Jember, 11 Maret 2020
dr. Agga Mardro Raharjo dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember meminta agar masyarakat tidak perlu berlebihan dalam merespon penyebaran virus covid-19. Pasalnya menurut pria yang menjadi tim penanganan kesiagaan covid-19 di Rumah Sakit dr. Soebandi Jember ini, di negara tropis seperti halnya Indonesia beberapa virus akan mati setelah terpapar sinar matahari langsung.
“Termasuk virus covid-19 yang tidak tahan terhadap sinar matahari. Mungkin ini jawaban dari mengapa di Indonesia kasus penyebaran virus covid-19 relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan negara China, Korea Selatan apa lagi Itali,” ujar Angga saat memberikan ceramah ilmiah dalam forum diskusi Perikaku Sehat Untuk Antisipasi Covid-19 di aula lantai 3 gedung Pascasarjana Universitas Jember,(11/3).
Dalam acara itu Angga justru meminta agar masyarakat mulai membiasakan diri menerapkan pola hidup sehat. Terutama dalam menjaga kebersihan tangan dengan lebih sering melakukan cuci tangan setelah melakukan aktivitas luar.
“Biasanya masyarakat cuci tangan hanya pada saat mau makan saja. Padahal saat kita mengusap wajah dengan tangan pun juga berpotensi tertular virus yang menempel ditangan pada saat aktifitas sebelumnya,” jelas Angga.
Selain itu Angga mengingatkan agar masyarakat untuk segera melakukan pemeriksaan kesehatan saat terjadi demam yang disertai batuk dan nyeri tenggorakan. Karena menurutnya hal itu merupakan salah satu indikasi pertama inveksi virus covid-19.
“Terutama bagi mereka yang baru saja bepergian ke negara-negara terdampak virus covid-19, atau pernah melakukan komunikasi langsung dengan pasien positif corona. Namun jangan panik. Jangan asal demam dan batuk sudah dianggap corona,” jelas Angga.
Lebih jauh Angga menjelaskan, kasus kematian yang disebabkan inveksi virus covid -19 sebenarnya relatif sangat kecil. Dari sekian banyak kasus yang terjadi, hanya 3 persennya saja yang berujung pada kematian.
“Tidak perlu kawatir yang berlebihan. Karena dari seluruh pasien yang terinveksi virus covid-19, masih jauh lebih banyak yang sembuh dari pada yang meninggal. Kalaupun ada yang meninggal itu angkanya sangat kecil sekali. Hanya 3 persen dari seluruh kasus di dunia,” jelas Angga.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Diah Kusworini dalam acara yang sama mengatakan, hingga saat ini belum ditemukan kasus pasien yang terinveksi virus covid-19 di Jember. Walaupun demikian Dinas Kesehatan Jember terus melakukan upaya-upaya pencegahan penularan virus covid-19.
“Salah satunya kami telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh fasilitas kesehatan baik swasta ataupun milik pemerintah agar melakukan perhatian serius pada pasien yang menunjukan gelaja demam disertai batuk. Jika ditemukan hal itu harus dilakukan deteksi aktivitasnya selama 2 minggu terakhir apakah dia pernah melakukan perjalanan ke luar negeri atau aktivitas lainnya,” ujar Diah.
Selain itu menurut Diah, di Jawa Timur memang sempat melakukan pemantauan kepada 13 orang. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut hingga saat ini beluma ada laporan kasus covid-19 di Jawa Timur.
“Di Jember sendiri kami sempat melakukan pemantauan pada satu orang. Sedangkan pasien yang sebelumnya dalam pengawasan telah dilakukan pemeriksaan lanjutan dan dinyatakan negatif. Jadi hingga saat ini Jember masih belum ada kasus terinveksi covid-19,” pungkasnya. [moen]