tiara, dan Mella menuju ke Taylor University (TU), sementara Yustika berada di Universitas Putra Malaysia (UPM). Meskipun kami terpisah di lokasi yang  berbeda-beda, tetapi kami selalu berhubungan satu sama lain setiap hari melalui WhatssApp Group (WAG) yang kami bikin. Adanya WAG ini untuk memudahkan saya memantau kegiatan mereka setiap harinya.

Hari pertama di Malaysia diisi dengan istirahat yang dilanjutkan dengan meeting di malam hari. Meeting ini dihadiri oleh Nazira selaku ketua Clean Our Plate Project, dibantu oleh Atira dan Diba. Mereka semua dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Meeting ini membahas tentang jadwal kegiatan untuk seminggu ke depan, dan tentu saja untuk mengenal satu sama lain, pasalnya paling tidak selama enam minggu ke depan kami akan bekerjasama. Salah satu sobat baru yang saya temui adalah mahasiswa asal Tunisia, Skander, begitu biasanya kami memanggilnya.

Kegiatan di hari kedua adalah Incoming Preparation Seminar (IPS), kegiatan yang bertujuan  memperkenalkan bagaimana keadaan sosial budaya, dan situasi di Malaysia agar kami tidak mengalami kesusahan selama tinggal di sini. Incoming Preparation Seminar diadakan di perpustakaan UKM yang dinamakan Perpustakaan Tun Seri Lanang Library (PTSL). Kegiatan Incoming Preparation Seminar selesai di sore hari, dan kami semua langsung mengunjungi Loji Chocolate Factory, sebuah pabrik yang memproduksi makanan berbahan cokelat milik UKM. Di sini saya bertemu dengan Uncle Bob, salah satu direktur yang bertanggung jawab dalam pembuatan cokelat, beliau sendiri juga yang mengajari kami bagaimana cara membuat makanan-makanan berbahan dasar cokelat.

Esok harinya, kami menyempatkan datang ke perpustakaan UKM untuk mengetahui dan memahami apa dan bagaimana silabus dari Clean Our Plate Project itu. Oh yah, Clean Our Plate Project adalah proyek sosial yang bertujuan memberikan pemahaman bagi warga, khususnya bagi anak-anak untuk menerapkan gaya hidup tidak membuang makanan. Terdapat empat poin utama dalam silabus Clean Our Plate Project:

  • Yang pertama yaitu introduction to food waste, yang berisi mengenai pengenalan terhadap sampah makanan.
  • Yang kedua yaitu sources of food waste, menjelaskan mengenai apa saja yang menjadi penyebab sampah makanan.
  • Yang ketiga yaitu impact of food waste, menjelaskan bagaimana dampak yang dihasilkan dari adanya dan meningkatnya sampah makanan yang ada di dunia.
  • Yang keempat yaitu ways to reduce food waste, menjabarkan mengenai apa atau bagaimana cara-cara untuk mengurangi sampah makanan.

Saya sendiri mendapatkan peran di poin ke empat, yakni ways to reduce food waste. Kebetulan sekali, mama saya sendiri sudah menerapkan pembuatan kompos di rumah dengan  memaksimalkan sampah makanan. Pembuatan kompos ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah makanan yang ada. Setelah pengenalan dan pembagian tugas, kami berencana mengunjungi Bukit Tagar Sanitary Landfill. Kami pun lantas menunggu bus jemputan datang di perpustakaan UKM, menunggu kawan-kawan dari perguruan tinggi lain seperti dari University of Nottingham Malaysia Campus (UNMC). Saya baru tahu, ternyata banyak mahasiswa Indonesia yang bergabung dalam kegiatan ini, mereka semua ini adalah bagian dari Clean Our Plate Project yang berada di perguruan tinggi lainnya.

Kami menghabiskan waktu sekitar 2 hingga 3 jam berada di Bukit Tagar Sanitary Landfill. Acara diisi dengan presentasi mengenai bagaimana Bukit Tagar Sanitary Landfill berdiri, dan bisa berkembang sampai sekarang beserta apa saja kegiatan pengolahan sampah yang ada di sana. Setelah presentasi selesai, kami diberikan rompi kuning dan helm yang menandakan kami adalah pengunjung Bukit Tagar Sanitary Landfill. Kami yang terdiri dari 13 orang dibagi dalam 4 mobil untuk kemudian mendapatkan kesempatan mengelilingi Bukit Tagar Sanitary Landfill, tidak hanya itu saja para narasumber juga menjelaskan beberapa fasilitas yang ada di sana.

Di sini kita dapat melihat bagaimana cara pengolahan sampah hingga dapat menjadi salah satu sumber energi yang dapat digunakan oleh masyarakat. Mulai dari penimbunan sampah selama 2 sampai 3 hari lalu dikeruk kembali dengan sampah yang sudah ditimbun dapat dipisahkan sendiri-sendiri. Penimbunan ini dilakukan untuk dapat menyerap partikel-partikel yang ada di dalam sampah tersebut sehingga dapat diserap oleh tanah. Tanah yang sudah dijadikan penimbun sampah tentunya mengandung banyak hal yang tidak baik. Dari sini, air yang terkandung di dalam tanah tersebut diolah dengan leachate management plan, yang nantinya bisa dialirkan di seluruh wilayah Bukit Tagar Sanitary Landfill. Pengolahan leachate management plan ini dilakukan dengan biological dan chemical, sehingga air yang awalnya keruh dan mengandung banyak kuman bisa menjadi bening. Setelah kunjungan selesai kami segera pulang kembali ke UKM untuk dapat beristirahat terlebih dahulu, hal ini dikarenakan besok merupakan hari pertama kita berkunjung ke sekolah.

Hari keempat merupakan hari yang saya tunggu, dikarenakan hari ini merupakan hari pertama kalinya saya akan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah di Bangi, Selangor. Sekitar pukul sembilan waktu setempat, kami berangkat menuju sekolah pertama yaitu Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Jalan Reko yang adalah sekolah negeri. Di sana kami mulai melakukan proses pengolahan sampah makanan dari kantin setempat menjadi dua bagian, yaitu edible dan inedible. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan kita dalam mengukur sampah makanan. Oh iya, pekerjaan kami di minggu pertama merupakan food waste measurements di beberapa sekolah yang berbeda. Food waste measurements berguna untuk mengetahui seberapa banyak sampah makanan yang dihasilkan pada setiap harinya.

Setelah dari SMA Reko, kami beristirahat sebentar untuk makan pagi yang agak telat di sebuah kedai makanan. Sehabis makan kami langsung berlanjut ke sekolah yang kedua yaitu SMA swasta bernama Sekolah Al-Amin yang letaknya tidak jauh dengan tempat kami makan. Sama seperti di sekolah yang pertama, kami juga melakukan food waste measurements di Al – Amin.

Kami menemukan ada perbedaan dalam penanganan sampah di kedua sekolah tadi. Untuk SMK Reko dalam satu tempat sampah terisi dari semua sampah yang bercampur, jadi agak susah untuk dapat memisahkan sampah makanan yang akan kami ukur. Bahkan para siswa yang sudah diberitahu untuk membuang sampah di tempat yang sudah disediakan masih saja tetap membuang sesuka hatinya. Hal ini dikarenakan tidak ada pembagian tempat sampah yang sesuai dengan jenisnya sehingga akan meninggalkan kebiasaan yang tidak baik dalam menjaga lingkungan. Sedangkan di Al-Amin terdapat kemudahan dalam melakukan food waste measurements, yaitu dari pihak sekolah sendiri sudah membagi tempat sampah sesuai dengan beberapa jenis. Hal ini juga mempermudah pekerjaan kami untuk mengukur sampah makanan. Anak-anak di sekolah ini pun juga sangat baik dan sopan kepada kami. Namun ada kesamaan yang saya amati di dua sekolah tadi, hampir seluruh anak sekolah yang saya temui pada hari ini membawa tempat minum sendiri yang berisi air mineral sehingga di sekolah mereka tinggal mengisi air di tempat yang sudah disediakan. Langkah mengurangi sampah plastik yang patut dipuji.

Sore harinya, kami berkumpul untuk melakukan kegiatan TtT alias Train the Trainers di bawah asuhan Miss Balqis. Miss Balqis mengajarkan kepada saya bagaimana caranya mempresentasikan sebuah materi di depan khalayak dengan baik. Menurut Miss Balqis, saya terlalu kaku dalam menyampaikan materi. Bahkan Miss Balqis juga memberikan kritik dan saran kepadaku untuk bisa mengubah caraku untuk tidak terlalu kaku di depan audience. Hal ini merupakan kegiatan yang menarik karena aku bisa mengerti bagaimana bahasa tubuh yang baik di saat presentasi. Miss Balqis menyarankan saya untuk terus berlatih terus menerus agar dapat merubah gaya presentasi dengan cepat.

Hampir sama dengan hari sebelumnya, hari kelima kami mengunjungi sekolah selanjutnya untuk mengukur sampah makanan yang ada, sekolah yang kami kunjungi adalah Rafflesia International School, sebuah sekolah swasta internasional yang letaknya cukup jauh. Sudah dapat ditebak dari namanya saja menunjukkan bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang bagus, dengan pengolahan sampah yang sudah tertata dengan rapi. Di sekolah ini, saya mendapatkan kemudahan dalam mengukur sampah makanan dikarenakan sampah di sekolah ini sudah dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Dari ketiga sekolah yang aku datangi, sekolah ini merupakan sekolah yang paling bagus dan rapi dalam cara pengolahan sampah yang ada, baik edible maupun inedible.

Karena pekerjaan hari ini tidak terlalu menguras tenaga, siang harinya kami putuskan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di salah satu mall yang ada yakni di My Town. untuk menuju My Town merupakan perjalanan yang menyenangkan dikarenakan kami menggunakan bus zona 6 milik UKM untuk menuju Stasiun UKM. Setelah itu, kami naik Kereta Tanah Melayu (LTM) untuk bisa sampai di Stasiun Kajang. Di Stasiun Kajang, saya menyempatkan mengisi saldo kartu Touch n Go agar bisa menggunakan Mass Rapid Transportation (MRT) menuju My Town. Sebelumnya, saya mendapatkan pinjaman kartu Touch n Go dari salah seorang kawan, Nazira. Saldo kartu Touch n Go harus selalu terisi untuk memudahkan kami dalam menggunakan kendaraan umum yang ada di Malaysia. Di My Town kami menghabiskan waktuku untuk jalan-jalan alias window shopping sekaligus menemani Skander yang mencari  beberapa barang yang dia butuhkan. Sepanjang perjalanan, saya menikmati kenyamanan KTM dan MRT sembari berharap fasilitas transportasi ini bakal kita nikmati juga di Indonesia.

Hari keenam merupakan hari istirahat saja, karena memang tidak ada jadwal di hari ini.  Waktu pagi ini saya habiskan duduk di depan kamar untuk menikmati angin pagi yang segar. By the way, kamar saya dan Citra terletak di paling pojok yang langsung berhadapan dengan hutan yang ada, cukup menyeramkan di malam hari karena tidak ada penerangan yang cukup. Tetapi keuntungannya kami tak perlu lagi menghidupkan kipas angin  karena angin segar bisa masuk ke kamar dengan bebas. Menjelang siang, kami berkumpul di Zaba Cafetaria, kantin yang tidak jauh dari tempat kami tinggal, masih di kawasan kampus UKM. Di Zaba Cafetaria saya berkenalan dengan teman baru yaitu Jim Chang yang berasal dari Taiwan. Dia baru datang karena terkendala visa yang belum selesai. Di Zaba Cafetaria kami melakukan workshop planning sesuai dengan silabus yang sudah ada. Penyusunan workshop planning untuk minggu depan berlanjut hingga malam hari.

Hari ketujuh merupakan hari yang kami tunggu, karena hari ini merupakan first city tour dengan teman-teman Clean Our Plate Project. Kami merencanakan untuk berangkat ke Malaka, salah satu kota wisata yang dimiliki Malaysia. Keberangkatan kami mengalami keterlambatan dikarenakan salah satu teman bangun terlambat dan akhirnya harus menunggu bus selanjutnya. Membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 jam untuk sampai di Malaka menggunakan bus. Namun perjalanan terasa cepat karena bus yang kami tumpangi memiliki kondisi yang baik dengan kursi yang empuk. Kami menghabiskan waktu sekitar 4 jam berwisata di Malaka, tentu puas berfoto dan jalan-jalan. Kami tiba kembali di UKM pukul 11.00 malam waktu setempat, cukup larut dikarenakan jalanan macet pada malam Minggu.

Hari kedelapan di Selangor, Malaysia adalah hari Minggu. Tidak ada jadwal kegiatan hari ini hingga hampir semua kawan menghabiskan waktu untuk beristirahat setelah seharian jalan-jalan di Malaka. Selepas makan siang, saya mengetik laporan untuk Pak Honest sekaligus berita untuk Humas Universitas Jember. (neta)

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Skip to content