Jember, 7 April 2020
Dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, Universitas Jember telah menerapkan kuliah secara daring (online). Tidak hanya proses perkuliahan saja, ujian akhir pun kini sudah dilakukan secara online. Seperti yang dilakukan oleh Program Studi (Prodi) Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember baru-baru ini.
Adalah Qutwatun Hasanah, mahasiswi dari Prodi Administrasi Negara FISIP ini berhasil lulus ujian skripsi setelah melalui mekanisme ujian daring (online). Qutwatun Hasanah menjadi mahasiswa Universitas Jember yang pertama kali melakukan sidang skripsi secara online dengan menggunakan aplikasi Zoom berbayar.
“Tidak ada alasan untuk mempersulit atau pun menunda kelulusan mahasiswa yang sudah selesai menulis tugas akhir. Dengan kemajuan teknologi para dosen tetap bisa memberikan hak mahasiswa dengan memanfaatkan beragam aplikasi. Termasuk melakukan ujian skripsi,” ujar Dr. Selfi Budi Helpiastuti, S.Sos., M.Si yang menjadi salah satu dosen penguji skripsi saat ditemui tim Humas Universitas Jember, (07/04).
Menurut Selfy, adanya pembatasan interaksi antar dosen dan mahasiswa bukan berarti menghentikan proses pembelajaran. Apa lagi menurutnya terkait ujian akhir yang memang sudah sejak lama diinginkan oleh mahasiswa sebagai ujung dari proses pendidikannya. Penerapan ujian online tentunya akan memberikan kemudahan bagi mahasiswa di tengah pandemi covid-19 ini.
“Saya pikir ini adalah solusi yang bisa kita lakukan. Mahasiswa tinggal melakukan presentasi secara onine dirumah mereka dan kami para dosen penguji juga memperhatikan apa yang disampaikan di depan laptop masing-masing sembari menyimak naskah skripsi yang sudah dikirimkan sebelumnya,” imbuh Selfy
Walaupun ujian dilakukan secara online namun semua kegiatan ujian disesuaikan dengan aturan dan tata tertip sidang. Peserta ujian tetap diwajibkan mengenakan atribut lengkap seperti halnya menggunakan jas almamater dan dasi.
“Pokoknya sama seperti ujian biasanya hanya saja ini dilakukan secara online. Itu saja yang membedakan. Alhamdulillah setelah melalui semua tahapan ujian selama 2.5 jam dia (Qutwatun Hasanah) berhasil meraih nilai yang memuaskan,” jelas Selfy.
Menurut Selfy adanya pembatasan interaksi antar mahasiswa dan dosen membuat para dosen harus kreatif dalam memanfaatkan teknologi untuk memeberikan perkuliahan. Seperti yang dia lakukan misalnya, dengan memanfaatkan aplikasi Zoom berbayar dirinya tetap bisa memberikan perkuliahan seperti biasanya.
“Hanya saja kendalanya beberapa mahasiswa yang rumahnya di pelosok desa sedikit kesulitan. Bahkan ada salah satu mahasiswa saya harus pergi ke tengah sawah hanya untuk mendapatkan jaringan internet. Tapi semuanya masih bisa mengikuti seluruh perkuliahan online yang saya berikan,” pungkasnya. [moen]